[7]. The Real Bad Boy -2-EDITED

90.2K 5.7K 6
                                    

Cerita ini sudah diperbarui, silahan dibaca :)

Tifan sangat tidak nyaman dengan semua tatapan yang ditunjukan kepadanya.

Sampai ada yang menatapnya tajam. "Siapa nama cewe itu?"

"Gue engga tau."

"Yaudah lo berdua cari tau secepatnya. Abis itu langsung kita pites aja dia sampe kapok!"

+++

Tifan berjalan sambil mengedarkan pandangannya mencari Kakak kelas Cheers. Yap! Tifan memilih Cheers sebagai eskulnya, Tifan mencari mereka hanya untuk memberikan biodata lengkap tentang dirinya.

Jenna langsung menghentikan langkah kawan-kawannya saat dia melihat perempuan yang berjalan sendirian saat orang-orang sudah pulang. Jenna langsung mendekati perempuan itu.

Tifan tersenyum saat orang yang dicarinya berhenti mendadak tepat didepannya. "Kakak Cheers kan?" Tanya Tifan, karena Tifan melihat dari pakaian yang masih mereka kenakan.

"Iya, ada apa?" Tanya Jenna sambil memutarkan bola matanya kesal.

"Kak tadi aku telat ngumpulin biodatanya, jadi aku cari Kakak Cheers, tapi dari tadi engga ketemu-ketemu."

Jenna merebut selembar kertas yang ada ditangan Tifan. "Coba gue liat dulu," Katanya masih dengan wajah yang sinis. "Emm sorry ya, gue cuma mau ngasih tau lo doang. Gue ngasih tau ini supaya lo engga kena malu sama calon anak Cheers lainnya."

"Kakak mau ngomong apa?"

"Kita belum ngadain seleksi, pas gue liat biodata lo, lo sama sekali engga masuk kriteria!"

"Maksudnya Kak?" Tanya Tifan dengan wajah bingungnya.

"Tifan Almira," Eja Jenna sambil melirik sinis kearah Tifan. "Kamu cantik, tapi sayang, tinggi badan kamu kurang dan berat badan kamu kelebihan. Jadi saran dari saya mendingan serahin biodata ini ke eskul lain aja deh atau kamu mau dieliminasi didepan anak-anak Cheers?"

Tifan menggeleng dengan cepat. "Engga Kak, berarti aku harus ganti eskul?"

Kali ini Jenna yang mengangguk dengan cepat. "Nah tuh pinter. Cari aja Kakak kelas atau pembina eskul yang lain." Jenna menyerahkan kertas milik Tifan kemudian langsung pergi meninggalkan Tifan yang masih mematung.

Tifan berjalan mencari orang-orang yang dicarinya. Mungkin ekstrakulikuler Olhraga lah yang akan dia pilih.

"Kak Kak!" Panggil Tifan saat melihat dua orang kakak kelas perempuan yang hendak pulang, Tifan berlari mendekati mereka. "Kak, aku mau gabung sama eskul kakak boleh? Ini biodatanya kak."

"Oh, emang kamu mau gabung ke olahraga mana?" Tanya salah satu dari mereka. "Tapi di kita engga pernah pake biodata-biodata kaya gitu, kalo yang telat gabung dan mau gabung, tinggal ngomong aja sama Ketuanya."

"Ketuanya dimana kak?"

"Dia mah udah balik dari tadi."

"Yaudah daftar ke kakak aja."

"Jangan ke kita, kalo bisa ke anak cowo, supaya gampang ngehubungin Ketuanya. Kita balik duluan ya." Mereka berdua pun melenggang pergi menjauh dari Tifan.

Tifan bingung, capek dan kesal. Kenapa hari ini sangat sial menurutnya, sama sekali engga ada orang yang mau bantu Tifan. Lapangan belakang, lapangan upacara, parkiran, dan kantor sudah Tifan cari tapi tak ada satupun orang yang Tifan kenal.

Tifan pergi ke kantin untuk membeli minum, beda dengan keadaan tempat yang baru ia lewati, di kantin masih banyak siswa dan siswi yang duduk sambil makan.

Through It TogetherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang