Deran masuk kedalam rumahnya, kakinya melangkah secara perlahan seperti orang yang sedang mengendap-ngendap. Kepalanya dan matanya mulai mengintip kearah ruang tamu. Benar apa yang dikatakan Bi Inem, ternyata Tifan memang sedang menunggu diruang tamu.
Deran mengelus dadanya lega saat mengetahui ternyata Tifan sedang sibuk memperhatikan setiap inci rumahnya. Dugaannya kalau Tifan tidak mendengar pembicaraannya dengan Bi Inem mungkin benar. Tapi, mungkin saja Tifan mendengar semuanya. Deran masih bingung dan malu akan dirinya.
Baru kali ini ada perempuan yang bener-bener membuat Deran salah tingkah.
Deran menutup wajahnya dengan sweater yang ada ditangannya.
Perlahan ia mendekati Tifan. "Ekhemm... Hai Tifan." Sapa Deran kikuk.
Tifan menengok kearah Deran yang tangannya sibuk menutup hampir seluruh wajahnya. "Kamu udah datang?"
"Iya nih, udah nunggu lama?" Tanya Deran basa-basi. Deran duduk di depan Tifan. "Ada perlu apa datang kesini?"
Tifan mengangkat barang yang sedari tadi dia pegang. "Nih." Katanya sambil mengangkat kotak P3K yang ada ditangannya.
"Itu buat gue?" Tanya Deran lagi, Deran masih menutup wajahnya dengan sweater.
Tifan sudah tau kalau Deran tak mau kalau dirinya melihat luka-luka lebam di wajahnya, "Mending sekarang kamu mandi dulu deh, abis itu biar aku yang ngobatin luka kamu."
Deran melirik kearah Tifan dengan wajah yang serius. "Seriusan? Gak usah repot-repot juga sih." Ucapnya terkesan santai.
"Kamu jangan pura-pura nahan sakit kaya gitu deh, aku tau luka di muka kamu itu pasti semuanya sakit." Ucap Tifan khawatir.
"Engga kok, seriusan gue gak boong." Kata Deran dengan nada yang terkesan seperti sedang bercanda.
"Yaudah kalo gitu izinin aku ngobatin luka kamu dan kamu engga perlu repot-repot nutupin luka itu didepan aku." Ucap Tifan sambil menunjuk sweater yang masih melipat wajah Deran.
"Yee... Ge er banget sih, Siapa takut! Yaudah gue mandi dulu ya, lo tunggu disini aja, eh apa mau nunggu dikamer gue." Kata Deran mulai usil.
"Hah?!" Tifan melirik aneh kearah Deran yang sekarang sedang berdiri didepannya.
Deran tertawa seketika saat mengetahui respon Tifan yang terkesan lucu. "Haha mukanya biasa aja bisa? Jadi gemesin gitu dih, gue Cuma bercanda kali."
"Oh. Yaudah sana mandi, aku nunggu disini aja." Balas Tifan ketus. Entah kenapa jantung Tifan sedari berpacu lebih cepat tidak seperti biasa.
"Eh kalo lo nganggep beneran juga engga apa-apa kok." Sambung Deran lagi, Deran sudah berjalan menuju kamarnya membelakangi Tifan. "Jangan blushing." Sambungnya lagi saat dirinya merasa kalau sekarang pipi merah Tifan sedang merona.
Entah kesambet setan dari mana. Saat dirumah, perasaan Tifan sangat tidak karuan. Khawatir akan keadaan Deran, walalupun Tifan tau kalau semua yang dia lihat kemarin siang memang sudah kebiasaan Deran.
Setelah sampai dirumah, Tifan langsung mandi dan mengganti pakaiannya, fikirannya bimbang, pergi kerumah Deran atau tidak. Setelah memikirkan hal itu selama beberapa jam, barulah Tifan memberanikan diri pergi kerumah Deran dengan hanya bermodalkan Kotak P3K.
Dan sekarang dirinya sedang duduk diruang tamu rumah Deran, lebih tepatnya rumah Ayahnya Deran.
Deran turun dari tangga dengan mengenakan kaosnya dan celana pendek selututnya. Deran duduk disamping Tifan, jarak mereka lumayan sangat Dekat. "Yo, gue udah siap."
KAMU SEDANG MEMBACA
Through It Together
Teen Fiction[sebagian cerita di private] Deran Reynand Nuarta, tak banyak yang mengenalnya secara rinci, ganteng, famous, perhatian, humoris, kurang apa coba? Tapi sayangnya semua orang sudah terlanjur menjiplak Deran sebagai cowo annoying. Bagaimana orang-ora...