Sinar matahari menyeruak masuk menembus jendela kamar Deran. Deran mengerjapkan matanya dan mulai mengumpulkan nyawanya. Dilihatnya jam di atas nakas milik Deran. Pukul 07.15.
Deran langsung tersadar dari bangunnya. "Mampus! Ini udah jam segini, si Bi Inem kemana?!" Teriaknya dengan wajah yang panik.
Sudah biasa kalau dirinya telat, itu sudah menjadi rutinitas hidup Deran. Tapi yang disayangkan hari ini adalah, Deran tak bisa menjemput Tifan dan mengajaknya berangkat bareng.
Deran langsung masuk kedalam kamar mandi, setelahnya ia langsung memakai seragam sekolahnya dan langsung keluar dari kamarnya. "CLARA?!!" Teriak Deran memanggil Bi Inem. Bi Inem keluar dari arah dapur sambil memegang pisau ditangannya.
"Siapa?" Tanyanya sambil berjalan. Bi Inem terkejut saat melihat Deran yang berdiri dihadapannya. "Loh, loh, loh. Bukannya Den Deran nginep dirumahnya Den Wili?"
"Aku engga nginep dirumah Wili! Kenapa Bibi engga ngabangunin saya sih!" Sentaknya sampai membuat tubuh Bi Inem tersentak kaget.
"Ya mana aku tau, suruh siapa engga ngasih tau kalo Den Deran itu ada dirumah." Ucap Bi Inem tanpa sedikitpun rasa takut, nada bicaranya pun sudah nyeleneh dan mulai meremehkan Deran. Karen memang Bi Inem dan Deran sudah saling mengerti.
"Baru kali ini nemuin pembantu kaya lo! Sadar umur dong, nama Sutinem pengen dipanggil pake nama cakep, dasar centil!" Deran menendang kursi didekatnya Kemudian dia langsung melenggang keluar rumah.
"Denganteng mau sarapan dulu engga?" Teriak Bi Inem mencoba menggil Deran, tapi Deran terus saja berjalan tanpa melirik kebelakang.
+++
Entah kenapa mood nya hari ini benar-benar hancur. Semenjak kemarin, Deran tak henti-hentinya memikirkan Tifan. Semua kejadian kemarin selalu muncul dikepalanya, yang paling Deran tak suka adalah dirinya sadar bahwa hati Tifan sudah ada yang mengisi.
Deran melaju dengan motornya dengan kecepatan yang tinggi, tak peduli dengan kendaraan yang ada disekitarnya, lampu merahpun berani ia terobos. Deran sudah tau, secepat apapun dia mengendarai motornya, tetap saja pasti akan telat sampai disekolah.
Setidaknya dengan cara inilah perasaannya sedikit damai.
"Woi lo berdua dimana?" Ucap Deran dari balik telepon.
Frian terkejut saat mengetahui Deranlah yang menelponnya. "Weh! Lo ada dimana Ran? Untung aja guru yang masuk hari ini engga killer."
"Gue otw rooftop, jalan belakang. Motor sengaja diparkir diluar, lo sama Wili kan?" Kata Deran sambil terus berjalan menuju rooftop sekolahnya.
Frian mengangguk sambil melirik ke arah Wili yang ada disebelahnya. "Iyah gue sama Wili, gue berdua otw langsung nih. Yo." Frian menutup teleponnya sepihak.
Mereka berdua pun langsung berlari pelan menuju rooftop, melirik kekanan dan kekiri sambil memperhatikan keadaan. Kalau saat jam pelajaran dimulai, tidak akan ada siswa atau siswi yang berani kerooftop sekolah karena ujung-ujungnya pasti mereka akan masuk ruang BK karena mendapat laporan dari OSIS.
Bukan masalah menurut Frian dan Wili, mereka berdua senang senang saja kalau Deran mengajak mereka bolos pelajaran. Mereka bertiga sering mengunjungi rooftop disaat saat jam pelajaran dengan alasan bosan dengan gurunya. Masuk BK? Kalau hanya teguran, tidak akan membuat mereka kapok.
Mereka berdua sampai di atas, dilihatnya Deran yang sedang berdiri sendirian sambil menatap keadaan dibawah.
"Ran!" Panggil Frian. "Lo ada masalah apa nih ngajak kita berdua kesini." Frian menepuk pundak Deran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Through It Together
Teen Fiction[sebagian cerita di private] Deran Reynand Nuarta, tak banyak yang mengenalnya secara rinci, ganteng, famous, perhatian, humoris, kurang apa coba? Tapi sayangnya semua orang sudah terlanjur menjiplak Deran sebagai cowo annoying. Bagaimana orang-ora...