[19]. Semanis Gula Kapas

67.1K 4.2K 51
                                    

"Ini kan warung pecel, kamu suka lele? Atau mau pecel ayam atau pecel-pecel yang lain?" Tawar Deran sebelum memesan makanannya.

"Ya samain aja kaya kamu."

"Dari tadi perasaan samain aja sama aku mulu."

"Soalnya aku belum pernah makan di warung kaki lima."

"Di umur kamu yang udah tua ini?!" Tanya Deran dengan nada yang kaget. "Makannya kalo jalan sama temen tuh cari tempat yang lain, tempat yang seru, jangan cafe- cafe mulu. Disini tuh udah murah, bikin kenyang, enak-enak lagi makanannya."

"Yaudah makanya aku samain aja sama kamu." Kata Tifan pada Deran.

Deran mengangkat tangannya keudara hendak memesan. "Bu pesen pecel lelenya dua porsi, sama minta aqua botol bu, dua."

Setelahnya, pesanan mereka datang. Deran langsung saja menyambar makanannya dengan lahap. Begitupun Tifan, tak ada protes sama sekali, itu artinya Tifan juga suka makan di tempat-tempat yang merakyat seperti ini.

"Gimana enak kan? Kamu udah pernah nyobain lele?" Tanya Deran sambil meneguk air putihnya.

"Ya udah lah, kamu jangan punya pikiran kalo aku engga tau kalo ini ikan apa." Ucap Tifan kesal, karena sedari tadi Deran terus mengodanya karena Tifan yang belum pernah makan di tempat kaki lima.

"Kok bisa baca pikiran aku sih?" Tanya Deran lagi, karena memang tadi Deran punya niatan untuk menanyakan jenis ikan apa yang mereka makan. Benar-benar konyol, udah tau namanya Pecel Lele, ya pasti yang di makan ikan lele lah, masa ikan cupang.

"Waktunya pas nih, udah jam lima."

"Pas buat apa?"

"Mampir ke tempat lain dulu yu." Ajak Deran.

Mereka berdupun kemudian pergi untuk ketempat tujuan lainnya. Sebenarnya Tifan tidak merasa keberatan karena Deran mengajaknya pergi dulu, Ibunya juga tidak akan mencari karena Tifan sudah bilang mau pergi sebentar dengan Deran dulu.

Mereka berdua sampai di tempat tujuannya, Deran memarkiran motornya dipinggir jalan.

"Masih sepi, tukang dagangnya juga baru pada beres-beres, kalo malem disini lebih asik." Kata Deran berbicara sendiri karena Tifan masih sibuk memperhatikan seisi tempat ini. "Kamu mau beli apaan?"

"Udah lama engga nyobain arum manis, beli yu." Tifan langsung berlari menghampiri tukang arum manis yang masih sibuk menuangkan gula pasir berwarnanya kedalam alat yang nantinya bisa menghasilkan sawang-sawang yang rasanya manis.

"Kembang gula?"

"Iya yang itu."

"Pak beli satu ya." Deran langsung mengeluarkan dompetnya, kemudian memberikan uang sepuluh ribuan kepada penjual arum manis itu.

Mereka kini melihat-lihat kesekeliling sambil memakan harum manis itu.

"Kamu pernah ketempat kaya gini?"

Tifan mengangguk cepat. "Dufan?" Tanyanya pada diri sendiri. "Disana ada bianglala, terus ada kora-kora tapi ukurannya lebih kecil sih, terus diana ada mandi bola." Tunjuk Tifan terus menerus.

"Di Dufan ada mandi bola?" Tanya Deran pada Tifan. "Ini pasar malem Tifan, jangan disamain sama Dufan, aku kan nanyanya kamu pernah ke tempat yang kaya gini?"

Tifan mengangguk lagi. "Udah Deran, sekali." Ucapnya sambil mengangat jari telunjuknya.

"Kapan sama siapa?"

"Pas jaman SMP mungkin, sama temen aku."

"Lawas!"

"Ye biarin, yang penting kan udah pernah ketempat kaya ginian. Itu juga malah jadi moment yang engga pernah aku lupain." Ucapnya sambil terus membayangan hal-hal dulu saat Tifan pergi ketempat semacam ini dengan orang yang istimewa.

Through It TogetherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang