[51]. Secepat Itukah?

57.4K 3.2K 31
                                    

Oh iya, kalian jangan kaget ya kalau ketemu sama kalimat 'Satu tahun kemudian' 'sepuluh tahun kemudian' 'esok hari kemudian' atau sejenisnya yang ngandung kata kemudian. bentar lagi selesai :)

Tak terasa waktu liburan sudah berakhir. Tidak ada alasan untuk bermalas-malas lagi. Perbedaan liburan yang dulu dengan liburan yang sekarang memang cukup berbeda menurut Deran, kalau liburan dulu, dia sama sekali tidak bersemangat untuk berangkat kesekolah, bahkan dia akak selalu membolos dua hari di awal sekolahnya. Tapi sekarang berbeda, tidak ada alasan untuk Deran tidak berangkat kesekolah, kalau berangkat otomatis Deran bakalan ketemu sama Tifan, kalau engga berangkat, waktunya untuk memandang Tifan sedikit berkurang.

"Fan, balik bareng yu." Deran sedang berdiri didepan kelas Tifan sudah lengkap dengan tasnya.

"Tapi engga hari ini ya, aku mau seleksi." Kata Tifa menolak.

"Seleksi apaan? Olimpiade?" Tanya Deran. Biasanya di awal-awal bulan seperti ini semua siswa akan disibukan oleh Olimpiade-Olimpiade mata pelajaran yang semuanya Deran benci, kalau mata pelajaran PKN masuk mungkin Deran akan mengikut sertakan dirinya.

Tifan menggeleng. "Bukan, seleksi voli."

"Lagi?" Tanya Deran sambil menunjukan raut wajah kagetnya.

Tifan agak takut menjawabnya, mungkin Deran akan marah lagi karena Tifan selalu mengikuti seleksi masuk team inti tapi dia selalu gagal. "Eh-i-ya." Jawabnya gagu.

"Emang udah pasti maen? Udah pasti kamu jadi team inti?" Deran menaikkan nada suaranya satu oktaf.

"Kata Pak Jarwo, aku masih jadi cadangan―e kamu tenang aja, aku bakalan di mainin kok di akhir pertandingan. Ini beda sama yang sebelumnya, aku bakalan dimainin di babak dua." Jelas Tifan sejelas-jelasnya, dia mencoba membujuk Deran supaya mengijinkannya mengikuti seleksi lagi. Padahal Tifan adalah anggota team Voli tapi semua team inti harus selalu di saring lagi.

"Yaudahlah terserah kamu." Kata Deran akhirnya.

"Kenapa kamu yang marah ya? Padahala disini kan aku yang maen?"

"Aku Cuma engga mau kalo kamu malah buang-buang waktu kaya gitu, engga nyesek apa, diajak ke gor tapi engga dimainin?" Deran menatap lurus kearah gadisnya.

"Tapi kan nonton." Kata Tifan menambahkan walaupun dengan volume suara yang kecil.

"Terserah deh, kapan lombanya?" Tanya Deran sambil mengangkat dagunya.

"Awal Februari."

Deran menepuk tangannya. "Yaudah, nanti sore kita main voli."

"Tapi... aku pulang jam 5 sore, cape." Bukannya Tifan tak mau, tapi seharusnya Deran bisa lebih mengerti.

"Yaudah besok deh." Kata Deran mengusulkan latihan di hari lain.

"Besok juga latihan lagi." Jawab Tifan sedikit takut-takut.

"Yaudah lusa!" Kata Deran dengan volume suara yang tinggi dan menekan. Tidak adakah sedikit waktu yang bisa dia habiskan dengan Tifan?

"Oke." Tifan mengangguk ragu.

"Semangat ya. Sayang deh sama kamu." Katanya kemudian sambil mengelus lembut rambut Tifan. Tifan sama sekali tak mengerti, apa tadi Deran sedang memainkan perannya? Di awal dia terlihat sedikit kesal, tapi di akhir? Dia malah tersenyum sambil menyemangati Tifan.

Esok lusa kemudian.

"Okeh." Kata Deran saat melihat Tifan menerima bola dari tangannya.

"Bagus." Katanya lagi.

Through It TogetherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang