Langit gelap menemani perjalanan Deran dan Tifan menuju rumah Deran. Tifan mendekap penuh tubuh Deran, bukan karena Tifan sengaja, tapi dia ketakutan. Laki-laki itu sengaja melajukan motornya dengan kecepatan yang maksimum, Tifanpun tidak bisa melihat keadaan disekitarnya karena sedari tadi dia terus menutup matanya karena takut.
Mereka berdua sampai dirumah Deran. Gerbang besar itu tidak biasanya terbuka lebar, Deran melangkahkan kakinya kedalam, sedangkan Tifan sudah masuk duluan. Pintu tinggi rumah Deranpun terbuka lebar, hal itupun tidak seperti biasanya.
Saat kakinya melangkah masuk kedalam, suara orang-orang yang sedang berbincang sambil tertawa terdengar olehnya. Deran kira, ada sesuatu yang terjadi. Tapi, suara bising itu berasal dari Ashta, Wili dan Frian, disana juga ada Rene dan Kakaknya.
Wili langsung menghampiri Deran dengan wajah kesalnya. "Lama amat, gue udah laper nih! Abis jemput Tifan, lo mampir berenang ke Ancol dulu apa?!" Protes Wili saat melihat Deran, orang yang dia tunggu akhirnya datang.
"Lebay lo!" Deran melemparkan pukulan kekepala Wili.
"Yaelah Ran, nyokap lo udah masak banyak dan kita dari tadi nungguin lo." Kata Frian menyambungkan.
"Masak banyak? Buat apaan? Lagian kita mau bakar hati dan jantung kita di halaman rumah kan?"
"Anjir bahasa lo puitis banget!" Kata Wili.
"Anjir pantun lo merdu banget!" Sambung Frian.
"Anjir, gue kira kita mau bakar ginjal!" Ucap Rene ikut-ikutan masuk kedalam sekenario kekonyolan mereka.
"ANJIR!!! GUE KEBELET!" Ashta pun mengatakan hal bodohnya juga. Wili, Deran, Friian dan Rene kira, Ashta hanya bercanda, ternyata dia benanr-benar kebelet.
Setelah openingdengan orang-orang gesrek di ruang tamu. Deranpun langsung pergi keruang keluarga mencari Tifan. Dia melihat Tifan sedang mengobrol dengan Bunga, Kakak Rene.
Deranpun pergi kedapur untuk mengambil minum, disana dia melihat Ibunya sedang mengobrol dengan Riana. Dan dengan dua orang yang sepertinya tak asing dimatanya.
Deran tersenyum senang saat melihat perempuan dan laki-laki yang sedang mengobrol dengan Ibunya. "OM? TANTE?" Teriaknya sedikit terkejut, dia tak percaya kalau Om dan Tantenya ada di Indonesia, setau Deran sudah lima tahun ini dia tidak pernah bertemu langsung dengan mereka karena mereka berdua selalu sibuk dengan bisnis yang mereka jalani di Paris dengan Ayahnya.
"Oh My God Deran?! Kamu sudah besar? Keponakan Tante makin ganteng aja." Viona langsung memeluk tubuh Deran, disusul Gandi yang juga ikut mengacak rambut Deran.
"Udah gede ya kamu." Ucap Gandi sambil menatap Deran.
"Dadak banget sih datangnya? Kok aku jadi canggung gini ya ngomong sama Om Gandi sama Tante Viona, btw kenapa kesini, si Kater engga diajak?" Ucapnya menanyakan Carter, anak dari Tante dan Omnya.
"You mean my son, Carter?"
"Yes, you bener."
"Carter Deran... Bukan Kater." Ralat Viona.
"Dia juga gak marah kalau aku panggil dia Kater, pengen liat aslinya dia gimana, kan kalo video call-an bisa aja dia pake effect."
"Dia bilang kapan-kapan aja katanya, lagian kalian masih sering komunikasi kan? Kita juga disini Cuma beberapa hari. Om sama Tante disini mau ngomongin bisnis, Om kamu ini bakalan ambil alih bisnis Almarhum Papah kamu di Paris dan Perusahaan ternamapun mulai menanam saham di perusahaan Papah kamu yang Mamah kamu rintis saat ini."
"Oh.."
"Aduh maaf Om, Tante, tapi dari pulang sekolah saya belum makan." Tiba-tiba Wili datang dan langusng memotong pembicaraan mereka.
Airin langsung melirik sambil tersenyum kepada Wili. "Deran sering cerita kalau kamu itu suka makan, apalagi kalo gratisan. Ayo semuanya, kita makan bareng-bareng." Ajak Airin kepada semua orang yang ada dirumahnya. Mang Gugun dan Bi Inempun ikut larut dengan canda dan tawa mereka.
+++
Api unggun yang mereka buat memang tidak sepanas api unggun yang anak Pramuka buat, tapi cukup untuk menemani malam mereka saat ini. Halaman di samping rumah Deran di sulap oleh mereka menjadi kamar darurat untuk para pengungsi laki-laki.
Karena kamar tamu diisi oleh Viona dan Gandi dan kamar Deran di pakai oleh Tifan dan Bunga, sedangkan Riana tidur dengan Airin. Alhasil merekapun mencari tempat yang menurut mereka akan menyenangkan. Ruang tamu? Terlalu mainstream menurut mereka.
"Masih jam 10, udah ada yang ngantuk?" Tanya Ashta. Musik Maroon 5 menemani malam mereka. Tifan dan Bunga pun ikut bergabung dengan mereka.
"Gue mah emang biasa tidur jam 10 lewat 10, makanya belum ngantuk." Celetuk Wili.
"dua hari lagi kan bagi rapot, abis itu libur dua minggu, lo semua ada acara kagak?" Tanya Deran.
"Gue kira kita bakalan liburan bareng, eh ternyata liburan akhir tahun ini gue bakalan pergi ke kampung halaman bokap gue, sekeluarga." Frian yang pertama menjawab pertanyaan Deran. Ayah Frian bukan Warga Negara Indonesia, Ayah Frian berasal dari Australia. Liburan ke kampung halaman Ayahnya, berarti liburan ke Australia.
"Lo mau ke Australia? Gila... gaya banget, nyebrang naik apaan? Sampan?" Deran masih sedikit kaget. Ini juga bakalan jadi pengalaman pertama Frian pergi keluar negeri.
"Ngece lo!" Ashta menjitak kepala Deran sambil tertawa.
Kali ini Wili lah yang memulai dramanya. "Sorry Ran, kayaknya ini liburan pertama gue tanpa lo. Karena abis bagi rapot, gue dijemput sama bokap gue, gue bakalan liburan di Bali."
"Bukannya biasanya Bokap Nyokap lo yang liburan ke Jakarta ya?" Tanya Deran.
"Sekarang beda, gue 13 hari disana. Tapi tenang aja, hari minggu terakhir libur gue udah balik ke Jakarta kok." Wili masih memberikan sedikit harapan untuk Deran.
Deran melirik kearah Rene, dia menagih jawaban dari Rene. "gue sebenernya engga kemana-mana sih, tapi gue udah diboking sama orang tua dan Kakak gue."
"Kak Bunga engga ngeboking aku juga?" Deran melirik kearah Bunga.
Bunga tersenyum. "Yaudah, nanti Deran main aja kerumah. Nanti Kakak ajak kamu jalan-jalan."
Akhirnya, dari semuanya ada juga tawaran untuk liburan bersama."Siap Kak! Hehe. Tapi aku izin sama pacar aku dulu ya." Kata Deran, Deran kemudian melirik kearah Tifan.
Tifan terlihat sedikit berfikir. "Emmm... Tiga hari awal aku mau kepuncak sama Livi sama Maura terus satu minggu penuh aku bakalan liburan sama Mamah sama Papah, jadi aku Cuma punya empat hari terakhir buat ngabisin waktu sama kamu, gapapa?" Tanyanya dengan wajah tak yakinnya.
"Kenapa disini Cuma gue yang engga punya jadwal liburan ya?" Tanya Deran pada dirinya sendiri.
"Cian, punya pacar tapi berasanya kaya jokut."
"Apaan tuh."
"Jomblo akut!"
"Sialan lo!" Deran langsung menghadiahi Wili dan Ahsta tamparan dikepala mereka. "Yaudah engga papa deh, empat hari terakhir ya?"
Tifan mengangguk sabil tersenyum. "Iya.."
KAMU SEDANG MEMBACA
Through It Together
Teen Fiction[sebagian cerita di private] Deran Reynand Nuarta, tak banyak yang mengenalnya secara rinci, ganteng, famous, perhatian, humoris, kurang apa coba? Tapi sayangnya semua orang sudah terlanjur menjiplak Deran sebagai cowo annoying. Bagaimana orang-ora...