26 - Bahagia II

4.6K 453 26
                                    

Tawa renyah Calvin menggema di dalam kamar. Penyebabnya adalah anak-anaknya yang kini tengah bedebat masalah pembagian posisi tidur. Axelle dan Olyn sedang menginap dirumahnya. Saat tahu bahwa kakaknya berada di Indonesia dan akan berlibur di rumah sang ayah, Olyn tidak mau ketinggalan. Putrinya langsung memaksa Rebecca mengantarkan dirinya ke rumah Calvin. Tak ketinggalan koper mini bergambar frozen yang ikut diboyong.

"Disini papa." Tunjuk Olyn sembari menaruh bantal di sisi kiri ranjang. "Olyn di tengah." Lalu menaruh bantal dengan sarung bergambar Olaf-again about frozen yang ia bawa dari rumahnya, menaruh ditengah lalu meletakkan bantal lainnya di sisi kanan ranjang tepat di sebelah bantal Olyn. "Nah kak Axelle disini."

Calvin tersenyum lebar, dirinya hanya duduk sembari bersedekap melihat senyum lebar Olyn dan wajah cemberut Axelle.

"Aku juga pengen tidur dekat papa. Harusnya aku yang di tengah karena aku lebih tua dari kamu dan lebih muda dari papa." Olyn mengerutkan keningnya tak mengerti dengan perkataan kakaknya yang menurutnya sangat rumit.

"Kak Axelle ngomong apaan sih?" Dahi Olyn mengkerut mencoba mencerna perkataan sang kakak. Membuat Calvin tertawa ngakak melihat tingkah lucu putrinya.

Calvin sadar betul jika Axelle tumbuh menjadi anak yang sangat cerdas berbeda dengan Olyn yang seperti  anak-anak seumurannya. Axelle seringkali berbicara layaknya orang dewasa membuatnya tak mempunyai banyak teman karena anak itu lebih senang menyendiri sembari membaca buku. Benar diumurnya yang beberapa bulan lagi menginjak 6 tahun Axelle sudah bisa membaca. Calvin sangat bangga akan hal tersebut, tetapi ada saatnya ia ingin Axelle seperi Olyn yang riang dan supel. Gampang berbaur dengan orang lain membuatnya punya banyak teman. Ia hanya ingin Axelle menikmati masa bermainnya.

"Maksudnya aku yang tidur ditengah." Axelle merangkum perkataannya agar sang adik mengerti.

"Pokoknya aku di tengah dekat papa." Olyn mengehentakan kakinya kesal menghampiri sang ayah. "Papa mau tidur dekat siapa? Olyn atau kak Axelle?" Mata putrinya sudah berkaca-kaca, jurus andalan yang selalu ditunjukan agar keinginannya dituruti.

"Papa." Ucap Olyn manja sembari naik kepangkuan Calvin.

"Papa mau tidur deket Olyn sama kak Axelle." Calvin memeluk Olyn dengan tangan kanan, sedangkan tangan kirinya merangkul Axelle yang tak ingin kalah untuk mendapatkan perhatian sang ayah.

"Papa kan cuma ada satu." Jawaban polos Olyn kembali membuat Calvin tertawa.

"Itu artinya papa tidur ditengah Olyn." Axelle menggantikan ayahnya memberi penjelasan pada Olyn.

"Benar kata ka Axelle papa tidur di tengah jadi bisa dekat Olyn sama ka Axelle." Calvin mengeratkan pelukan pada kedua anaknya dengan gemas. Sungguh ia sangat bahagia hari ini.

"Kalo Olyn di pinggir nanti jatuh gimana papa."

"Kan papa jagain jadi Olyn sama kak Axelle nggak bakalan jatuh."

"Sekarang kalian ganti baju terus sikat gigi lalu kita tidur."

"Siap!" Olyn dan Axelle menjawab dengan kompak lalu berlari menuju kamar mandi.

"Jangan lari-lari!" Calvin memperingatkan tapi dengan suara lembut. Ia tidak ingin mendidik anaknya dengan kekerasan. Tegas harus tetapi tidak dengan membuat anak-anaknya takut.

"Iya papa." Jawab mereka kembali, lalu berjalan dengan santai.

Sekali lagi Calvin bersyukur karena anak-anaknya begitu mandiri. Diumurnya sekarang, mereka sudah bisa mengganti baju dan sikat gigi sendiri. Pola asuh ibu mereka sungguh luar biasa. Bagian terkecil hatinya selalu merasa bersalah karena dirinya tidak ada setiap hari untuk mereka. Ingin sekali menghabiskan moment seperti ini setiap hari tapi ia tahu diri jika dirinya terlalu serakah. Ibu-ibu mereka sudah cukup baik hati dengan memberikan kebebasan untuk Calvin menemui anak-anaknya. Juga tidak memberitahu dan mendoktrin anak-anaknya tentang ayahnya yang di masa lalu menyakiti hati ibu mereka.

EccedentesiastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang