[6]. The Real Bad Boy-EDITED

104K 6.2K 52
                                    

Cerita ini sudah diperbaiki, silahkan dibaca :)

"Pah, Mah, Deran harap Papah sama Mamah pulang keindo lagi secepatnya." Deran memeluk erat kedua orangtuanya.

"Maaf ya Deran, Mamah sama Papah belum bisa jadi orang tua yang sempurna." Ibunya mengecup puncak kepala Deran dengan sayang.

"Please jangan ngomong kayak gitu, Papah sama Mamah itu udah jadi orang tua yang the best buat Deran."

"Papah harap kamu bisa jadi anak yang lebih dewasa, kita berdua sayang sama kamu Ran." Ujar Papahnya sambil memegang pundak Deran. "Jaga diri baik-baik ya, Papah sama Mamah berangkat dulu dan kita akan pulang secepatnya." Deran mengangguk tersenyum sambil melepaskan pelukannya.

Setelah pertemuan pasti akan ada perpisahan.

+++

Sudah tiga hari semenjak tragedi makan kerak telor tengah malam bareng Deran. Tifan tidak pernah bertemu dengan Deran saat disekolah, saat pulang sekolah atau saat dimana-mana. Tifan berjalan kekantin hendak menemui Sivia dan kawan-kawannya.

Saat didepan pintu ruang BK yang sedikit terbuka, Tifan mendengar teriakan guru BK yang familiar dan terdengar sangat keras.

"Mau berapa kali lagi kamu terus terlambat?! Mau berapa kali lagi kamu bolos saat sekolah tidak mengadakan absensi?! MAU BERAPA KALI LAGI!" Teriak Ibu BK dari dalam ruangan yang Tifan yakin sedang memarahi salah satu muridnya.

"Maaf Bu, saya engga maksud kaya gitu kok." Jawab seseorang yang suaranya sudah sangat familiar di telinga Tifan, itu suara Deran. Deran dengan santainya menjawab pertanyaan amarah dari Ibu Bena?

"Terus apa maksud kamu?! Saya masih maafin kamu ya kali ini, awas kalau sampai diulangi lagi. Sudah sekarang pergi dari ruangan saya, saya tidak mau melihat muka tengil kamu!" Ucap Bu Bena. Tifan berdiri tepat didepan pintu ruang BK.

Deran keluar dari ruang BK sambil membenarkan rambutnya, itulah pemandangan yang dilihat Tifan. Tifan tepat berdiri didepan Deran, saat Deran menatap lurus kedepan, tiba-tiba mata mereka bertemu. Deran spontan langsung menghentikan akatifitasnya dan dengan refleks, Deran langsung balik kanan kembali kedalam ruang BK.

"DERAN REYNAND NUARTA! MAU APALAGI KAMU BALIK KESINI! KEELUUAARRR!!"

Deran meringis ketakutan saat mata Bu Bena yang tadi hampir copot kalau Deran benar-benar tidak keluar. "Itu mulut dipasang toa apa? ih." Deran bergidig ngeri.

Saat dilihatnya Tifan sudah menghilang didepan pintu, Deran langsung melihat kekiri dan kekanan. Tapi perempuan itu sudah menghilang.

"Kita langsung aja kepenampilan yang pertama..."

"Mampus! Gue kan harus ganti baju. Pantesan orang-orang pada engga keliatan."

Laki-laki jangkung itu langsung pergi ketoilet pria untuk mengganti pakaiannya.

Hari ini adalah hari dimana eskul-eskul di SMA Dratayuda beraksi untuk mengajak siswa dan siswi baru bergabung dengan eskulnya. Deran temasuk orang yang ikut berorganisasi. Dia mengikuti eskul futsal karena menurutnya hanya eskul futsal yang latihannya hanya bersenang-senang.

"Wow... wow... wow... itulah penampilan dari Team Cheers SMA Dratayuda, gimana cantiks-cantiks kan? Ya pastilah. Buat cewe-cewe yang tertarik silahkan daftarkan diri kalian masing-masing. Yang cowo juga boleh ikutan kok, tenang aja, jangan takut disebut jiwa kuli, haha." Ucap salah satu MC perempuan di eskul tersebut.

"Yang lebih afdol, kalo laki mah ikutnya eskul futsal. Kenalin gue Frian MC paling cetar di eskul futsal." Frian langsung mengambil alihnya saat eskul Cheers sudah selesai performa.

"Dan gue, Wili. MC paling caubella di eskul futsal."

"Okeh-okeh udah pada penasaran kan gimana penampilan dari kami? Inget ya kami disini bukan jual penampilan, ya walaupun kita-kita itu kece-kece. Tapi kami disini jual skil. So, This performance dari anak-anak futsal."

Bukan gemuruh teriakan anak laki-laki yang terdengar, tapi lebih dominan teriakan perempuan yang cemprengnya nauzubilleh.

Setelah satu persatu dari mereka menunjukan skil juggling dan lain-lain. Kali ini Deran yang muncul tiba-tiba dari balik lapangan dan memberi penghormatan kepada calon murid baru.

"Ow... ow... Kenalin Kakak ganteng yang didepan ini namanya Deran, dia itu cowok paling laku diantara kami. Eh eh eh... inget! Kami bukan jual penampilan tapi jual skil." Hanya perkataan semacam itu saja yang terus keluar dari mulut absurd MC futsal.

"Si Deran bakalan nunjukin, gimana caranya masukin bola ke ring basket pake giginya. Eh, maksudnya pake kakinya." Seluruh audiens tertawa karena ulah MC gebleg didepan.

"Omaygat! Itu yayang Deran gue lagi tampil, yaampun. Eh misi dong, misi ya." Anak-anak Cheers muncul dan masih mengenakan kostumnya. "Bebeb gue ganteng banget, bajunya item-item, nambah kece."

Gemuruh audiens pecah saat Deran dengan sempurnanya memasukan bola kering basket dari operan kawannya dengan kakinya.

"Gue tau ini permaenan futsal kenapa malah pake ring basket. Masih inget kan? Kita disini jual skil, bukan jual penampilan! Jadi sikit-sikit lah kita tunjukin skil kita yang bujugile."

Semua eskul pun sudah menampilkan pertunjukan yang terbaiknya. Tinggal menunggu hasil dari kerja keras mereka.

Deran gambreng bersama kawan-kawannya karena penampilannya mereka kali ini bisa berhasil dan sukses. Deran mengambil satu botol air mineral dari kardus kemudian meneguknya sampai habis setengah botol.

Deran mengedarkan padangannya. Matanya dan mata Tifan bertemu, tanpa menunggu apa-apa Deran langsung berjalan mendekati Tifan yang berdiri agak jauh dengannya.

Semua tatapan mengarah pada sosok Deran yang badannya basah dengan keringat, rambutnya yang hitam mengkilap karena sinar matahari dan kerena rambutnya yang diberi sedikit air langsung menghipnotis semua mata yang melihatnya.

"Ya ampun itu Kak Deran keren banget ya."

"Tapi tadi aku engga suka sama cewe yang tiba-tiba teriak yayang ke Kak Deran."

"Kayaknya dia pacarnya deh, secara dia itu cantik, ketua Cheers pula."

"Ya ampun, aku selalu berdoa kalo kak Deran jomblo aja." Deran hanya tersenyum kearah cewe-cewe yang terus membicarakannya.

"Gila, Kak Deran senyum ke gue."

"Tapi matanya ngeliat ke gue!"

"Tapi tadi dia mandang gue!"

Tak peduli dengan keadaan disekitarnya, Deran langsung berlari kearah Tifan yang Deran kira kalau dia sedang menunggunya.

"Em... Hai.." Ucapnya kikuk. "Lo tadi liat gue kan? Gimana keren?" Deran menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Liat kok, lumayan sih. Nih." Tifan menyodorkan tas kecil ditangannya.

"Ini apaan?" Tanya Deran sambil menerima tas yang ada ditangan Tifan.

"Jaket kamu, maaf baru ngasih sekarang. Soalnya tiga hari ini aku engga ketemu sama Kamu."

"Pegangin dulu nih," Deran menyodorkan botol minumnya kearah Tifan dan Tifan mengambilnya. Kemudian Deran membuka tas yang ada ditangannya. "Thanks ya, em... ngomong-ngomong yang tadi diruang BK, lo denger semua? Kalo lo denger tolong jangan percaya gitu aja ya."

Tifan menggeleng sambil tersenyum, "Aku engga denger kok. Nih botolnya aku mau kekelas dulu."

"Buat lo aja, yaudah gue balik juga deh." Deran langsung pergi meninggalkan Tifan dan Tifan pun kembali ke kelasnya. Semua tatapan tajam mengarah kearah Tifan.

Sivia kemana sih, kok engga keliatan si dari tadi.

Tifan sangat tidak nyaman dengan semua tatapan yang ditunjukan kepadanya.

Sampai ada yang menatapnya tajam. "Siapa nama cewe itu?"

"Gue engga tau."

"Yaudah lo berdua cari tau secepatnya. Abis itu langsung kita pites aja dia sampe kapok!"

🤗🤗🤗🤗🤗

Through It TogetherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang