18. Love?

447 24 0
                                    

"Al udah ada rencana besok malam pakai gaun apa? "

Varisha memainkan rambut Alina yang tergerai. Alina menghentikan kegiatan mengetiknya lalu berfikir sejenak.

"Belum... Gimana kalau nanti? "
Tanya Alina.

Ia menutup laptop dan berjalan menuju kasur untuk melenturkan otot-ototnya. Ia sengaja memancing Varisha untuk membeli gaun nanti malam.

"Nanti malam maksudmu?"
Ulang Varisha sambil memainkan ponselnya.

"Nggak bisa kan? Iyalah kan udah janji sama Alexi"
Alina cekikikan dibalik bantal besar untuk menutup seluruh wajahnya yang merah karena melihat Varisha yang kaget dengan raut muka kikuknya.

"Alina kamu menjebakku! "
Varisha menaiki ranjang Alina dan mengambil guling yang siap nabok Alina yang masih cekikikan.

"Habis baikan terus jadian eakkk... "
Ucap Alina yang masih menyembunyikan mukanya di balik bantal.

"Alina Orlin kamu harus diam atau aku akan membuatmu ngompol"
Ancam Varisha yang melototi Alina. Dan karena kalah akhirnya Alina membuka bantal yang menutupi wajah merahnya.

"Iya iya... Tu muka kek cabe rawit merah banget"
Ledek Alina tertawa geli melihat perubahan air muka Varisha.

●•♬●•

"Aduh Jus maaf udah ngrepotin nemenin aku muter-muter sampai malam cuman untuk beli gaun ini"
Alina mengangkat paper bag biru yang terletak tidak jauh dari tempat ia duduk.

"Iya santai aja kali, lagian nemenin orang yang kita sayang gak ada salahnya kan? "
Justin melirik Alina yang salah tingkah karena ucapannya barusan.

Sebenarnya ia ke Mall sendirian tapi karena ia bertemu dengan Justin, jadi mereka berdua memutuskan untuk mencari baju bersama-sama.

"Tadi sih rencana awal aku mau beli sama Varisha eh... Ternyata orangnya malah pergi sendiri sama Alexi"
Ujar Alina dengan senyum kikuk.

Haning. Mereka berdua terdiam bergulat dengan pikirannya masing-masing. Hanya ada suara gemericik air kolam ikan milik Alina. Justin mendongak keatas langit, ia menyapu pandang entah untuk mencari apa.

"Ibu kamu ada di rumah? "
Tanya Justin tiba-tiba yang membuyarkan lamunan Alina.

"Nggak kenapa? Tadi sih bilang mau cari baju batik buat acara pernikahan tetangga "
Jawab Alina menatap Justin.

"Em... Al umur kamu berapa ?"
Tambah Justin yang sekarang menatap muka Alina dengan lekat.

"Delapan belas kenapa ?"

Entah ada angin apa barusan, jantung Alina tidak lagi normal saat di dekat Justin, padahal selama ini ia sudah berusaha menghilangkan rasa tersebut dari dalam tubuhnya. Ia menjadi salah tingkah karena Justin yang tidak henti-henti menatap wajahnya.

Tangan Justin meraih dagu Alina untuk di dekatkan ke wajahnya. Alina terdiam bingung karena perilaku Justin, ia memberanikan diri untuk membalas tatapan Justin. Namun ada apa dengan dirinya, kenapa tiba-tiba ia menginginkan Justin untuk memberikan ia ciuman. Alina menjauhkan tubuhnya ke belakang. Namun itu tidak berhasil karena kedua tangan Justin telah menangkup kedua pipinya yang bersemu merah.

"Alina sadarlah! "
Batinnya menjerit, mencoba memyadarakan diri dari manik Justin yang mendorong terus-menerus agar menatapnya.

Justin memiringkan kepalanya dengan perlahan-lahan ia mendekat ke muka Alina. Nafasnya bisa dirasakan betul oleh Alina.

Jantung keduanya berpacu tidak pasti. Bibir lembab Justin sudah menempel sempurna dipermukaan bibir Alina yang glossy karena lip balm yang ia kenakan namun...

Same MistakesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang