"Sshhh. Calv cepatlah sebentar lagi anak-anak bangun. Kamu juga bentar lagi harus ke rumah sakit." Ucap Rebecca disela desahannya. Setelah melaksanan shalat subuh, Calvin membawa kembali Rebecca ke tempat tidur. Tentu saja bukan hanya tidur, tetapi kegiatan menyenangkan yang tak pernah membuat pria itu bosan walau pernikahan mereka sudah berjalan satu tahun.
"Hhmm." Gumam Calvin.
Rebecca tak lagi mengintrupsi, kali ini diam menikmati apa yang suaminya lakukan pada tubuhnya. Karena seberapa keras pun wanita itu mengingatkan, jika sedang dikuasai nafsu Calvin tak akan mendengarkan.
Desahan demi desahan memenuhi seisi kamar tat kala keduanya mencapai puncak. Untung saja kamar mereka kedap suara jadi tak akan sampai terdengar keluar. Juga kamar mereka yang berbeda lantai dengan anak-anak semakin membuat leluasa saat bercinta.
"I love you sayang." Bisik Calvin setelah benihnya melebur dalam rahim sang istri.
"Ih kebiasaan. Berat tau!" Rebecca mendorong tubuh Calvin yang ambruk diatasnya.
"Calv bangun! Sadar nggak sih badan kamu makin hari makin berat!" Dengan berat hati Calvin menggeser tubuhnya berguling ke samping tapi dengan tubuh Rebecca yang kini di atasnya.
"Kamu perlu olahraga deh Calv." Rebecca memainkan lengan atas Calvin yang berlemak walau hanya sedikit tapi hal tersebut jadi kesenangan tersendiri bagi Rebecca untuk menggodanya.
"Aku baru aja olahraga." Rebecca mendelik mendengar jawaban santai sang suami.
"Aku serius Calv! Kamu harus rajin lagi olahraga biar tetap sehat sampe kita tua!" Semenjak menikah memang intensitas olahraga pria itu sedikit berkurang. Calvin lebih senang menghabiskan waktu luangnya bersama istri dan anak-anak dari pada di gym. Terlebih ia yang sering kali pergi ke luar kota untuk menghadiri seminar membuatnya tak ingin membuang waktu sia-sia.
"Kalau perlu aku bikinin kamu gym di rumah. Calv kamu dengar aku nggak sih!" Kesal Rebecca saat Calvin dengan asyik memainkan rambutnya.
"Bikinin gym di rumah aja, ide bagus. Sekalian kita bisa olahraga bareng." Calvin menyelipkan rambut berkeringat sang istri yang menempel di sekitar pipi akibat aktivitas mereka tadi, sebenarnya tak terlalu peduli dengan topik yang sedang istrinya bahas.
Sebenarnya tubuh Calvin tak berubah secara signifikan. Hanya kini terdapat lemak-lemak di beberapa bagian tubuhnya yang dulu hanya berisi otot. Ia bukan Varo yang jika sehari saja tidak jogging serasa harinya tak indah. Ia juga bukan tipe pemalas dan menomor duakan bentuk tubuhnya. Ia hanya berolahraga secukupnya. Seminggu tiga kali pergi ke gym menurutnya sudah lebih dari cukup untuk menjaga kebugaran tubuh. Tapi itu dulu saat ia masih lajang. Sekarang seminggu sekali pergi ke gym saja sudah tidak pernah. Ia lebih memilih setiap sabtu minggu lari keliling komplek di temani dua anaknya dan setelahnya membeli bubur ayam. Dan hal itu seringkali memancing delikan tajam sang istri.
"Pria sudah menikah dan bentuk tubuhnya berubah itu normal sayang. Tandanya ia bahagia dan istrinya mengurusnya dengan baik."
Rebecca menghela nafas, "Aku nggak masalah sama bentuk tubuh kamu. Yang aku khawatirkan itu kesehatan kamu. Kamu tau sendiri pekerjaan kamu gimana, berdiri berjam-jam di ruang operasi. Minum kopi nggak terhitung lagi setiap harinya."
"Kamu mengurusku dengan sangat baik Re." Hal tersebut memang benar. Setiap hari Rebecca akan menyiapkan bekal makan siang untuk Calvin dan anak-anak. Tak lupa ditambah dengan buah-buah an, jus dan vitamin. Sungguh Rebecca melakoni peran sebagai istri dengan begitu baik.
"Itu sudah menjadi tugasku. Dan tugasmu adalah menjaga tubuhmu untuk tetap sehat!" Rebecca menekan dada Calvin dengan jari telunjuknya.
"Sayang kamu cinta banget ya sama aku?" Ujar Calvin tersenyum lebar sembari sesekali mengecup bibir dihadapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eccedentesiast
RomanceItu sebutanku untuk diriku sendiri "eccedentesiast" dimana seseorang menyembunyikan kesakitannya dibalik senyuman. -Rebecca Tanur Deacon- Dulu ia adalah orang yang jahat, hatinya dipenuhi dendam yang tak berkesudahan. Tapi seiring berjalannya waktu...