Setelah mendapat sedikit informasi dari Ashta tentang Tifan, Deran langsung melaju dengan motornya ke café dimana Tifan sedang menunggu disana. Deran melaju dengan kecepatan penuh, sebenarnya dia berharap kalau dia sampai duluan di café itu, supaya Tifan terkejut. Tapi itu tidak mungkin karena kata Ashta, Tifan sudah menunggu disana.
Deran sampai didepan café, dia merapihkan penampilannya. Padahal Deran sudah terlalu sering berduaan dengan Tifan, tapi hari ini dia merasa deg-degan, dia merasa kalau dia sudah sangat lama tidak menemui Tifan.
Deran melihat ada gadis yang duduk di pojok meja, gadis itu sedang menatap gelas kopinya yang mengeluarkan kepulan asap. Deran melewati pintu, di dekat pintu dia berhenti memandang bunga-bunga yang mungkin sengaja di taruh disana sebagai hiasan, mungkin milik cafenya. Tanpa melihat kekanan dan kekiri, Deran langsung menarik bunga itu dari tempatnya, tangkainya pun masih panjang.
Dia mendekat kearah Tifan, menyodorkan bunga berwarna putih itu. "Mba, ada kiriman bunga dari cowo ganteng." Kata Deran dengan suara bebeknya.
Tifan menengok kearah suara, dia tersenyum saat mendapati Deran lah yang tadi berbicara. "Kamu ngapain sih? Itu kan bunga buat hiasan cafe, asal cabut-cabut aja lagi, engga malu apa?" Tanya Tifan masih dengan tawanya.
"Cuma bunga doang, ngapain malu, kamu tau kan kalo aku itu engga punya urat malu?"
"Iya aku tau kamu engga punya urat malu, yang malu disini itu aku, kamu kan ngasih bunganya keaku." Balas Tifan.
Deran duduk didepan Tifan, dia menaruh bunga yang tadi dia ambil sembarangan didepan gelas kopi Tifan. "Tanda cinta aku sama kamu ― eh bukan tanda, cuma formalitas doang. Cinta aku tuh engga pake tanda-tanda, aku mah langsung paraktekin kekamu, engga pake tanda atau kedo-kodean."
"Iya iya, terserah kamu. Ngapain disini?" Tanya Tifan kepada Deran. Deran kira Tifan sudah tau kalau dia disini sedang menggantikan posisi Ashta.
"Gantiin posisi Ashta." Katanya dengan pede.
Tifan juga bisa menduga, berarti Deran sudah tau kalau Ashta adalah Kakak Frian dan mungkin Tifan pikir Deran juga sudah tau kalau Ashta adalah masa lalunya. "Kamu udah tau semuanya kan?" Tanyanya.
"Iya, jadi jangan nyembunyiin apa-apa lagi ya, kita buka-bukaan aja." Kata Deran menegaskan. Deran tidak mau menanggapi masalah ini secara berlebihan, takut kalau nanti hubungannya dengan Tifan renggang lagi. "Kita mau kemana sekarang?" Deran tersenyum kearah Tifan.
Tifan mengetuk-ngetuk dagunya. "Aku belum makan, aku makan dulu disini. Kamu juga belum makan kan?"
"Abis ini, kita habisin waktu ya?"
"Siap kapten!" Kata Tifan sambil hormat kearah Deran. Deran hanya tertawa saja melihat tingkah Tifan. Mungkin Tifan sedikit lebih dewasa sekarang.
+++
Rencananya, malam ini Tifan akan menginap dirumah Deran. Wili, Frian dan Ashta juga ikut menginap. Karena Ibunya Tifan masih sibuk membantu Airin mengurus berkas-berkas perusahaan Almarhum Papahnya Deran, mungkin nanti rumah Tifan akan sepi.
Ayah Tifan juga pulang larut malam ini, dari pada Tifan sendirian dirumah, lebih baik dia ikut Ibunya menginap dirumah Deran.
Deran datang menjemput Tifan dengan motornya. Tifan sudah berdiri didepan gerbang, dia hanya memakai pakaian simple dengan balutan jaket, karena malam ini memang cukup dingin.
"Buruan." Kata Deran sambil melirik kearah jok motornya. "Tenang aja, aku udah izin sama Mamah kamu kok, sama Papah kamu juga."
"Kita mau kemana dulu sih? Engga langsung kerumah kamu?" Tanya Tifan penasaran. Seharusnya dia buru-buru pergi kerumah Deran, tapi Deran malah mengajaknya jalan dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Through It Together
Teen Fiction[sebagian cerita di private] Deran Reynand Nuarta, tak banyak yang mengenalnya secara rinci, ganteng, famous, perhatian, humoris, kurang apa coba? Tapi sayangnya semua orang sudah terlanjur menjiplak Deran sebagai cowo annoying. Bagaimana orang-ora...