Langkah Lilly saat menyusuri koridor sekolah terasa ringan Senin pagi itu. Kekecewaan, kegalauan, kesedihan, dan semua hal negatif yang memberatkan hati dan menyesakkan dadanya seolah hilang terbawa arus masa lalu yang mulai meninggalkannya. Binar mata dan cerah senyum Lilly terlihat baru saja kembali ke tempatnya semula.
"Hai, Lil! Girang amat nih kayaknya pagi ini," sapa Kayla ketika tak sengaja berpapasan dengan Lilly.
"Harus, dong! Semangat pagi!" seru Lilly dengan senyum yang memperlihatkan deretan geliginya.
Ia melanjutkan langkahnya dan beberapa orang yang mengenalnya menyapanya pagi itu. Seperti seorang gadis kecil yang baru mendapatkan boneka baru dari orangtuanya, Lilly membalas sapaan teman-temannya dengan riang. Hingga tak sengaja ia berpapasan dengan Lavina dan Mahesa.
"Pagi, Lilly!" sapa Lavina dengan ramah. Mata Mahesa membulat dan jantungnya berdegup kencang. Ia siap untuk menerima tatapan sinis dan kalimat pedas Lilly lagi, karena Lavina berani menyapa perempuan yang tak menyukainya itu.
"Hai! Pagi Lavina! Mahe!" balas Lilly dengan ramah.
Mulut Mahesa setengah menganga menanggapi balasan sapaan yang Lilly berikan. Ia tak mengerti mengapa sahabatnya itu mendadak ramah padanya dan Lavina.
"Wah, kayaknya cerah banget nih kamu hari ini. Lagi seneng ya, Lil?" Lavina melanjutkan basa-basinya.
"Hehehe nggak juga, kok. Cuma... lagi semangat aja nggak tahu kenapa," jawab Lilly.
"Syukur deh, Lil. Kalo gitu," ucap Mahesa sambil tersenyum lega.
Seseorang tiba-tiba melintas di belakang Lilly tanpa ia sadari karena gadis itu sedang berhadapan dengan Lavina dan Mahesa. Orang itu menaruh tangannya di atas kepala Lilly dan mengacak-acak rambutnya.
"Hai, ratu jahat," sapanya.
Lilly menoleh pada sang pemilik tangan, dan sang pemilik tangan tersenyum padanya. Belum sempat Lilly membalas sapaan dan senyum Theo, Rangga yang berjalan di belakang Theo menggapai pundak Lilly dan membisikkannya sesuatu yang terdengar oleh Mahesa dan Lavina.
"Cie... yang baru nge-date sama musuh."
Mata Lilly membulat. Ia ingin menjitak kakak kelasnya itu, tetapi Rangga segera berlari menyusul Theo yang telah melangkah jauh. "Ngapain sih, Theo pake cerita ke dia segala?!" gerutu Lilly.
Mahesa dan Lavina saling berpandangan dengan mata berbinar mendengar ucapan Rangga, lalu bersama-sama menggoda Lilly. "Cieee yang habis kencan!"
Kini perhatian Lilly tertuju pada Lavina dan Mahesa yang sedang menggodainya. "Iiih kaliaaan! Siapa yang kencan sama Theo?" elak Lilly yang diam-diam mulai salah tingkah.
"Kalo emang nggak kencan, nggak usah salah tingkah, Lil. Gue sahabat lo, dan tahu kalo lo lagi salting itu kayak apa," ucap Mahesa yang dengan jahil mencolek dagu Lilly.
"Ng... nggak nggak! Gue nggak salting! Udah ah, gue ke kelas duluan! Dah!" seru Lilly yang segera melesat pergi meninggalkan Lavina dan Mahesa yang masih menertawakannya.
Mahesa bernafas lega karena akhirnya Lilly kembali seperti semula. "Dasar childish, labil, cepet banget berubahnya."
"Makanya, lain kali jangan bohong sama sahabat," tegur Lavina yang kemudian melangkah pergi, sementara Mahesa terpaku di tempatnya karena terkejut akhirnya Lavina tahu apa yang terjadi pada dirinya dan Lilly.
"Eh eh, tunggu, Vin!" seru Mahesa sambil mengejar Lavina.
Diam-diam, Mahesa berterima kasih pada Tuhan yang telah mendekatkan Lilly dengan seseorang yang bisa membuatnya tersenyum. Ia berharap, Theo takkan berhenti mempertahankan senyum cerah dan binar mata sahabatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Date The Devil
RomanceLILLY Bertubuh mungil, punya tinggi satu setengah meter. Rambutnya tak pernah diurai, selalu dikucir kuda. Lincah, selalu jadi bintang lapangan turnamen basket putri antar sekolah. Kekanakan, tak bisa bersikap anggun layaknya perempuan. Usianya enam...