[40]. Kotak Bekal Warna Biru

50.2K 3.2K 53
                                    

Senyum lebar terpasang di wajah Tifan. Perempuan itu kini sedang berdiri menyiapkan bekal untuk Deran. Tepak Nasi berwarna biru itu dia tutup rapat kemudian langsung dia masukan kedalam tas. Mungkin sekarang waktunya menjelaskan yang sebenarnya kepada Deran, tentang Frian, Raquel dan Ashta, apapun yang Deran belum ketahui.

Ibu dan Ayah Tifan sudah berangkat bekerja. Ibunya berhenti dari tempat kerjanya dan mulai membantu Airin, Ibu Deran membangun usaha Alm Ayahnya Deran si Indonesia, walaupun itu sedikit sulit ia lakukan.

-

Sekarang hari kamis dan dua hari lagi ulang tahun Deran yang ke 17. Hari ini juga sekolah bebas, mungkin hanya beberapa kelas yang masih menyelesaikan remedialannya dan hanya beberapa kelas saja yang masih belajar. Tapi kelas Tifan sudah menyelesaikan semuanya dan Tifan lihat, kelas Deran juga sama dengan kelasnya, tidak ada guru yang masuk.

Satu semester terasa begitu sangat cepat, Senin nanti akan dilaksanakan UAS setelah itu liburan panjang menanti mereka.

Mungkin Tifan mampir dulu kekelas Deran, mengantarkan bekalnya untuk Deran. Tapi didalam dia tidak melihat Deran ataupun Wili. Didalam Tifan hanya melihat Frian yang duduk sendirian dan beberapa siswa lainnya. Tifan bertanya pada salah satu siswa yang duduk didepan kelas Deran.

"Kak, liat Deran engga?" Tanya Tifan pada salah satu siswa.

"Oh Deran? Tadi gue liat sih dia jalan sama Wili kearah belakang sekolah, noh kearah sana." Tunjuk siswa tadi.

Tifan tersenyum. "Oh makasih Kak."

"Iya sama-sama."

Tifan langsung bergegas kearah belakang sekolah mencari Deran. Biasanya tempat itu jarang dikunjungi beberapa siswa. Apa yang sedang mereka berdua lakukan disana? Pikir Tifan.

Tifan mengedarkan pandangannya, dia mencari disetiap sudut tempat. Setelah lelah mencari, akhirnya Tifan menemukan Deran dan Wili yang sedang duduk berhadapan, sepertinya mereka sedang membicarakan hal yang serius, Tifan bisa melihatnya melalui ekspresi wajah Deran dan Wili. Mereka masih berbicara, tapi Tifan tidak bisa mendengar apa yang sedang mereka bicarakan.

Tifan diam sejenak menunggu mereka berhenti berbicara, takutnya kehadiran Tifan yang secara tiba-tiba malah membuat mereka tak enak.

Sudah lima menit Tifan berdiri menatap kearah Deran dan sudah lima menit juga Deran dan Wili berbicara sambil diawasi oleh Tifan. Tifan melihat Deran mengacak rambutnya frustasi, Tifan melihat amaran dari wajah Deran, Tifan melihat ada kekesalan yang Deran tunjukan, Tifan melihat dan mendengar Deran berteriak dengan kencang seakan semua amarahnya sedang dia luapkan, Tifan melihat kalau sekarang Deran sedang memandanganya, tapan mereka bertemu, Deran langsung terdiam saat matanya menemukan sosok yang sangat ia rindukan.

Tifan berjalan mendekati mereka, sepertinya situasinya sekarang sudah tenang. Tifan duduk didekat Wili, mengambil tasnya dan mengeluarkan bekalnya untuk Deran. Tifan tersenyum kearah Deran, tangannya terulur untuk memberikan tepak nasinya kepada Deran.

"Aku pernah janji mau buatin sarapan buat kamu, kemaren juga aku sempet buatin, tapi mungkin aku kurang beruntung karena kamu engga ada." Ucap Tifan sambil menunggu Deran menerima benda yang sedari tapi ia pegang.

"Uwiiiihhhh... Ran buruan terima, sorry ya Ran kemaren bekal dari Tifan terpaksa gue makan, enak loh. Seriusan enak Ran, banyak terumbu karangnya, eh maksud gue banyak seafoodnya, lo kan suka makanan makanan kaya gitu." Ucap Wili sedikit bercerita.

Deran tersenyum, menerima bekal dari Tifan. "Sorry Fan, tapi aku udah kenyang. Tadi pagi Mamah buatin aku sarapan, aku makan banyak karena aku kangen banget sama masakan Mamah. Kata Wili makanan kamu juga enak, engga papa kan kalo aku terima bekel dari kamu terus aku kasih ke Wili. Mubajir kalau engga ada yang makan." Ucapan Deran membuat Wili sedikit terkejut, Tifan pun demikian.

Through It TogetherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang