[50]. Senjata Makan Tuan

50.3K 3.1K 44
                                    

"Kenapa disini Cuma gue yang engga punya jadwal liburan ya?" Tanya Deran pada dirinya sendiri.

"Cian, punya pacar tapi berasanya kaya jokut."

"Apaan tuh."

"Jomblo akut!"

"Sialan lo!" Deran langsung menghadiahi Wili dan Ahsta tamparan dikepala mereka. "Yaudah engga papa deh, empat hari terakhir ya?"

Tifan mengangguk sabil tersenyum. "Iya..."

"Gue ngajakin lo semua taruhan mau ga?" Tiba-tiba Wili bersuara.

"Paan?" Tanya Deran.

"Bentar lagi kan bagi rapot, nah gue mau tantangin lo semua kecuali Ashta sama Kak Bunga, kalo peringkat kalian ada di bawah 200 harus ada hukumannya gimana?"

"Lo mah kaya ngece Wil." Ucap Deran merasa tersindir.

"Gue gak ngerti maksud lo Ran? Lo udah pesimis kalo lo bakalan dibawah peringkat itu?" Tanya Wili.

Tapi bukan itu maksud Deran, dia malah lebih percaya diri. "Gue optimis bisa ngalahin lo kali, semester kemaren gue ada diurutan 210 nah lo berdua kan ada di posisi 211 sama 220, diantara kita bertiga yang paling goblok tuh elo Wild dan yang paling pinternya gue." Ucapnya sedikit berbangga diri. Wili hanya mendengus kesal saat Deran menyebutnya 'yang paling goblok'.

"Kalo kita semua di bawah 200 gimana? Terus Rene sama Tifan ikutan?" Frian bertanya lagi.

"Mereka mah anak bawang aja, emang lo dulu dapet peringkat pararel keberapa Ne?"

"Ke 88." Jawab Rene. Memang jauh dari angka sempurna, tapi cukup membuat mereka bertiga membuka mulutnya tak percaya.

"Dari 220 ke 88 lumayan jauh juga sih." Kata Wili sambil menghitung selisih rangkingnya dengan rangking Rene.

Deran menepuk tangannya meminta perhatian, kali ini dia yang memainkan permainan ini. "Okeh kita ubah peraturannya, peringkat terendah diantara kita harus neraktir orang-orang yang ada disini gimana?"

"Okeh gue setuju." Wili langsung mengangguk dengan cepat.

"Okeh gue juga." Frian juga setuju dengan usul Deran.

"Otomatis gue juga setuju lah, rezeki jangan ditolak." Ucap Ashta merasa bahagia.

Akhirnya mereka semua setuju.

+++

Matahari perlahan muncul. Tapi sebelum matahari muncul, Tifan dan Ibunya sudah dijemput oleh Ayah Tifan. Tifan tidak pamitan kepada Deran, Wili, Ashta dan Frian karena mereka berempat masih tertidur pulas. Rene dan Bungapun sudah pulang duluan.

Pagi ini juga mereka masih harus berangkat kesekolah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi ini juga mereka masih harus berangkat kesekolah. Padahal masih tersisa banyak waktu, tapi sedari tadi Deran terus mendesak Wili dan Frian agar cepat-cepat bersiap kesekolah. Merekapun hanya sarapan setangkap roti dengan selai.

Through It TogetherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang