[32]. Sebenarnya Salah Paham

49.6K 3.5K 35
                                    

Frian langsung terburu-buru datang kerumah Deran. Dia tidak mengetuk pintu atau memencet bel, Frian langsung masuk sambil mengucapkan salam.

Arga yang sedang menonton Tv dengan Deran agak terkejut dengan kedatangan Frian secara tiba-tiba.

"Malam Om," Ucap Frian sambil menunduk sopan. Frian masih berdiri di depan pintu.

"Eh ada Frian, kirain siapa, ngagetin Om aja. Masuk aja yan." Ucap Arga. Deran berdiri kemudian langsung berjalan kearah kamarnya.

"Ngobrol dikamar gue aja yan." Ucap Deran melirik kearah Frian.

Mereka berdua sudah duduk diatas kasur Deran. Deran tidak tau apa yang ingin Frian bicarakan apalagi ini mengenai Tifan.

Deran memasang wajah yang serius. "Lo mau ngomong apa? Maksud lo ada hubungannya sama Tifan apa?" Ucapnya dengan raut wajah khawatir.

Frian masih terlihat cape dan ngos-ngosan. "Ran, gue langsung to the point aja ya. Jauhin Tifan!" Sentaknya.

"HAH?! Jauhin Tifan? Maksud lo? Kenapa?" Tanya Deran bertubi-tubi.

Menurut Deran ini terlalu tiba-tiba. Apa yang barusan Frian katakan terlalu tiba-tiba. Deran sama sekali tidak mengerti apa yang sekarang sedang Frian fikirkan.

"Ran, Tifan itu engga sayang sama lo, buat apa lo terus-terusan ngejar-ngejar dia kalo sampe sekarang juga lo belum dapetin dia?" Jelas Frian. Memang ada benarnya juga sih, sudah dari dulu Deran mengejar Tifan tapi sampai sekarang dia belum juga mendapatkan respon yang lebih.

"Dulu lo sama Wili ngedukung gue banget supaya jangan menyerah, nah sekarang? Kenapa kebalikannya?" Deran bertanya dengan wajah bingung, dia ingat kalau dulu Frian dan Wili lah yang menyuruhnya supaya jangan langsung menyerah.

"Tadi gue liat Tifan jalan sama cowo dan mereka akrab banget." Dusta Frian. Entah apa yang harus Frian katakan, engga mungkin kalau dia bilang tadi Tifan pergi ke Rumah Sakit. Frian tidak bisa mengatakan kalau Ashta Kakaknya dan Tifan punya hubungan. Karena dari awal Frian mengenal Deran dan Wili, dia tidak pernah bercerita tentang Ashta karena Frian terlanjur berbohong dan bilang kalau dirinya adalah anak tunggal.

Deran tertawa terbahak-bahak, apa yang dikatakan Frian sudah sangat terlihat bohong. "Jalan? Lo punya bukti apa? Lo ngibul ya, barusan gue baru balik dari rumah dia dan sekarang lo bilang barusan lo liat dia ketemuan sama cowo lain? Ngarang!"

Frian mencoba membela dirinya lagi. "Tifan tadi keliatan buru buru banget, mungkin aja dia mau ketemuan sama itu cowo." Dustanya lagi.

"Nyokap sama Bokap Tifan juga baru balik dari rumah gue, jadi engga bakalan kalo Tifan keluar rumah sendirian." Jawab Deran enteng.

Frian mendekat kearah Deran. "Gue titip pesen aja sama lo Ran, gue sebagai sahabat lo engga mau ngeliat lo sakit atau apalah. Lo bahagia gue juga bahagia Ran, tapi gue cuma titip pesen hati-hati sama Tifan, jangan lo kasih semua hati lo buat dia." Pesannya.

"Okeh Thanks sarannya, gue bisa jaga diri kali." Deran melambaikan tangannya, terkesan kalau ucapan Frian itu hanya masalah mudah.

Frian menghembuskan nafasnya kasar. Mungkin dia harus cari cara lain. Frian langsung pamit pulang karena Mamahnya sudah menelpon, mungkin Ashta sudah sampai rumah.

+++

Jam istirahat hampir habis. Tifan dan Livi bergegas menuju kelasnya. Langkah mereka terhenti karena ada suara yang memanggil Tifan.

"Tifan!" Teriak seseorang dari belakang.

Tifan menengok dan melihat Frian yang berlari kecil kearahnya. "Eh kak Frian? Ada apaan?" Tanyanya.

"Gue mau ngobrol sebentar sama lo bisa?" Tanya Frian.

"Bisa." Jawab Tifan karena dia juga sedang tidak sibuk.

Frian melirik kearah Livi. "Berdua." Katanya, karena mungkin ini pembicaraan yang penting. Tifan langsung menyuruh Livi meniggalkannya berdua dengan Frian, Livi mengerti kemudian dia langsung pergi.

Tifan mengajak Frian duduk di kursi korodior.

"Mau ngomong apa?" Tanya Tifan duluan karena sedari tadi Frian masih diam tak bersuara.

"Jauhin Deran." Katanya dengan satu tarikan nafas.

Tifan bingung dengan apa yang diucapkan Frian. "Hah? Apa? Ke...kenapa?" tanyanya terbata-bata. Apa yang salah dengan Tifan? Apa sudah terjadi sesuatau dengan Deran? Itulah yang terus Tifan fikirkan.

"Lo ga bisa bagi hati lo buat dua orang cowo, jangan sakitin Deran jangan mainin perasaannya dia." Jelas Frian lagi karena tadi Tifan belum mengerti. Entahlah ini salah atau tidak. Frian terlalu takut kalau Tifan hanya akan menyakiti hati dan perasaan Deran, sama halnya dengan hati dan perasaan Kakaknya.

"Lo udah bikin Kakak gue kaya gitu, gue gak akan biarin Deran bareng sama lo." Batin Frian.

Tifan menggelengkan kepalanya, wajahnya terus terusan meminta penjelasan. "Aku engga ngerti."

"Jangan sok polos, kalo lo sayang sama Deran udah dari dulu lo terima cinta dia. Kalo terus-terusan kaya gini artinya lo cuma mainin perasaan dia!" Bentak Frian, volume suara Frian tidak sampai terdengar oleh orang lain. Orang-orang yang berlau lalang juga tidak akan memperdulikan pembicaraan mereka berdua.

"Tapi aku engga ada niatan kaya gitu." Bela Tifan.

"Halah bulshit! Mungkin alasan lo ga nerima cinta Deran karena ada cowo lain kan? Atau lo udah punya pacar?"

"Cowo lain? Pacar? Enggak, aku engga lagi ngejalin hubungan sama siapa-siapa." Bantah Tifan lagi. Entahlah Tifan cape dengan semua tuduhan yang Frian beri, sebenarnya apa yang sedang terjadi?

"Gue tau, lo cuma kasian liat Deran. Lo mainin dia doang, lo gak pernah ngeliat ketulusan Deran. Gue juga tau kalo lo nyembunyiin sesuatu dari Deran." Frian langsung bangkit dari duduknya.

"Nyembunyiin apaan Kak?" Tifan juga ikut bangkit. Tapi Frian sudah pergi dari hadapan Tifan, Tifan mencoba mengejar. "Kak... Kak Frian tunggu." Panggilnya, tapi Frian masih terus berjalan tanpa menengok kebelakang.

Semua orang tidak peduli dengan percakaan mereka karena mereka memang tidak tau masalahnya, tapi bagi Wili ini hal yang menarik. Seorang Frian yang tiba-tiba mengejak Tifan mengobrol tapi obrolan mereka jauh dari dugaan Wili. Wili mendengar semuanya, ancaman Frian, semuaya.

"Frian? Kenapa tiba-tiba dia kaya gitu sama Tifan ya? Keliatan banget kalo Frian sebel sama Tifan, tapi kenapa? Sumpah gue gak ngerti." Katanya sambil keluar dari persembunyian.

Semalam juga Deran langsung menghubungi Wili kalau Frian datang kerumahnyadan berbicara tidak jelas. Wili semakin mengerti karena tadi menyaksikan tontonannya langsung.

Through It TogetherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang