Pak Bandi datang dengan terburu-buru. Pak Bandi menatap Deran yang masih terus berlari. "Deran, ini ada titipan dari Ibu Bena."
Deran berhenti kemudian datang menghampiri Pak Bandi. "Apaan Pak." Ucapnya sambil mengelap keringat di wajahnya.
"Surat panggilan orang tua, kata Ibu Bena kamu langsung kembali kekelas aja,"
Deran mengambilnya dengan santai kemudian manggut-manggut sambil mengangkat amplop yang ada di tangannya.
"Eh Eh Deran, Ibu Bena titip pesen. Katanya kamu jangan berani-beraninya bawa orang tua murid lain, tukang becak, atau orang sewaan buat datang ketemu sama Bu Bena, harus orang tua kamu."
"Orang tua saya ada di Paris Pak... Tau Paris kan? Yang ada tower tinggi tuh, kalo berdiri disitu sinyal hp jadi penuh."
"Kamu ngejek Bapa apa?! Bapa juga tau, itu menara bukan tower!"Ucap Pak Bandi mengajari Deran. "Bu Bena udah ngehubungin orang tua kamu, jadi jangan khawatir."
"Terserah Bapa, mana mau Papah saya ke Indonesia cuma buat ketemu sama Bu Bena." Deran langsung pergi menuju kelasnya diikuti Frian dan Wili.
+++
Bel pulang sekolah sudah berbunyi nyaring sedari tadi. Di kelas Deran juga sudah tidak ada siapa-siapa, hanya tinggal dirinya seorang saja.
Deran sengaja menyuruh teman-temannya pulang duluan karena hari ini dia ada janji dengan Tifan. Bagaimanapun juga Deran harus bisa dekat dengan Tifan supaya Tifan juga ketularan cintanya ckck.
Deran langsung pergi meninggalkan kelasnya menuju perpustakaan. Sampai didepan perpustakaan Deran langsung masuk dan pergi mencari Tifan, biasanya Tifan selalu duduk dipojokan.
Deran langsung duduk didepan Tifan saat dia sudah menemukan Tifan. "Serius banget, baca apaan sih." Ucapnya sambil melirik kearah buku yang terus ditatap Tifan.
"Lagi ngerjain tugas." Tifan tak memalingkan pandangannya dari buku tersebut, dia malah sibuk menulis jawaban yang dia salin dari buku paket dihadapannya.
"Tugas kan bisa dikerjain dirumah, otak kamu engga meledak apa?"
Tifan meletakkan pulpennya sambil menatap lurus kearah Deran. "Dari pada ditunda tunda, kalo ada waktu kenapa engga dikerjain langsung." Jawabnya lembut.
Deran hanya mengangguk-anggukan kepalanya sambil mulutnya membentuk huruf O.
Tifan sibuk dengan tugasnya lagi. Deran juga sudah merasa kalau dirinya disini hanya menjadi obat nyamuk anatara Tifan dan bukunya.
Deran mengambil kertas ditengah-tengah buku tulis Tifan yang ngaggur. Dia memotong kertas tersebut asal kemudian langsung menulis kata-kata yang ada diotaknya dengan pulpen milik Tifan yang ada di tepak pensil.
"Enak ya jadi kamu, engga peduli aja tetep aku kejar." Deran tidak melipat kertas kecilnya, dia hanya langsung memberikannya kepada Tifan.
Deran mendorongkan kertas dengan tulisan yang tadi ditulisnya. Tifan mengambilnya dan memandang kertas yang ada ditangannya, sambil tersenyum. Kemudian ditatapnya Deran masih dengan senyuman manisnya.
"Arrgh.. jangan natap aku kaya gitu, malu tau." Cibir Deran.
Tifan hanya tertawa tanpa suara kemudian menyobek kertas di bukunya, ditulisnya balasan untuk Deran
"Aku pengen langsung ngasih jawaban ke kamu, tapi..." Tifan pun melakukan yang sama, dia mendorong kertas yang tadi ditulisnya kearah Deran. Tifan tidak lagi melanjutkan aktivitasnya, dia malah duduk diam menunggu balasan dari Deran.
Deran mendengus kesal menatap balasan dari Tifan yang menggantung. "Tapi kenapa? Kamu kalo kamu ngasih jawaban artinya kamu nerima aku, kalo kamu engga ngasih jawaban juga engga apa apa. Soalnyanya...." Tulisan Deran juga ikut menggantung.
Tifan langsung mengambilnya dan langsung membalas pesan dari Deran. Sudah banya kertas yang disobek Tifan dan yang Deran sobek juga. "Tapi kayaknya bukan sekarang deh :) Soalnya kenapa?" Tanya Tifan dalam tulisannya.
"Soalnya aku udah tau kalo kamu juga punya PASTI punya perasaan yang sama keaku." Tidak ada ekspresi dari Deran, dia hanya langsung membalas pesan dari Tifan.
Tifan menerimanya dan langsung membalasnya tanpa ekspresi. "Pede."
"Harus pede dong, supaya engga nyesek. Gue cinta sama lo Fan :)" Balas Deran tidak kalah cepat.
Tifan pun langsung membalasnya setelah selesai membaca pesan dari Deran. Tifan langsung mendorong kertas balasan yang dia tulis. "mt."Tapi Deran tak menatap kertas dari Tifan karena Deran langsung berdiri dan menerima panggilan yang tadi masuk di ponselnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Through It Together
Fiksi Remaja[sebagian cerita di private] Deran Reynand Nuarta, tak banyak yang mengenalnya secara rinci, ganteng, famous, perhatian, humoris, kurang apa coba? Tapi sayangnya semua orang sudah terlanjur menjiplak Deran sebagai cowo annoying. Bagaimana orang-ora...