1-Awal dari kesakitan yang berlanjut

13.2K 755 12
                                    

"Re, kamu yakin nggak mau ikut?" Tanya Dewi-mama Kanna, sedang sibuk mondar-mandir dihadapan Rebecca.

"Nggak ma. Rere di rumah aja"

"Yasudah kalau gitu. Mama pergi dulu ya. Hati-hati di rumah" Rebecca berjalan di samping mama untuk mengantar menuju pintu.

"Kamu nggak ikut Re?" Tanya Nirwan-ayah Kanna, yang sudah berada di dalam mobil bersama Kinari-adik bungsu Kanna.

Rebecca menggeleng menjawab pertanyaan orang yang sudah dia anggap sebagai ayahnya sendiri.

"Mama pergi ya" pamit mama lalu masuk ke dalam mobil.

"Kami pergi. Hati-hati di rumah Re" sambung ayah sambil melambaikan tangannya sebelum  menutup kaca mobil.

Rebecca masuk ke dalam rumah lalu menutup pintu setelah mobil mereka hilang dari pandangannya.

Sudah seminggu Rebecca tinggal bersama keluarga Kanna. Awalnya dia menolak keras usulan Kanna untuk tinggal di rumahnya, karena dia sadar dengan keadaannya yang hamil tanpa suami serta baru keluar dari penjara membuatnya dihinggapi rasa takut berlebihan dengan sikap keluarga Kanna nanti. Tapi ternyata prasangkanya salah besar, dia disambut dengan begitu baik oleh keluarga Kanna. Tak ada tatapan mencemooh ataupun mencela yang ditujukkan untuknya. Mereka bersikap terbuka dan menganggap Rebecca seperti keluarga. Dan yang pasti mereka tidak mempermasalahkan ataupun mengungkit masa lalu Rebecca yang kelam. Membuatnya dengan mudah berbaur dengan mereka.

Semenjak orang tuanya meninggal, Rebecca hidup dalam kehampaan dan kesepian. Tapi saat dia menginjakkan kaki di rumah keluarga Kanna, dia bisa merasakan kembali kehangatan dan rasa nyaman serta aman dari sebuah keluarga. Dirinya menangis saat mama memeluknya dan menyuruhnya untuk menjadi bagian dari keluarga mereka. Beribu syukur dia ucapkan dalam hati atas kebaikan yang Tuhan berikan padanya. Dia tak tahu akan bagaimana dirinya jika tidak dilingkupi orang-orang yang menyayanginya, mungkin dia akan jatuh ke dalam jurang terdalam dan tak akan pernah bisa bangkit lagi.

Setiap yang pergi karena kesakitan pasti selalu ada yang lahir karena harapan. Begitulah siklus kehidupan. Walaupun begitu menyakitkan saat dirinya ditinggalkan, tapi mau tidak mau Rebecca harus menerimanya. Menerima takdir yang tak berpihak padanya, karena dia yakin akan ada kebahagiaan lain yang Tuhan kirim untuknya. Itu terbukti dengan Tuhan mengirim keluarga Kanna untuk menjadi pelipur lara karena ditinggalkan oleh seseorang. Seseorang yang membuatnya berubah dan sadar bahwa cinta tak harus memiliki. Walau omong kosong itu sangat menyakitkan tapi dia tetap bertahan untuk bayi yang berada dalam rahimnya.

Rebecca bertekad di setiap langkahnya saat menuju pintu keluar rumah tahanan yang menjadi tempatnya bermukim selama sebulan yang lalu, bahwa dia akan menjadi wanita kuat yang selalu tersenyum dalam keadaan apapun walau hatinya remuk redam.

***

Tok..tok..tok.

Rebecca menggeliat saat suara ketukan pintu kamar membangunkannya. Dia melirik jam yang menggantung di dinding, ternyata sudah pukul lima sore dan dia sudah tidur selama dua jam.

"Neng. Ada tamu dibawah" teriakan bik Sumi dari luar kamar. Membuat Rebecca dengan malas turun dari ranjang.

"Iya bik" Rebecca balas berteriak.

"Emang siapa tamunya, bik?" Rebecca membuka pintu kamar tanpa mau repot mencuci muka terlebih dulu.

"Enggak tahu. Tapi katanya kenal sama Neng" ucapan bik Sumi membuatnya bingung sekaligus penasaran. Karena dia tak punya teman selain Kanna dan Rey. Sementara Dion dan Kira tinggal di luar negeri tak mungkin datang tanpa memberitahunya dulu.

EccedentesiastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang