Setelah kejadian diparkiran 2 minggu yang lalu, Calvin tak lagi menunjukkan batang hidungnya. Pria itu kembali pada kebiasaannya yang sering hilang bak ditelan bumi tanpa kabar berita. Bahkan untuk sekedar menanyakan kabar Olyn lewat pesan singkat tak dilakukannya. Rebecca menduga, pria itu kembali pada sifat aslinya karena tersinggung oleh perkataannya waktu itu. Sungguh ia tak ada niatan sedikitpun untuk memulai pertengkaran dengannya, tetapi pria itulah yang selalu memancingnya agar terjadi konfrontasi baik dalam bentuk perkataan ataupun tindakan. Apakah dirinya merasa senang karena berhasil mengusik pria itu? Jawabannya adalah tidak sama sekali. Ia tak merasa senang ataupun bersalah karena begitulah perasaan dirinya pada Calvin saat ini, asing. Yang ia khawatirkan adalah dampaknya terhadap Olyn, terbukti dari intensitas pertemuan diantara mereka berdua yang tidak terjadi lagi. Entah pria itu sengaja tak menemui Olyn lagi atau memang sedang ada urusan sehingga tidak bisa. Ia tak tahu dan semoga saja opsi kedua adalah yang paling benar karena pengecut sekali jika benar pria itu tak mau menemui Olyn lagi hanya karena perkataan jujurnya waktu itu. Bukan sekali ini saja pria itu berlaku seperti ini, ingat saat mereka bertemu lagi setelah satu tahun lamanya tak bertemu, pria itu meminta ingin bertemu Olyn tapi baru sebulan kemudian Calvin melaksanakan hajatnya. Jadi yang perlu dilakukan adalah menunggu, jika dalam sebulan pria itu tak datang menemui Olyn, ia tak akan memberikan kesempatan lainnya untuk pria itu. Ia tak ingin menggantungkan anaknya pada laki-laki yang tak konsisten. Lebih baik menyelesaikannya saat Olyn masih belum mengerti apa-apa, daripada kejadian seperti ini terus terjadi berulang-ulang sampai Olyn mengerti dan bertanya-tanya mengapa sang ayah yang senang datang dan pergi. Semoga itu tak terjadi karena anaknya lah yang akan terluka nantinya. Lebih baik anaknya tak mempunyai kenangan tentang sang ayah daripada terluka lebih dalam di masa depan. Ia akan lebih tegas untuk masa depan anaknya. Sudah cukup dengan toleransi yang ia berikan, tak akan ada lagi sikap lunak untuk pria itu. Biarlah dirinya dianggap ibu yang kejam karena memisahkan ayah dan anak, ia hanya melindungi seseorang yang dicintainya. Percayalah rasa sakit dan kekecewaan yang timbul akibat orang yang kita percayai akan sangat berbekas dan terus terbawa walau waktu berusaha menghapusnya.
---
Malam minggu adalah waktu yang pas untuk menghabiskan waktu bersama seseorang yang spesial baik itu keluarga, pacar ataupun teman. Tak peduli dimana atau dengan siapa yang terpenting adalah bagaimana kita melaluinya. Berkesan ataupun tidak kita sendiri yang menciptakannya. Seperti Rebecca saat ini yang menghabiskan malam minggu dengan duduk cantik di pinggir dinding kaca sebuah cafe yang sedang hits dikalangan anak muda. Kerlap-kerlip lampu gedung bertingkat dan kendaraan yang tak ada habisnya membuat suasana semakin syahdu untuk siapa saja yang butuh merenung. Suasana cafe yang homey dengan mengusung tema 'ramah lingkungan' membuat nyaman siapa saja yang berkunjung. Anak kecil sampe orang dewasa betah berlama-lama menghabiskan waktu disana. Oleh sebab itu, Rebecca tak khawatir membawa malaikat kecilnya untuk ikut menikmati euforia sabtu malam kota Bandung.
Rebecca tersenyum bahkan sesekali menimpali celotehan sang anak yang sangat antusias saat melihat sesuatu yang menarik menurutnya. Kadang kala, Olyn menunjuk-nunjuk sesuatu secara acak ataupun bertepuk tangan dengan celotehan khas bayi. Mereka seharusnya bertiga tetapi entah mengapa pria itu mangkir dari waktu yang telah disepakati. Jadi, sudah satu jam lamanya lah ia menghabiskan quality time nya hanya berdua dengan anaknya, tak ada yang mengganggu dan menginterupsi. Sungguh ia bahagia.
"Aaa.. buka mulutnya sayang!" Rebecca menyuapi potongan buah naga untuk Olyn. Umurnya sudah menginjak delapan bulan dan dia sudah diperbolehkan makan makanan khusus bayi ataupun buah-buahan yang bertekstur tidak terlalu keras.
"Hai anak papa." Sapa seseorang dari arah belakang Rebecca membuatnya kontan membalik.
"Berhenti berbicara seperti itu nanti Olyn salah paham."
KAMU SEDANG MEMBACA
Eccedentesiast
RomanceItu sebutanku untuk diriku sendiri "eccedentesiast" dimana seseorang menyembunyikan kesakitannya dibalik senyuman. -Rebecca Tanur Deacon- Dulu ia adalah orang yang jahat, hatinya dipenuhi dendam yang tak berkesudahan. Tapi seiring berjalannya waktu...