[22]. Pelajaran Dari Deran

66.7K 4.1K 76
                                    

Deran sedang duduk di pinggir lapangan basket yang sengaja di pakai untuk pertandingan futsal.

Fadli sengaja meminjam lapangan basket hanya untuk memudahkan saja.

Sekarang skornya masih seri 2-2.

Bukan pertandingan yang Deran lihat sedari tadi, tapi Deran sibuk dengan pandangannya sendiri. Wili, Frian dan Deran sebagai pemain cadangan hanya bisa menonton. Frian dan Wili asik berteriak karena bola tak kunjung masuk ke gawang, sedangkan Deran malah tertawa melihat Tifan yang sedari tadi dimarahi oleh guru olahraganya.

"Kalian bertiga ini gimana sih? Besok lusa udah mau seleksi buat nyari pemain inti, katanya mau masuk jadi pemain inti, tapi servis aja belum bener." Bentak Pa Jarwo kepada Tifan, Maura dan Livi.

"Saya bisa mukulnya kok pak," Sela Maura.

"Iya saya juga tau kalo kamu bisa mukulnya, tapi bolanya malah mental jauh banget, entah kemana."

"Bentar lagi juga bisa kok Pak," Ucap Livi ikut membela.

"Bisa bagaimana? Sedari tadi kakak kelas didepan kalian ngajarin kalian, semuanya bisa kecuali kalian bertiga."

"Kasih kita waktu lagi Pak." Tifan memelas.

"Ah sudahlah, Bapak mau ke kantor dulu sebentar, kalian latihan lagi, Yura ajarin adik kelas kamu lagi." Pak Jarwo berjalan meninggalkan lapangan frustasi. Yura si ketua Voli putri langsung mengajari mereka lagi.

Satu kali, dua kali, tiga kali. Padahal masing masing dari mereka sudah diberi bola satu orang satu, tapi tetep aja meleset. Bolanya malah terbang entah kemana, ada yang ngenain kepala orang lah, ada yang ketangkep net lah, ada yang ilang ngegelinding lah dan sebagainya.

"Bukan gitu cara ngajarin mereka." Deran datang dan langsung merebut bola dari Yura. "Lo bertiga juga, masa gini aja gak bisa, gue capek tau ngeliatinnya."

"Lah suruh siapa ngeliatin kita." Sanggah Maura segera.

"Ah bacot, udah sini gue ajarin. Lo yang servis, inget badan lo harus condong kekanan dan bola di tangan kiriloh haru ikut condong juga, okeh tetep dalam posisi itu." Deran mengintrupsikan Maura dan Maura hanya menurut, sedangkan anggota lain terus berbisik-bisik tetangga saat Deran tiba-tiba datang kelapangan voli.

Maura memukul bola voli ditangannya tapi meleset, malah melewati garis.

Deran menggaruk rambutnya frustasi. "Arrrggh! Lo jangan kencenga-kenceng mukulnya, pantesan bolanya jauh banget kelemparnya, pelan-pelan! PAKE HATI!" Sentak Deran pada Maura.

"Lo," Deran menunjuk Livi." Iya elo, standbye di sana, lo harus nerima bola dari Maura."

Maura memukul bolanya lagi, dan kali ini BERHASIL! Tinggal Livi yang harusnya memukul bola dengan pasing bawah. Tapi yang terjadi, Livi malah lari.

"Lo kenapa lari, diterima dong bolahnya."

"Saya takut kak." Jawab Livi polos.

"Malah takut, kalian pengen kan masuk tim inti? Makanya harus terus berjuang dan latihan dong." Deran benar-benar membuat seluruh anggota voli putri tercengang, cara melatih Deran lebih garang dibandingkan Pak Jawo sendiri. Tifan masih tertegun sambil memegang bolanya saat Deran melatih Livi dan Maura.

"Iya Liv, seharusnya lo nerima bola dari gue."

"Badan lo jangan tegang, tangan lo jangan tegang, badannya agak jongkok dikit, ayo coba sekali lagi."

Maura memberikan bola kepada Livi dan amazing! Livi memukul bola dari Maura dan berhasil masuk, mencetak satu poin. Mereka berdua bersorak ria.

"Benerkan, kita itu emang bisa, Cuma si Pak Jarwonya aja yang engga sabaran." Kata Maura kepada Livi.

Through It TogetherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang