That Brave Girl

1.4K 93 4
                                    

Ada yang aneh dengan pemandangan sekolah Senin pagi itu. Theo sampai mengecek jam tangannya kembali untuk memastikan apakah ia datang terlalu siang atau tidak, melihat area parkir sekolah telah padat oleh kendaraan, sementara tak ada satu pun siswa yang berlalu lalang di sana. Ditengoknya gerbang sekolah yang barusan dimasukinya, dan ia masih terbuka.

Rasa penasaran membuatnya melangkah cepat memasuki gedung sekolah setelah mengunci pintu mobil. Baru beberapa langkah ia menginjakkan kaki di lapangan basket yang segera menyambutnya ketika memasuki lorong yang menyambungkan area parkir dengan area gedung, sesuatu mengejutkannya.

Because of you, my life has changed

Thank you for the love and the joy you bring

Because of you, I feel no shame

I'll tell the world, it's because of you

Lima orang gadis cantik bersuara indah menyanyikan lagu Because Of You yang dipopulerkan oleh Keith Martin dengan diiringi petikan gitar. Seisi sekolah bertepuk tangan melihat kemunculan Theo yang masih tak mengerti akan apa yang tengah terjadi saat itu.

Di akhir lagu, dua orang siswa yang ternyata adalah Mahesa dan Lavina menembakkan convety, sehingga membuat siswa lainnya bergerombol mengelilingi Theo serta para anggota Vocal Group. Empat buah spanduk vertikal dijuntaikan dari lantai dua dan membuat Theo terkejut. Empat spanduk warna-warni itu masing-masing bertuliskan I, Love, You, dan Theodore.

"Oh my God," ucap Theo dengan mata yang tertuju pada juntaian spanduk.

Yang membuat Theo lebih kaget lagi adalah kemunculan Lilly dari balik punggung anak-anak Vocal Group. Lilly tersenyum menghampiri Theo sambil memeluk sebuah bola basket.

Saat itu penampilan Lilly benar-benar membuat Theo tak percaya bahwa yang berdiri di hadapannya adalah seorang Lilly. Pakaian seragam yang ia kenakan terlihat sangat rapi, dan rambut gadis itu tergerai indah. Lilly bukan seperti 'ratu jahat' yang biasanya di mata Theo.

"Hai, Theo," sapa Lilly sambil tersenyum. Sementara Theo masih membeku di tempatnya. "Lo udah ngerti, kan, maksud ini semua?" lanjut gadis itu. Laki-laki di hadapannya hanya mengerjapkan mata tak percaya. "Kalau lo mau jadi pacar gue, lakuin three point. Kalau nggak, lo mundur beberapa langkah dan lakuin chest pass ke gue."

Dengan binar mata bahagia dan senyum yang lebih cerah dari sinar mentari pagi, Lilly mengulurkan bola yang dipegang oleh kedua tangan mungilnya. Theo menatap bola yang kini disodorkan padanya. Cukup lama. Sementara teriakan anak-anak sesisi sekolah semakin membahana.

"TERIMA! TERIMA! TERIMA!"

Beberapa anak yang berdiri di dekat ring pun menyingkir untuk memberi Theo kesempatan melakukan shooting bola. Namun Theo masih saja terpaku di tempatnya, menatap bola yang disodorkan Lilly.

Semakin lama Theo memandangi bola basket, optimisme Lilly akan jawaban positif Theo semakin luntur. Mata Lilly tiba-tiba berkaca-kaca, tangannya yang sedang memegang bola pun gemetar. Sesuatu dalam diri Lilly mendorongnya untuk menjatuhkan bola di tangannya.

"DUK!"

Bola basket jatuh dan Lilly segera membalikkan badan untuk berlari pergi meninggalkan area lapangan basket sambil terisak. Tak hanya Theo, seisi sekolah juga kaget melihat Lilly yang pergi begitu saja tanpa mendapatkan jawaban apa-apa dari Theo. Mahesa yang heran dan khawatir akan kondisi Lilly pun segera menyusulnya.

"Lilly!" panggil Mahesa. Lavina pun ikut menyusul Mahesa yang tengah mengejar Lilly.

Sementara itu, Theo yang masih tak percaya akan kejutan yang diberikan untuknya, semakin terkejut begitu menyadari apa yang baru dilakukannya. Matanya tertuju pada bola basket yang kini menggelinding ke dekat kakinya. Para siswa pun membubarkan diri sambil saling berbisik-bisik, membicarakan hal yang pasti akan menjadi gosip terhangat di sekolah.

Date The DevilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang