"Kay, aku mau nyamain tugas Biologi, ya?"
Meja Kayla menjadi tujuan pertama Lilly ketika baru datang ke kelas pagi itu. Kayla menyodorkan buku tugasnya pada Lilly. "Boleh. Aku juga mau lihat tugas yang Sejarah dong, Lil," pinta Kayla.
"Boleh boleh," ucap Lilly sambil mengeluarkan buku tugas Sejarah dan menyerahkannya pada Kayla.
Kayla dan Lilly pun tenggelam dalam kesibukan menyamakan tugasnya masing-masing. Sampai akhirnya konsentrasi Lilly buyar karena dihampiri seseorang.
"Tugas Biologi ya, Lil? Mau lihat yang gue?"
Mata Lilly tertuju pada sebuah buku tulis yang tengah tersodor padanya. Pandangannya naik dari jemari, lengan, pundak, hingga akhirnya wajah sang pemilik buku. Rona ceria pada wajah Lilly sirna.
"Gue udah pinjem punya Kayla," ujar Lilly sambil kembali menundukkan kepalanya.
"Kalo gitu, mau lihat tugas Sejarah gue?" Mahesa masih belum menyerah untuk berusaha berinteraksi dengan Lilly kembali. Laki-laki itu mulai merindukan sahabatnya setelah ikut memutuskan menjaga jarak demi stabilitas pendekatannya dengan Lavina.
Lilly kembali mengangkat wajahnya. "Udah beres. Gue nggak yakin orang lain bisa jawab lebih bener daripada gue." Ucapan Lilly memang kedengarannya sombong, tapi ia menyengajakan hal itu agar Mahesa kesal dan pergi.
Dalam pelajaran Sejarah, tak ada yang bisa mengungguli nilai Lilly di kelas. Maka ucapan Lilly diam-diam Mahesa benarkan, karena toh biasanya Mahesa yang melihat tugas Lilly, bukan sebaliknya.
"Hai! Pagi semua! Kay, kamu udah beres ngerjain tugas Sejarah? Oh, itu kamu lagi lihat yang siapa? Yang Lilly, ya? Aku lihat ya, Lil," ucap Lavina yang baru saja datang ke kelas, bergabung dengan mereka bertiga, lalu mengambil buku tugas Lilly begitu Kayla selesai menyamakan isinya.
Belum sempat Lavina membuka halaman pertama buku yang ada di tangannya, tangan mungil Lilly sudah menyambar buku itu dengan cepat. "Nggak boleh," kata Lilly yang kemudian pergi dari bangku Kayla dan duduk di bangkunya.
Tak ingin melihat ekspresi Lavina dan Mahesa yang pasti kecewa serta wajah bingung Kayla, Lilly memilih untuk tidur di atas lipatan tangannya di meja dengan earphone yang menyumbat kedua telinga. Ponselnya mengalunkan lagu-lagu kesukaannya dengan volume kencang agar ia bisa sejenak melupakan kekesalannya.
Sementara Lilly sudah tenggelam dalam dunianya sendiri, Mahesa masih berdiri di tempatnya sambil geleng-geleng kepala. Ia menyesal karena kebohongannya membuat sebuah dinding pemisah terbangun di antara mereka berdua. Namun ia melakukan itu semua dengan sebuah alasan.
Jika Lilly tak terang-terangan memberinya sinyal bahwa gadis itu jatuh cinta padanya, dan teman-temannya tak diam-diam memberitahunya perihal perubahan sikap Lilly, pasti Mahesa akan dengan terbuka menceritakan semuanya pada Lilly. Memberitahu sahabatnya kalau untuk pertama kali, seperti Lilly, ia jatuh cinta.
Sayangnya, sesuatu yang ia kira akan tetap menjaga kedekatannya dengan Lilly, malah menjauhkan mereka berdua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Date The Devil
RomanceLILLY Bertubuh mungil, punya tinggi satu setengah meter. Rambutnya tak pernah diurai, selalu dikucir kuda. Lincah, selalu jadi bintang lapangan turnamen basket putri antar sekolah. Kekanakan, tak bisa bersikap anggun layaknya perempuan. Usianya enam...