27. Try To Forget

740 26 0
                                    

Song for this chapter : Same Mistakes-One Direction.

Alina.

"Al... Maafin aku"
Ucap Justin dengan suara bergetar.

Aku tidak menjawab permintaan maaf Justin. Lidahku keluh tak bisa merangkai kata-kata yang hendak aku ucapkan. Hanya anggukan yang bisa kulakukan.

Justin membawa tubuhku kedekapannya. Aku merasakan detak jantungnya berdetak tidak normal dan itu berpengaruh kepada detak jantungku juga. Aku tidak mengerti apa yang terjadi denganku. Pria yang sedang memelukku, dia juga adalah pria yang membuat hatiku hancur untuk kedua kalinya. Ia membuatnya menjadi serpihan layaknya debu. Pikiranku kacau, bercampur antara rasa cinta dan rasa benci yang mendalam. Apakah dia tidak merasa di saat dia berusaha menghancurkanku berkeping-keping, aku masih tetap mencintainya. Bodoh. Itu memang umpatan yang cocok untukku sekarang. Namun apa yang bisa aku lakukan. Kebahagiaanku tidak ditakdirkan dengannya, jika aku memaksakan untuk bersama dia tidak kebahagiaan yang kudapat hanya rasa nyeri yang tak kunjung sembuh, dan kupastikan ia pasti bisa mengulangi untuk kedua kalinya.

"Bisakah kamu pergi sekarang"
Ucapku dengan suara lemah.

Perlahan tubuhnya menjauh dariku. Ia menatapku tak percaya, air mata pria itu jauh perlahan-lahan menyisir setiap garis wajahnya, mata hazelnut yang biasanya berwarna coklat terang perlahan memerah. Ia melangkah mendekatiku. Kecupan tulus mendarat dipuncak kepalaku, darahku mendesir karena perlakuannya.

"Aku akan pergi sekarang. Aku berharap kamu tidak selamanya membenciku. Sekali lagi maafkan aku"
Tutur Justin dengan suara serak.

Tangannya terulur untuk mengelus pipiku lalu kakinya mulai melangkah pergi menjauh. Aku telah membuat jarak sekarang. Jarak yang tidak tahu kapan aku buat, jarak yang membuatku mengharuskan dia menjauh dariku.

"Justin... "
Nama itu. Aku akan mengenangnya bukan menguburnya.

Aku terduduk ditengah gelapnya langit yang bertabur kelap kelip bintang. Semua sudah usai, tidak ada yang perlu ditangisi, tapi karena aku terlau lemah, air mataku masih setia membasahi pipiku, jariku terus membuang setiap tetes air mata yang mengalir sampai aku lelah dan membiarkan benda bening itu mengalir sesuka hatinya.

"I can not love you anymore"
Ucapku lirih.

Aku berusaha mengumpulkan tenagaku, apakah menangisi kepergian seseorang akan seletih ini, sampai-sampai untuk bernafaspun aku mulai tidak sanggup, sebegitukah hancurnya aku sekarang?

"Alina. Mau sampai kapan kamu mikirin dia terus? "
Nayyer tiba-tiba datang menghampiriku dengan raut muka nanar.

"Mikirin apa coba?"
Dustaku lalu beranjak pergi meninggalkan Nayyer.

Aku memang lagi mikirin dia, dan ini sudah hampir satu bulan.

Aku melirik Nayyer yang berjalan membuntutiku, dia terlihat kerepotan dengan tas gitar yang ia bawa ditambah tangannya yang satu menjinjing tas laptop, aku berbalik dan menyahut tas laptop dari tangannya. Ia nyengir nggak jelas lalu berjalan menyamai langkah kakiku.

Baru saja beberapa meter memasuki koridor kampus Mrs. Kane sudah menyuruhku untuk masuk ke ruangannya, alhasil Nayyer terpaksa membawa kedua barang tadi dengan susah payah, ia mendengus kesal karena Mrs. Kane datang disaat yang tidak tepat.

"Maidin mhaith Mrs. Kane? "
Salamku kepada wanita yang brumur sekitar 40-an. Ia mempersilahkan ku duduk di kursi yang berhadapan dengannya.

"Alina ibu meminta kamu untuk mendata setiap mahasiswa jurusan sains yang berasal dari Indonesia. Kamu bisa kan? "
Tanya Mrs. Kane tegas.

Wanita paruh baya itu menyodorkan secarik kertas dengan bolpen. Mau tak mau aku harus mengiyakan tugas dari Mrs. Kane.

Same MistakesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang