"Lo boleh ambil jatah kita." Ucap Deran sambil meminum minumannya.
Maru langsung menengok kearah Deran dengan ekspresi yang terkejut. "Maksud lo? Gue belum ngerti." Ucapnya bingung.
Mereka berempat kini sedang duduk sambil menyantap Pecel Lele yang Wili pesan didekat rumahnya.
"Ya maksud gue, bayaran kita bertiga buat lo aja, semuanya." Kali ini ucapan Deran berhasil membuat Wili tersedak.
"Uhuk... Uhuk... Ehemm Hem! Maksud lo Ran? Bayaran si Galang lo kasih semua ke anak ini?!" Sungut Wili tak senang dengan pendapat Deran.
Maru masih bingung dengan mereka bertiga, yang Maru tau, dia tadi diselamatkan dari kejaran polisi, kemudian Maru langsung dibawa oleh Deran dan kawan-kawannya ketukang dagang Pecel Lele, setelah itu Maru langsung diajak kedalam rumah yang sederhana didekat tukang Pecel Lele a.k.a rumah Wili.
Maru masih bingung tentang bayaran-bayaran yang terus Deran katakan, dia berfikir kalau tebakannya benar, tapi Maru masih belum tau pasti bayaran apa yang sedari tadi mereka perdebatkan.
"Lo tenang aja Wil, gue yang urus semuanya. Palingan si Galang cuma ngasih dikit," Deran menepuk-nepuk pundak Wili dengan keras agar Wili tak tersedak lagi. "Dan lo Mar, sebenernya kita-kita ini sama posisinya kaya lo. Kita bertiga sering bantuin anak SMA lain buat nyerang SMA musuh, bisa dibilang kita ini orang keren bayaran."
"Anjirr!!! Deran! Lo kesambet apaan sih?! Gue engga setuju ya kalo hasil kerja kita malah dikasih Cuma-Cuma sama orang yang baru kita kenal! Ran, Maru itu musuh kita, sebelumnya dia juga sempet punya niatan buat ngehabisin lo kan? Nah kenapa lo sekarang malah baikin dia sih!" Protes Wili masih tak terima dengan pendapat Deran.
Frian tak memperdulikan mereka karena di masih sibuk berjuang menyuapkan nasi kedalam mulutnya.
Sebenarnya diantara ketiga manusia itu, luka yang paling parah adalah luka Frian, kedua sudut bibirnya sudah robek dan mengeluarkan sedikit darah. Bagaimana mau mengintrupsi Deran dan Wili kalau untuk makan saja butuh kerja keras, jadi lebih baik Frian tutup mulut saja dari pada lukanya tambah parah.
"Masalah ini biar gue yang urus Wil. Gue bisa minta lebih kebokap. Gue janji Wil! Gue akan ngasih uang itu ke lo secara cuma-cuma gimana?" Deran memberikan sedikit umpan agar Wili mau mengikhlaskan uang mereka yang didapat dengan cara yang tidak baik.
Maru langsung mengangkat tangannya menghela mereka semua. "Stop! Stop! Stop! Pertama, gue engga mau nerima duit lo, kedua, gue mau bilang makasih atas semua kebaikan lo dan yang terpenting! Gue sama sekali engga butuh kasihani dari lo!" Kata Maru penuh penekanan.
"Berhubung hari semakin gelap, bacot-bacotan cukup sampai disini. Lebih baik gue nganterin lo pulang aja, gimana?" Deran menawarkan bantuannnya lagi, karena kalau omongan Maru terus dibalas, bisa-bisa sampe subuh gak akan kelar percekcokan ini.
"Gue mau dianterin lo?!" Tanyanya sinis. "Orang yang udah bikin bayaran gue hilang, orang yang udah bikin motor gue gak akan balik lagi? Sorry aja, mending gue jalan kaki."
"Okeh, lo sekarang jalan kaki aja sono, gue gak peduli. Tapi sebelum lo cabut, gue pengen ngasih tau lo sesuatu, besok juga gue bakalan ngasih bayaran lo sama sekalian motor lo."
"Motor gue? Dimas cs gak akan segampang itu nyerahin motor gue yang jelas-jelas bukan anggota mereka ke orang lain, apalagi orang itu lo, musuh dia."
"Sekarang terserah lo aja, udah untung temen gue mau nolongin, nah lo malah nyolot mulu!" Wili berbicara mencoba membela Deran.
Tak ingin membalas perkataan Wili, Maru langsung bangkit dari duduknya dan pergi dari hadapan mereka semua, sedangkan Wili, Frian dan Deran hanya menatap kepergian Maru tanpa ingin mengejarnya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Through It Together
Novela Juvenil[sebagian cerita di private] Deran Reynand Nuarta, tak banyak yang mengenalnya secara rinci, ganteng, famous, perhatian, humoris, kurang apa coba? Tapi sayangnya semua orang sudah terlanjur menjiplak Deran sebagai cowo annoying. Bagaimana orang-ora...