4-Pilihan yang tak ingin dipilih

8.1K 690 46
                                    

Dengan langkah ringan seorang wanita berjalan menyusuri lorong rumah sakit. Senyuman tak pernah luntur dari wajah cantiknya setelah ia keluar dari ruang pemeriksaan. Ia begitu senang saat jenis kelamin calon bayinya sudah diketahui. Dia perempuan. Calon anaknya perempuan. Berbagai rencana sudah menggunung di kepalanya bersama anaknya kelak. Belanja, ke salon, memasak, nonton dan masih banyak lagi. Dan semuanya akan dilakukan bersama. Bersama putrinya. Malaikatnya.

Wanita itu tersenyum simpul atas pemikirannya yang terlalu jauh.

Tumbuh sehatlah sayang...
Bunda tak sabar menunggumu lahir... gumamnya dengan senyum mengembang.

"Re!" Panggil seorang pria membuat Rebecca sontak menghentikan langkah.

"Gimana hasilnya? Perempuan atau laki-laki?" Berondong pria itu setelah sampai di hadapan Rebecca tak sadar dengan raut wajah perempuan dihadapannya.

Bukannya menjawab, Rebecca hanya diam dengan wajah jutek.

"Re?" Panggil pria itu lagi.

Dasar! Memang Rebecca si perempuan keras kepala, bukannya menjawab, ia malah kembali berjalan menghiraukan pria itu.

"Ya ampun, Re. Kamu marah?"

Rebecca berhenti saat pria itu memegang pergalangan tangannya.

Lagi-lagi ia diam.

"Aku minta maaf karena ingkar janji. Tapi tadi ada operasi mendadak" jelas pria itu karena Rebecca masih saja diam.

Hah.

"Aku nggak marah karena kamu lebih mementingkan operasi daripada aku. Nggak sama sekali. Tapi yang membuatku kesal sekali, kamu tanpa meminta persetujuan terlebih dulu mengganti dokter kandunganku. Kamu 'kan bisa memeriksaku setelah kamu selesai operasi. Bukan malah membuat dokter lain yang memeriksaku!" Rebecca meluapkan kekesalannya.

"Okay. Aku minta maaf. Tapi apa salahnya 'sih dengan dokter lain? Aku juga nggak mungkin kasih kamu dokter sembarangan"

"Ya ya aku tahu itu! Tapi aku masih marah sama kamu!"

Reynold memutar bola matanya.

"Rey! Dilarang memutar bola mata nggak sopan!"

"Baiklah calon ibu muda, Reynoldmu ini nggak akan memutar bola mata jika didepanmu, tapi nggak tahu jika dibelakangmu" Reynold tertawa lalu merangkul pundak Rebecca.

Rebecca hanya mendengus sebal tapi tak lama ia juga ikut tertawa bersama sahabatnya, tak tahu apa yang sebenarnya ditertawakan.

"Makan yuk, aku lapar"

"Sogokanmu murah sekali, Rey"

"Menyogokmu dengan makanan tak akan pernah murah, Re. Kamu tahu sendiri gimana bayaknya kamu makan!"

Auw.

Reynold menjerit kesakitan karena mendapat tendangan super pregnant mom di tulang keringnya.

"Re! Semenjak hamil tendanganmu sama sakitnya seperti tendangan Kanna!" Reynold mmbungkuk, mengusap kakinya yang sakit.

"Itu bagus dong, Rey" Rebecca tertawa sambil mengusap punggung Reynold yang tak sakit sama sekali.

"Ayo" Rebecca sambil tertawa meninggalkan Rey yang masih mengusap kakinya.

"Dasar ibu hamil tak punya perasaan!" Umpat Reynold sambil mengikuti Rebecca yang melangkah riang di depannya.

Rebecca berhenti lalu berbalik ke arah Reynold sambil tersenyum lebar. "REY! ANAKKU PEREMPUAM!" teriaknya riang.

Walau kesal, tapi tak ayal Reynold membalas senyuman Rebecca juga.

EccedentesiastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang