Blushing

1.6K 92 1
                                    

"Hai, Lil!"

Lilly kaget mendapati Mahesa sudah ada di depan pagar rumahnya malam itu sambil menenteng sebuah tote bag yang ia tak tahu apa isinya. Ini adalah kali pertama Mahesa kembali mengunjungi rumahnya setelah beberapa waktu lalu mereka menjaga jarak.

"Bantuin gue nugas Sejarah, ya?" pinta Mahesa.

Setelah sempat berpikir sejenak, Lilly mengangguk. Dipersilahkannya Mahesa masuk. Mahesa yang kehadirannya sudah tidak asing lagi bagi penghuni rumah Lilly segera naik ke lantai dua tempat kamar Lilly berada setelah menyapa orang tua Lilly dan Leo.

Keduanya nampak canggung saat sudah berada di kamar Lilly. Biasanya, interaksi seru akan terjadi saat Mahesa menginjakkan kaki di kamar Lilly dan segera mengutak-atik koleksi game miliknya. Namun kini, keduanya sengaja menyibukkan diri masing-masing. Mahesa membuka-buka buku Sejarahnya, sementara Lilly sibuk membalas chat teman-temannya melalui laptop.

"Ng... Lil," panggil Mahesa ketika mulai sadar kecanggungan hadir di antara mereka berdua.

"Hm?" tanya Lilly sambil mengalihkan pandangannya dari layar laptop.

"Masih marah sama gue soal kemaren-kemaren?" tanya Mahesa.

Ia berpikir sekaranglah saatnya untuk memperbaiki hubungannya dengan Lilly, meski ketakutannya bahwa Lilly akan kembali berharap padanya masih ada. Namun mendengar wacana tentang kedekatan Lilly dan Theo, ia jadi yakin tak akan ada lagi perasaan istimewa Lilly untuknya.

"Nggak usah dibahas, deh," jawab Lilly yang masih belum mengerti bagaimana perasaannya saat ini. Tetapi ia merasa tidak bisa terus-terusan berjarak dengan Mahesa, karena diam-diam ia pun merindukannya. "Mending nugas Sejarah aja," lanjutnya sambil menutup layar laptop.

Mahesa bernafas lega karena rupanya Lilly sudah tak mempermasalahkan lagi hal yang kemarin sempat menjauhkan mereka. Ia pun yakin, langkahnya untuk mencapai satu misinya di mana ada Lavina di sana akan tercapai.

"Coba lo samain dulu tugas lo sama gua. Ntar kalo ada yang nggak ngerti, tanyain," ujar Lilly sambil menyodorkan buku tugas Sejarahnya pada Mahesa.

"Oke. Thanks," ucap Mahesa.

Baru beberapa detik Lilly memperhatikan pekerjaan Mahesa, ponselnya tiba-tiba berdering. Begitu dilihat, sebuah nomor tak dikenal tertera pada layar. Dengan ragu, Lilly mengangkatnya.

"Ha...lo?"

"Hi, ratu jahat."

Suara berat dengan cara bicara yang Lilly kenal di seberang telepon membuat jantung Lilly berdegup kencang. Matanya membulat dan pipinya merona merah. Ketika melihat Mahesa, sahabatnya itu bertanya "Siapa?" dengan menggerakkan mulut tanpa suara. Namun tak dijawabnya pertanyaan Mahesa itu karena Lilly masih shock.

"Hello? Anybody there?"

Suara Theo mengembalikan sadar Lilly. "Eh iya iya, halo. Ini siapa?" tanya Lilly yang memilih untuk berpura-pura tak tahu.

"Jadi nggak hanya gue ya, yang manggil lo ratu jahat?"

Lilly salah tingkah. "Oh, elo, raja jahat."

"Hahahahaha!" Mahesa tertawa saat tahu Theolah yang sedang menelepon Lilly.

"Siapa yang ketawa di situ, Lil?"

Lilly memelototi Mahesa untuk mengisyaratkannya agar diam. Mahesa pun membekap mulutnya dengan tangannya sendiri sambil menahan tawa dan berguling-guling di karpet.

"Itu, Leo, mergokin kucing lagi kawin," jawab Lilly dengan gugup.

"Hahahaha dasar! Dikirain siapa."

Date The DevilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang