A Kick in Our Heart

1.6K 95 3
                                    

Bola yang baru saja ditembakkan Theo melambung tinggi dan jatuh ke dalam sang keranjang bulat. Mulut Lilly menganga dan matanya membulat, sementara teman-teman Theo yang lain bersorak dan bertepuk tangan. Theo segera memandang Lilly yang masih shock karena three point-nya, lalu memberikan sebuah senyum pada gadis itu.

"Semangat Theodore!" seru Dalina yang menjadi bagian dari sekumpulan teman-teman Theo. Lilly dan Theo menoleh ke arah perempuan yang kini jadi pusat perhatian itu. Beberapa orang ada yang menyenggol sambil menggoda Dalina.

"Cieee yang pengen balikan," goda salah seorang teman Theo yang menghasilkan tendangan kecil serta sensasi kejut listrik di hati Lilly.

Balikan? Emang mereka pernah pacaran? tanya Lilly dalam hati. Namun ia segera menggeleng-gelengkan kepala untuk mengingatkan dirinya sendiri bahwa itu bukan urusannya. Sejak kapan gue kepo soal Theo? Najis, batinnya.

Yang disemangati hanya melirik sekilas ke arah Dalina. Gadis itu nampak begitu berharap Theo akan membalas atau sekedar tersenyum atas seruan semangatnya. Nyatanya, Theo tak peduli.

"Nggak akan mau, Lin! Dia udah naksir sama ini bocah!" celetuk Rangga sambil menunjuk Lilly yang duduk di sampingnya.

"CIEEE!"

Kini giliran Lilly yang jadi objek godaan teman-teman Theo. Ia memelotot pada Rangga yang ikut menyorakinya. Sementara Theo yang sedang fokus bermain mendadak salah tingkah dan kehilangan konsentrasinya.

"Ngaco aja, sih!" gerutu Lilly yang sama salah tingkahnya seperti Theo.

Sementara teman-teman Theo sibuk menggodai Lilly, Dalina diam di tempatnya dengan wajah cemberut dan lirikan sinis pada sang adik kelas. Semakin hari, ketidaksukaannya pada Lilly semakin besar. Setelah menurutnya Lilly menggagalkan target tim basket sekolah untuk mempertahankan gelar juara, ia pun merebut apa yang seharusnya Dalina kembali miliki.

"Udah ah, malah pada godain!" gerutu Lilly sambil beranjak dari tempatnya duduk.

"Eh eh, mau kemana?!" teriak Theo yang fokus permainannya sudah terbagi.

"Beli minum," jawab Lilly seperlunya.

"CIEEEE!" lanjut teman-teman Theo karena Theo memberikan perhatian khususnya bagi Lilly. Alhasil, keduanya sama-sama makin salah tingkah.

****

Untunglah kantin sekolah masih buka hingga petang hari sehingga Lilly masih punya kesempatan untuk membeli minuman dingin di sana. Selepas dari kantin, saat langkahnya sudah dekat dengan lapangan basket dan orang-orang sudah mengetahui kehadirannya kembali di sana, seseorang tiba-tiba berlari ke arahnya.

"LILLY!"

Lilly menoleh dan melihat Mahesa tengah berlari ke arahnya. Ia heran karena hari sudah terlalu sore dan sahabatnya ternyata belum pulang. Namun yang membuat Lilly kaget adalah saat Mahesa mendadak mendekapnya erat. Begitu erat. Dan pemandangan itu disaksikan oleh semua orang yang sedang menonton 3 on 3, termasuk Theo yang malah sedang bermain. Tak heran jika kini giliran Theo yang mendapatkan tendangan kecil di hatinya, malah justru lebih keras.

"Gue udah jadian sama Lavina," bisik Mahesa di telinga Lilly.

Mata Lilly membulat dan badannya kaku ketika Mahesa melepaskan pelukannya. Ia menatap Mahesa dengan tatapan kosong dan Mahesa sempat takut Lilly masih menyimpan rasa padanya sehingga akan merasa kecewa.

Itu artinya, Lavina udah jadi pacar Mahesa sekarang, batin Lilly. Segaris senyum tampak di bibir Lilly meski ada sedikit rasa yang mengganjal di hatinya karena tak menyangka Mahesa telah menyatakan cinta pada Lavina.

Date The DevilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang