"Lilly! Passing Tiara!"
"HOREEE!!!!"
Teriakan sang pelatih serta sorakan penonton yang sempat membahana di tempat yang sama menggema di telinga Lilly kala menginjakkan kaki di GOR. GOR itu pernah menjadi saksi bisu kegagalan timnya mempertahankan piala bergilir turnamen basket antar SMA se-Provinsi. Kini, tempat di mana Lilly berada saat ini akan menyaksikan kembali laga yang mempertemukan sekolahnya dengan tim lawan yang merupakan musuh bebuyutan. Entah sorak kemenangan akan menggema dari belahan supporter mana.
Melihat GOR dipadati oleh banyak orang, di mana jumlah supporter dari kedua tim sama banyak, Lilly terkejut.
"Ini bukan pertandingan final kemaren, kan? Kok penontonnya banyak banget?" tanya Lilly heran.
"Dari jaman Firaun masih narik becak, match sekolah kita lawan SMA Tunas Krida itu adalah match basket SMA terpanas di Bandung. Baik yang cowok, ataupun yang cewek. Makanya, yang dateng nggak cuma anak-anak sekolah kita dan anak-anak Tunas Krida, tapi juga anak-anak SMA lain," jawab Tiara sambil sama-sama mengedarkan pandangan ke arah bench yang mulai padat.
"Oh gitu, ya."
"Yuk, ganti baju. Pemanasan bentar lagi," ajak Tiara.
"Yuk," balas Lilly.
Ketika Lilly membalikkan badan, tak sengaja tubuhnya beradu dengan tubuh seorang perempuan. Perempuan yang memiliki ukuran tubuh satu setengah kali lebih besar dari tubuh Lilly itu segera menatap sinis ketika Lilly memandangnya.
Emosi Lilly hampir terpancing ketika menyadari perempuan yang bertabrakan dengannya adalah anggota tim SMA Tunas Krida. Namun Tiara segera merangkulnya untuk membawa Lilly pergi menjauhi masalah.
"Nanti di lapangan aja, Lil," bisik Tiara seraya membawa Lilly pergi.
Semangat Lilly untuk menjadikan hari ini adalah hari tim dan sekolahnya menguat. Banyak orang yang harus ia buat bangga lewat pertandingan ini.
****
Pertandingan dibuka oleh penampilan cheerleader dari masing-masing sekolah. Setelah tadi SMA Tunas Krida menampilkan tim pemandu sorak mereka, kini giliran SMA Satria Bangsa.
Lavina yang bertindak sebagai kapten, mendapatkan banyak sorakan dari supporter sekolah Lilly, terlebih anak-anak laki-laki. Tak sedikit supporter tim lawan yang juga ikut menyoraki Lavina, karena tertarik akan kecantikan gadis itu. Dari tempat duduknya, Lilly tersenyum melihat penampilan Lavina dan kawan-kawan.
Lavina emang cewek perfect, beruntung Mahesa dapetin dia, batin Lilly.
Begitu penampilan cheerleader SMA Satria Bangsa berakhir, tepuk tangan penonton menggema di dalam GOR. Degupan jantung Lilly semakin kencang karena pertandingan akan dimulai beberapa saat lagi.
Semua terasa begitu cepat ketika ia dan tim memasuki area lapangan, begitu juga dengan tim lawan. Segala prosesi sebelum pertandingan dilaksanakan dan Lilly tak menyangka hari di mana ia sudah berjanji akan menebus kesalahannya benar-benar telah tiba.
Tuhan. Aku mohon. Hari ini. Demi tim, sekolah, coach, dan Theo. Amin.
Bola dilemparkan dan pertandingan dimulai.
****
Pertandingan mulai memasuki quarter ketiga dan Lilly masih trauma melakukan shooting bola. Papan penunjuk skor digital menunjukkan angka 30-30 dan pertandingan tengah panas-panasnya. Sambil mendengarkan instruksi dari Coach Dani, Lilly mencari-cari sosok Theo di bench supporter sekolah, tetapi laki-laki itu tak ada di sana. Semangatnya nyaris menciut, tetapi ia segera sadar bahwa pertandingan ini tak hanya untuk Theo, tetapi juga untuknya, tim, sekolah, dan Coach Dani.
KAMU SEDANG MEMBACA
Date The Devil
RomanceLILLY Bertubuh mungil, punya tinggi satu setengah meter. Rambutnya tak pernah diurai, selalu dikucir kuda. Lincah, selalu jadi bintang lapangan turnamen basket putri antar sekolah. Kekanakan, tak bisa bersikap anggun layaknya perempuan. Usianya enam...