Dua wanita yang terhubung karena satu orang pria tengah duduk saling berhadapan, saling mengukur kekuatan satu sama lain. Bukan untuk saling menjatuhkan hanya mengingat seberapa tangguh mereka di masa lalu. Keadaan tidak normal yang harus mereka jalani membawa dampak begitu besar baik untuk pribadi ataupun kehidupan mereka sekarang. Rasa sakit karena merasa terkhianati, berdua mereka rasakan akan tetapi dalam porsi yang berbeda. Satu dari dua wanita tersebut merasakan rasanya diabaikan, hal tersebut terjadi karena kesalahannya sendiri yang lebih dulu mengkhianati. Sedangkan wanita lainnya mendapatkan rasa sakit yang begitu komplit, kesedihan terus menerus menderanya tanpa ampun hanya karena sikap pengecut pria itu.
"Kamu terlihat baik-baik saja."
"Sudah seharusnya," ungkap Rebecca sekenanya, tak ada alasan untuk dirinya beramah tamah, mereka bukan teman dengan perkenalan yang baik.
Mereka kembali bertemu setelah dua tahun lebih tak bersua, tepatnya setelah Dalila melahirkan dan Calvin menggugat cerai. Wanita itu menghilang dari kehidupan Rebecca begitupun dengan prianya. Meninggalkan dirinya yang hancur lebur seperti sampah karena untuk kedua kalinya menjadi yang terbuang. Tetapi ia tak pernah tahu apa yang sebenarnya terjadi dengan kehidupan mereka setelah meninggalkan dirinya. Prasangkanya selalu berfikir bahwa mereka berdua hidup bahagia tanpa repot mencari tahu kebenarannya.
Dalila menganggukkan kepala, tak tersinggung ataupun marah. "Bagaimana kabar Olyn?"
Rebecca tersenyum sekilas, sangat tipis bahkan jika lawan bicaranya tak terlalu memperhatikan tak akan tahu jika barusan dirinya tersenyum. "Sangat baik."
"Olyn adalah Calvin versi perempuan." Rebecca mengangguk menyetujui karena tak bisa menyangkal sekalipun dirinya ingin.
"Axelle dan Olyn seperti anak kembar." Rebecca kembali mengangguk. Ia tak ada saat mereka bertemu. Calvin mengajaknya dan sudah dipastikan pula ia menolak. Tak mau membuat suasana semakin canggung seperti dahulu saat mereka hidup bertiga.
Umur anak mereka hanya berselisih beberapa bulan, hal yang lumrah jika banyak orang beranggapan bahwa mereka kembar. Serta kedua anak tersebut yang mengambil banyak gen ayahnya membuat banyak orang yakin dengan asumsinya saat melihat mereka dalam waktu bersamaan.
Tak ada yang keberatan dengan hal tersebut baik Dalila maupun Rebecca, karena disangkalpun tak akan membenarkan apapun. Pembenaran yang paling ampuh adalah bahwa mereka saudara satu ayah dengan ibu berbeda.
"Kamu tinggal disini sekarang?" Dalila meminum orange juice pesanannya tak berniat menjawab langsung masih memperhatikan raut wajah lawan bicaranya yang sedari tadi tanpa eksprsi.
Mereka tidak sengaja bertemu, ternyata Bandung yang tidak begitu besar dan sedikit campur tangan takdir membuat mereka bertemu dengan tak terduga. Mall yang bertebaran di kota kembang ini tak membuat mereka sulit menemukan satu sama lain, faktanya mereka bertemu di sebuah supermarket. Mulanya Rebecca tidak ingin berbasa basi dan melanjutkan kembali urusannya. Tetapi berbeda dengan Dalila yang merasa mereka perlu bicara, banyak yang harus dibicarakan terkait dengan masa lalu mereka yang bertaut.
Dan disinilah mereka sekarang, di sebuah cafe minimalis tidak jauh dari tempat mereka bertemu pertama kali setelah dua tahun berselang.
"Kami hanya berlibur. Lusa aku dan Axelle kembali ke London."
Rebecca menatap langit yang mendung, tak nampak sirnanya seperti tadi siang. "Mengapa kalian bercerai?" Pandangannya tetap fokus enggan beralih.
Dalila tersenyum kecut, Rebecca masih sama enggan berbasa basi. "Menurutmu kenapa?" Mereka bukan lawan sepadan jika tidak sama-sama tangguh. Ia kembali tak langsung menjawab, ingin sedikit bermain-main.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eccedentesiast
RomanceItu sebutanku untuk diriku sendiri "eccedentesiast" dimana seseorang menyembunyikan kesakitannya dibalik senyuman. -Rebecca Tanur Deacon- Dulu ia adalah orang yang jahat, hatinya dipenuhi dendam yang tak berkesudahan. Tapi seiring berjalannya waktu...