Cerita sudah diperbaiki, silahkan dibaca :)
Riana hanya memberitahukan daerah Rumah Sakit kepada Deran, tidak memberikan alamat yang pasti tentang Rumah Sakit itu. Deran langsung pulang kerumahnya untuk mengambil motor kesayangannya yang akan menamani malamnya.
"Loh Den Deran udah pulang? Nyonya sama Tuannya mana Den?" Tanya Bi Inem saat Deran masuk kedalam rumah dengan terburu-buru.
"Gak usah banyak ngomong Bi! Ini konci motor ada dimana nih?" Deran mengacak-acak meja didekat TV karena kunci yang ia cari belum ketemu.
"Kerak telornya mana Den?"
"Bukannya ikut cari kunci malah nanyain kerak telor." Deran mengacak rambutnya frustasi, Deran berbalik menghadap Bi Inem yang sedang berdiri mematung didepannya.
"Nih barang yang Den Deran cari." Ujar Bi Inem sambil mengangkat kunci motor tepat dedepan wajah Deran.
Deran langsung mengambil kunci itu dan mencopot jas yang membalut tubuhnya. "Jas sialan!" Umpat Deran, Deran mengambil Jaket hitamnya kemudian langsung berlari mengambil motornya. "Makasih Bi, I love you muachh..." Deran mengecup Bi Inem dari jauh kemudian langsung pergi meninggalkan Bi Inem yang terus berharap akan dibawakan kerak telor.
Deran berdiri didepan Rumah Sakit Hasna, setelah dia memarkirkan motornya. "Gue harus nyari Tifan kemana?" Ujarnya saat mulai memasuki rumah sakit. Deran duduk di kursi tunggu dekat pintu masuk.
Sedari tadi Deran terus memperhatikan orang-orang yang hilir mudik, tapi tak ada satupun perempuan yang memakai baju Dress hitam pendek.
"Suster, apa tadi liat perempuan yang datang kesini, putih, cantik, rambutnya panjang tapi engga terlalu panjang, terus dia pakai Dress hitam?"
"Maaf, saya tidak terlalu memperhatikan siapa saja yang masuk kesini." Kata Suster yang berjaga disitu.
Deran keluar dari dalam kemudian memilih duduk didekat pintu masuk, memperhatikan siapa saja yang keluar dari rumah sakit itu, tapi hasilnya NIHIL, jam menunjukan pukul sebelas malam. Sudah dua jam Deran menunggu Tifan keluar dari rumah sakit, tapi tak ada satu orangpun yang Deran kenal.
"Mending gue balik aja deh. Lagian ini udah malem, engga baik anak perawan kaya gue diluar sendirian." Pundak Deran melemas, jadi Deran memutuskan untuk pulang kerumah. Tapi sebelum menginjakan kakinya dirumah, Deran berhenti di tukang kerak telor di pinggir jalan.
Dikasih makanan Steak seuprit mana bisa kenyang!
"Bang kerak telornya dua, yang satu dibungkus yang satu dimakan disini." Deran menepikan motornya kemudian langsung duduk dan segera menyantap kerak telor yang masih anget-anget.
Saat makanannya hampir habis, tiba-tiba mata Deran terpusat pada satu objek yang ada didepanya. Perempuan memakai Dress hitam dengan sepatu Sneakersnya berjalan sendirian dijalanan. Deran langsung menaruh piringnya kemudian langsung berlari menghampiri perempuan yang ia yakini kalau dia adalah Tifan.
Deran memegang pundah Tifan. "Tifan!"
Buuug....
Spontan Deran langsung memegang rahangnya yang sakit, baru saja memanggilnya tiba-tiba tas kecil Tifan berhasil melayang dengan sempurna kearah wajah Deran.
Deran meringis kesakitan, "Arrgh, lo apa-apaan sih! Kenapa tiba-tiba mukul gue?!"
"Kak Deran? Kakak ngapain malem-malem disini?" Dengan wajah polosnya Tifan mendekat kearah Deran dan malah menanyakan sedang apa Deran disini.
"Ada juga gue yang nanya sama lo, anak gadis ngapain malem-malem kelayaban?"
"Oh, aku tadi abis kesana kok." Tifan menunjuk asal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Through It Together
Novela Juvenil[sebagian cerita di private] Deran Reynand Nuarta, tak banyak yang mengenalnya secara rinci, ganteng, famous, perhatian, humoris, kurang apa coba? Tapi sayangnya semua orang sudah terlanjur menjiplak Deran sebagai cowo annoying. Bagaimana orang-ora...