Cerita sudah diperbaiki, silahkan dibaca :)
"Kak rumah saya ada di daerah-"
"Stttt, gak usah ngomong, gue udah tau kok rumah lo dimana," Tifan langsung menutup mulutnya. "Gimana susu ijonya? Enak engga?"
Tifan langsung tersadar, ternyata benar yang pesenin taksi sama ngasih Milk Green Tea untuk Tifan adalah Deran. Tapi buat apa? Dia dan Deran kan belum saling kenal. "Enak kok, ngomong-ngomong makasih ya taksinya." Tifan tersenyum kearah spion dan Deran membalasnya walaupun mulut Deran tertutup helm tapi Tifan masih melihat mata Deran yang sedang tersenyum kearahnya.
"Kita belum kenalan, nama lo siapa?"
"Nama saya Tifan, nama kakak, Deran?" Tiba-tiba Deran menghentikan motornya mendadak membuat Tifan terdorong kedepan.
"Sorry sorry, mobil depan ngerem mendadak. Eh kok lo tau sih nama gue?" Deran melaju kembali dengan motornya. Bukannya menjawab pertanyaan Deran, Tifan malah tiba-tiba panik karena Deran bukan membawanya kearah rumahnya, bahkan jalanan sini belum pernah Tifan lewati.
"Kak, kakak mau bawa aku kemana?" Wajah Tifan kembali terlihat takut, "Rumah aku bukan kesini jalannya. Aku turun aja deh, Kak turunin aku disini aja!" Suara Tifan benar-benar terdengar sangat Panik.
"Lo tuh ya kaya orang baru, tau ga? Jalanan daerah sini aja gak tau, ini jalan alternatif kalo lo gak tau, ini jalan pintas." Tifan kembali tenang.
Mereka berdua pun sampai ditujuan, Deran langsung pamit kepada Tifan tapi lebih tepatnya Tifan lebih dulu mengusir Deran agar segera pergi karena takut ketahuan orang tuanya.
Deran langsung melaju dengan motornya ketempat tujuan berikutnya, toko baju. Harusnya orang tuanya sudah sampai dirumah sejak jam dua belas tadi, tapi sedari tadi Deran belum mendapat telpon dari Ayahnya. Sebenarnya memakai kaos yang dipadukan dengan celana levis sudah cukup sopan menurutnya, mungkin Deran akan membeli beberapa baju untuk persediaannya.
Deran sampai ditoko baju distro langganannya, tanpa melihat model dan gambarnya Deran langsung mengambil empat potong baju, bukan untuk Deran, tapi untuk Wili dan Frian, Deran hanya tinggal ngomong kalau itu oleh-oleh dari Paris. Padahal Deran sudah tau kalo Wili dan Frian pasti tau kalo baju yang dibelinya bukan dari Paris.
Setelah dari salah satu toko baju langganannya, Deran langsung pergi ke toko baju langgannanya yang kedua, jaraknya emang lumayan cukup jauh.
Deran selesai memilih bajunya, kemudian Deran langsung membayarnya di kasir, sungguh dia tak mau berlama-lama ditoko ini, karena kebanyakan semua pelanggannya perempuan. Toko ini memang menjual pakaian laki-laki dan perempuan, ya kalian tau lah mana ada cowo yang suka belanja.
"Kak Deran?" Deran melirik kesamping kanannya saat melihat Tifan yang berdiri disampingnya yang sudah berganti pakaian. "Kakak ngapain disini?"
"Wah ini mah jodoh nih! Ini, gue abis beli batagor, nih mau bayar kekasir." Ucap Deran bercanda.
"Oh beli batagor ya, hahaha."
"Kamu beli baju juga? Buat apa?"
Tifan mengangkat dua dres ditangannya. "Inih? Buat dinner kak."
"Oh buat Dinner, kalo gue mah buat makan malem."
Kakak ini ngelawak atau apa sih, Dinner sama makan malem kan sama.
+++
"Assalamualaikum, Bi Inem?" Teriak Deran saat memasuki rumahnya memanggil pembantunya.
Bi Inem muncul dari dapur sambil berlari kearah Deran, "Den Deran baru pulang? Tuan sama Nyonya udah nyampe satu jam yang lalu, tapi Den Deran belum datang, sekarang Nyonya sama Tuan ada dikamar katanya mau istirahat."
KAMU SEDANG MEMBACA
Through It Together
Teen Fiction[sebagian cerita di private] Deran Reynand Nuarta, tak banyak yang mengenalnya secara rinci, ganteng, famous, perhatian, humoris, kurang apa coba? Tapi sayangnya semua orang sudah terlanjur menjiplak Deran sebagai cowo annoying. Bagaimana orang-ora...