We don't talk anymore
We don't talk anymore
We don't talk anymore, like we used to do
We don't talk anymore
What was all of it for ?
Oh, we don't talk anymore, like we used to do
"Hallo, Assalamualaikum." Jawab Rebecca saat ada panggilan masuk.
"Walaikumsalam. Re dimana?" Berisik sekali keadaan disebrang suara menandakan sang penelopon sedang berada di tengah keramaian.
"Aku masih di hotel Ndar, Olyn belum tidur. Nggak mungkin aku tinggal, takut nanti nangis. Tau sendiri kamu kalo dia nangis kaya gimana. Tadi siang aja Mbak Yanti kewalahan nenanginnya." Rebecca menjepit handphonenya diantara kepala dan pundak saat Olyn mulai merengek minta digendong.
"Biasanya jam segini itu anak udah tepar."
"Padahal perutnya udah kenyang, udah aku kasih makan sama susu juga, tapi belum ada tanda-tanda kalo dia ngantuk."
"Ditinggal sama susternya aja emang nggak bisa?"
"Jangankan aku tinggal, gerak dikit aja dia mulai ngerengek. Sekarang aja dia nggak mau lepas dari gendongan." Rebecca duduk di sofa lalu membenarkan tali gendongan yang mulai mengendor. Ia tak kuat jika berlama-lama menggendong Olyn tanpa gendongan karena anaknya yang sudah sangat berat.
"Tumben itu anak rewel. tapi kamu udah siap?"
"Aku udah siap dari satu jam yang lalu."
"Bawa aja Olyn kesini, dia tau mungkin ibunya mau happy-happy tanpa dirinya."
"Aku bawa aja gitu?"
"Buruan turun Re, aku tunggu!" Tuttt...
Hush. Rebecca mendengus saat sambungan telepon diputus sepihak. "Dasar Ndar!"
Rebecca mengangkat Olyn, membuat wajah mereka berhadapan. "Olyn mau ikut Mama ke resepsinya Tante Ann ya? Makanya nggak mau bobo?" Ia menggelitik leher sang anak menggunakan hidungnya membuat Olyn tertawa.
"Hhhemm?" Lagi Rebecca menggelitik sembari menciumi wajah Olyn. Membuatnya terkikik sambil meronta karena geli.
"Mbak Yanti tolong gantikan baju Olyn ya saya mau benerin make up dulu."
"Iya Bu." Mbak Yanti lalu mengambil alih Olyn dari Rebecca, awalnya Olyn menolak tapi setelah dibujuk akhirnya dia mau.
"Olyn ganti baju sama Mbak Yanti ya, nanti Mama gendong lagi." Rebecca melepas tali gendongan lalu menyerahkan Olyn pada Mbak Yanti. Setelah memilih beberapa baju untuk Olyn, pilihannya jatuh pada dress lucu berwarna kuning pastel senada dengan gaun yang Rebecca kenakan, lalu menyerahkannya pada Mbak Yanti.
Rebecca mengusapkan sedikit bedak pada wajahnya lalu memoleskan lipstick berwarna maroon sebagai finishing. Ia mematut dirinya di cermin, lipstick berwarna maroon cukup mencolok diwajahnya yang putih, ia menyukainya karena warna tersebut membuatnya lebih percaya diri.
Rebecca tersenyum sesaat setelah Olyn selesai didandani oleh Mbak Yanti karena anaknya begitu lucu dengan penampilan serba kuningnya mulai dari jepit rambut sampai kaos kaki dan sepatunya. "Ya ampun anak Mama lucu banget." Rebecca menciumi kedua pipi tembam anaknya.
"Sekarang gantian Mbak Yanti yang ganti baju!" Rebecca berdiri lalu membuka kopernya, mengasongkan sepasang baju yang menurutnya cocok untuk Mbak Yanti.
"Saya pake ini aja Bu." Tunjuknya pada seragam baby sister yang dikenakan. Tujuan Rebecca menyuruh Mbak Yanti ganti baju bukan karena ia malu membawa Mbak Yanti ke resepsi Kanna dengan seragam susternya, ia hanya memikirkan perasaan Mbak Yanti. Takutnya Mbak Yanti nggak akan percaya diri dan kurang nyaman ditengah kerumunan orang-orang yang memakai pakaian bagus, apalagi dilihat dari latar belakang keluarga calon suami Kanna yang seorang pengusaha sukses sudah dipastikan yang datangpun bukan orang biasa-biasa, mereka akan menunjukkan status sosial mereka melalui busana yang mereka kenakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eccedentesiast
RomanceItu sebutanku untuk diriku sendiri "eccedentesiast" dimana seseorang menyembunyikan kesakitannya dibalik senyuman. -Rebecca Tanur Deacon- Dulu ia adalah orang yang jahat, hatinya dipenuhi dendam yang tak berkesudahan. Tapi seiring berjalannya waktu...