[31]. Cemburu, Bingung dan Kesal

51.6K 3.6K 39
                                    

"Kamu suka sama dia?" Tanya Deran akhirnya.

Tifan tersenyum. "He is my first love."

Deg!

Rasanya seperti jantung Deran berhenti seketika.

"Cinta pertama belum tentu pacar pertama." Sambung Tifan saat melihat Deran yang sedari tadi diam saja.

Deran memajukan kursinya sedikit kedepan dan mencondongkan badannya kedepan, dia menatap Tifan dengan wajah yang serius.

Deran menghirup nafas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan. "Fan kamu tau kan kalo aku itu sayang.... banget sama kamu."

Pipi Tifan memerah seketika, Tifan merasa malu dengan apa yang tadi Deran ucapkan. "Kamu ngomong apaan sih Ran."

Deran menghembuskan nafasnya kasar. "Kamu engga ngerti? Aku suka sama kamu Tifani Almira, aku kan udah pernah bilang kayak begini, masa masih belum ngerti juga."

Sebenarnya Tifan sudah mengerti dan sangat-sangat mengerti, tapi yang ada di dalam hatinya, kenapa Deran harus mengulang perkataannya lagi. Jujur saja Tifan belum siap pacaran, entahlah saat ini jantungnya benar-benar berpacu 2x lebih cepat.

"Iya Deran aku ngerti, ngerti banget malah. Yang aku engga ngerti, kenapa kamu harus nyatain perasaan kamu lagi?" Tanya Tifan. Satu pertanyaan muncul dari kepala Deran. Memangnya salah kalo setiap hari ngungkapin perasaan?

"Aku cemburu Fan."

Tifan menahan nafasnya dan juga mencoba menahan tawanya. Tapi akhirnya Tifan pun tertawa tak kuat. "Kamu cemburu? Cemburu kenapa?"

"Yang kamu bilang kalo si Ashta itu cinta pertama kamu, sakit tau Fan. Nyesek banget."

"Lebay tau."

"Terus aja bilang kaya gitu, kamu engga pernah ngerasain cemburu apa kalo aku deket-deket sama cewe lain?"

"Kamu kan udah engga pernah ngeladenin cewe-cewe yang ngedeketin kamu lagi."

"Ya semisal, aku genit-genitan ke cewe lain, kamu engga sakit?"

"Ya engga lah." Jawab Tifan enteng.

Deran terkejut, apa emang Tifan itu sema sekali tidak memiliki perasaan sama Deran. "Kok gitu sih? Kamu beneran engga suka sama aku? Jujur aja kali Fan." Ucapnya dengan wajah yang lesu.

"Ya karena aku udah tau kalo kamu itu sukanya sama aku." Tifan tertawa, membuat Deran juga ikut tersenyum.

Percakapan mereka terhenti karena dering ponsel Tifan. Tifan mengambil ponselnya diatas meja, membuka sms yang tadi masuk. Dari suster di Rumah Sakit, mungkin ini penting.

Susuter Elissa

Tifan, Suster tunggu di Rumah Sakit sekarang juga. Ada yang perlu kita omongin. Penting.

Apa yang diomongin Suster Elissa pasti selalu penting, masalahnya ini tentang Ashta karena dia Suster yang khusus merawat Ashta. Tapi sekarang Tifan sedang bersama Deran, jujur... Sebenarnya Tifan masih ingin berlama-lama disini dengan Deran, ya mungkin sampai orang tuanya kembali kerumah.

"Emmm udah malem," Tifan menggaruk tengkuknya.

"Kenapa? Kamu ngusir aku?" Tanya Deran kaget.

Tifan melambaikan tangannya. "Engga bukannya kaya gitu, tapi besok aku ada ulangan harian jadi belum sempet belajar karena diajak kamu seharian ini, liat aku juga belum ganti baju, kamu engga nyadar." Ucap Tifan sambil menunjuk seragam yang masih ia kenakan.

"Yaudah deh aku pulang, yakin gapapa dirumah sendirian?"

"Iya engga papa."

+++

Tifan langsung mengganti pakaiannnya. Setelah itu dia langsung memanggil taksi.

Sesampainya di Rumah Sakit, Tifan langsung mencari Suster Elissa di tempat biasa.

"Sus, ada apa? Ashta kenapa?" Tanya Tifan tergesa-gesa karena khawatir. Tifan langsung melangkahkan kakinya masuk ke ruangan Ashta.

Suater Elissa mencegatnya dengan kata-kata. "Percuma, kamu mau masuk kekamar Ashta? Dia engga ada di kamar."

Tifan berhenti."Apa?! Maksudnya?" Tanyanya bingung.

"Suster juga kaget kalo ternyata Ashta udah sembuh dan itu terlalu tiba-tiba. Ashta dibawa pulang sama keluarganya satu jam lalu, adiknya tadi masih disini. Tapi kayaknya dia udah pergi."

"Terus Ashta gimana? Dia baik-baik aja? Dia normal?"

"Kesehatannya bagus dan tadi saya sama Ashta sempet ngobrol seperti biasa, Ashta bilang dia minta maaf dan tadi dia nitipin ini." Suster Elissa memberikan sepucuk kertas yang dilipat-lipat. Tifan langsung mengambilnya dan membukanya.

Sorry kalo gue ngagetin kaya gini. Bohong? Iya akhir-akhir ini gue ngebohongin semua orang tentang kesehatan gue. Gue bener-bener minta maaf banget. Sore ini gue pulang kerumah, kita udah kenal kurang lebih tiga tahunnan tapi dari dulu lo belum gue kenalin ke keluarga gue karena dulu gue emang hidup sendiri.

Dan hari ini keluarga gue nerima gue lagi, gue janji engga akan kabur kaburan kaya dulu lagi. Adik laki-laki gue juga udah dewasa, mungkin dia juga udah agak ngerti. Thanks Tifan, selama ini lo yang selalu peduli sama gue, gue sayang sama lo.

Jangan cari gue, biar gue yang cari lo :)

Ashta Rezatya.

Tifan mengerti apa yang ditulis oleh Ashta. Dulu Ashta memang tidak tinggal dengan keluarganya. Bahkan dia nekad pindak sekolah dengan bantuan temannya supaya keluarganya tidak mencari dan menemukan Ashta.

Makanya dari dulu sampai sekarang, Tifan tidak pernah bertemu keluarga Ashta karena mereka memang tidak pernah bertemu, hanya beberapa kali saja Tifan mendapat gambaran tentang keluarga Ashta karena dia sering cerita.

Tifan senang karena Ashta sudah kembali dengan keluarganya.

"Jadi gimana?" Tanya Suster Elissa menyadarkan Tifan yang melamun.

"Dia bilang aku engga perlu nyari dia karena dia sendiri yang nanti bakalan nyari aku. Jadi mungkin sekarang aku harus nunggu dia samape dia nemuin aku."

"Kalian pacaran?" Pertanyaan Suster Elissa membuat Tifan terkejut.

"Ya engga lah, aku udah ada orang lain. Yaudah Suster Elissa, makasih banyak buat semuanya, semoga ini bukan pertemuan terakhir kita. Yaudah kalo gitu, aku pulang aja."

Suster Elissa memeluk Tifan. "Hati-hati ya, kamu gadis yang baik. Dadah."

Disisi lain Firan yang sedari tadi mendengar percakapan Tifan dan Suster tadi langsung menghubungi Deran.

"Halo Deran, lo sekarang ada dimana?" Ucapnya dalam sambungan.

"Dirumah, ada apaan sih? Lo kok buru-buru banget ngomongnya."

"Gue kesana sekarang, lo tunggu disana oke. Ini tentang Tifan, lo harus tau apa yang sebenernya terjadi." Frian menutup sambungan kemudian langsung pergi keluar Rumah Sakit.

Through It TogetherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang