[29]. Kado Rahasia

51.2K 3.6K 5
                                    

Ashta keluar dari ruangannya dengan membawa tas hitam berukuran sedang di punggungnya. Sedangkan Frian masih duduk sambil berfikir. Frian menghampiri Ashta yang sedang berdiri menatapnya.

"Lo balik duluan aja, udah ada supir rumah yang nunggu lo di depan."

"Lo? Gak balik? Kalo Mamah marah ke gue jangan sampe nyalahin gue, ini udah malem, segitunya banget gak mau semobil sama gue?" Ashta tertawa meremehkan kemudian langsung meninggalkan Frian sendiri.

+++

Deran, Tifan dan Arga sekarang sudah ada didalam mobil menuju rumah. Deran yang mengemudikan mobil, Arga duduk di samping Deran dan Tifan duduk di kursi belakang. Mereka bertiga sedang asik ngobrol, saling tertawa bersama, sesekali Deran melemparkan lelucon garing.

"Tifan, kamu jangan mau sama Deran, dia itu anak bandel." Ucap Arga bercanda, walaupun memang kenyataannya begitu.

Deran melirik kearah Arga. "Pah, harusnya promosiin sedikit tentang Deran ke Tifan, jangan malah bikin dia makin engga suka sama Deran." Komentarnya sambil tersenyum.

"Sekarang udah engga terlalu nakal kok Om." Tifan ikut mencairkan suasana.

"Kamu engga tau aja Tifan, Om jauh-jauh datang ke Indonesia Cuma buat ketemu sama Ibu Bena, guru BK kalian, beliau telpon Om supaya datang karena Deran buat ulah lagi." Ucapan Arga mengundang lirikan tajam sekaligus tatapan takut dari Deran.

Tifan penasaran, kenapa Papahnya Deran sampe bela-belain ke Indonesia Cuma buat ketemu Ibu Bena. "Emang Deran buat ulah apa lagi Om? Sampe-sampe Om bela-belain datang ke Indonesia." Tanya Tifan penasaran, padahal Tifan juga sudah tau kesalahan apa yang Deran perbuat, karena Tifan ada di sana saat Deran sedang dihukum.

"Om juga engga tau. Kenapa kamu engga tanya aja ke Derannya?" Arga melirik Deran sesaat.

Deran geram, sudah pasti kali ini dirinya sedang dipojokkan oleh Ayahnya. "Kalo mau ngobrol pribadi, di rumah aja. Jangan ngomongin di samping orangnya, engga baik itu."

Arga dan Tifan tertawa melihat Deran yang terpojokan. "Yaudah, nanti kasih Papah waktu buat ngobrol pribadi sama Tifan ya?" Pinta Arga.

-

Mereka bertiga pun sudah sampai dirumah, Bi Inem langsung membukakan pintu dan menyambut majikannya dengan senyum ramahnya.

"Sayang ya Tuan, Nyonya engga bisa ke sini bareng sama Tuan." Ucap Bi Inem sambil membawakan tas kecil yang tadi di bawa Arga.

"Iya Bi, Airin katanya kurang enak badan, jadi dia engga bisa datang kesini. Padahal yang kangen-kengennya sama Deran itu ya Ibunya."

"Oh jadi cuma Mamah yang kangen berat sama aku? Jadi Papah engga? Oke fine! Aku ke kamer dulu!" Ketus Deran, sebenarnya Deran hanya sedang bercanda saja.

Arga langsung duduk disofa ruang keluarga, disana juga Tifan duduk sambil meregangkan otot tangan dan lehernya.

"Tifan." Panggil Arga berbisik.

Tifan agak bingung, kenapa volume Ayahnya Deran harus diperkecil saat memanggil namanya.

"Iya Om, kenapa?" Balas Tifan denagn volume yang kecil juga.

"Om mau titip pesen ke kamu boleh?"

"Boleh."

"Kamu tau kan , em- om yakin kalau kamu udah tau. Om bingung harus minta tolong sama siapa, jadi Om minta tolong aja sama kamu, ga papa?" Tanya Arga memastikan Tifan.

Tifan mengagguk. "Iya gapapa Om, emang mau minta tolong apa?"

"Bulan depan Deran ulang tahun dan Om mau buat surprise buat dia. Sebentar..." Arga meraih tas hitamnya dan mengeluarkan kotak berukuran sedang. "Om Cuma mau titip pesen ke kamu, ini sebenernya bukan kado buat Deran, Om Cuma mau kamu kasihin kotak ini ke Deran pas disaat hari ulang tahunnya."

Tifan mengambil kotak ditangan Arga. "Jadi sebelum tanggal Deran ulang tahun, kotak ini jangan dikasih ke Deran dulu?"

"Iya, kamu harus janji Tifan. Nanti buat rencana yang lainnya, Om bakalan hubungin sahabat-sahabatnya Deran, karena besok malam Om sudah harus berangkat lagi."

"Kenapa engga ngambi cuti Om? Tifan saranin sih, maaf ya Om, Om harusnya ngambil cuti mungkin beberapa minggu, cumsn buat temenin Deran karena Deran itu butuh banget dukungan sama kasih sayang dari orang tuanya."

"Makasih Tifan, Om percaya kalo Deran engga bakalan salah milih. Om juga ngerti, makanya bulan depan full satu bulan Om sama Tante Airin udah ngambil cuti buat ngabisin waktu sama Deran." Ucap Arga yakin. Sebenarnya Tifan agak terkejut dengan kalimat dimana Arga mengatakan kalau dirinya itu bukan pilihan yang salah buat Deran.

Suara langkah kaki terdengar, Tifan langsung memasukkan kotak yang tadi Arga kasih kedalam tasnya.

"Pah, Papah istirahat dulu aja, besokkan mau ketemu sama Ibu Bena. Deran nganterin Tifan pulang dulu."

"Yaudah yang lama-lama aja, besok kan kamu engga bakalan ada waktu buat Tifan karena waktu kamu besok itu milik Papah, maaf ya Tifan, besok Om pinjem Derannya sehari."

"Hehe ya engga papa kali Om, santai aja."

Through It TogetherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang