2-Takdir yang selalu tak berpihak

9.1K 745 29
                                    

Rebecca tersenyum ke arah pasangan yang saat ini tengah memamerkan kemesraan mereka. Kebahagian begitu terpancar dari keduabelah pihak. Membuat siapa saja yang melihatnya merasa iri, tak terkecuali dirinya.

Saat ini Rebecca tengah berada di resepsi kedua pernikahan Dion dan Kira. Awalnya dia menolak untuk datang karena berbagai alasan. Pertama, medan yang ditempuh untuk mencapai tempat resepsi yang sangat berbahaya untuk dirinya yang sedang mengandung di trimester pertama. Walaupun Dion dan Kira sudah menyiapkan transportasi terbaik tapi tetap saja Rebecca waswas. Kedua, Rebecca tak ingin bertemu lagi dengan pria itu. Secara ini adalah acara saudara kembarnya sudah dipastikan pria itu ada. Rebecca bukan pengecut yang selalu menghindar, tapi dia hanya ingin mencari aman untuk hati dan pikirannya. Apa itu salah?

"Re. Mau kemana?" Kanna menepuk pundak Rebecca saat dia akan berbalik meninggalkan tempat acara.

"Balik ke hotel. Kakiku pegal" kilahnya. Padahal bukan itu sebenarnya alasan Rebecca ingin cepat-cepat pergi. Tapi karena mata tajam yang sedari tadi menatapnya dingin dari kejauhan.

"Ternyata kalian disini" Reynold datang lalu tanpa sungkan melingkarkan kedua tangannya di pundak Kanna dan Rebecca.

"Jauh-jauh dari gue brengsek!" Ujar Kanna kesal setengah mati sambil menghempaskan tangan Rey kasar.

"Eits! Dilarang ngomong kasar ada ibu hamil" ujar Rey jenaka. Tak merasa bersalah sama sekali karena telah mempermalukan Kanna tadi.

"Bacot lo!" Balas Kanna sinis.
"Gue pergi ya Re. Nggak tahan bawaannya pengen bunuh orang!" Kanna pergi meninggalkan mereka berdua. Tapi sebelum itu dengan liciknya, Kanna menginjak kaki Rey menggunakan heels berukuran sepuluh senti. Membuat Rey mengaduh kesakitan yang dibalas Kanna dengan lambaian tangan.

"Anjrit! Sakit Ann!" Umpat Rey. Sementara Rebecca tertawa sampai air matanya keluar karena menyaksikan kelakuan teman-temannya.

"Kakiku sakit. Kau malah tertawa, Re!" Rajuk Rey tak tahu malu.

"Bodo!" Balas Rebecca acuh membuat Rey cemberut.

"Malu umur kali, Rey!"

"Aku balik ke hotel ya" lanjut Rebecca karena tak tahan ditatap semakin intens oleh pria di ujung sana.

"Kamu kenapa? Sakit?" Tanya Rey khawsatir lali menempelkan tangannya di dahi Rebecca.

"Aku nggak apa-apa, Rey. Kakiku hanya pegal"

"Oh aku pikir kenapa. Ayo" ajak Rey menggandeng lengan Rebecca.

"Kemana?" Tanya Rebecca bingung.

"Aku antar ke hotel"

Rebecca menarik tangannya dari genggaman Rey, membuat Rey menoleh seketika.
"Aku balik sendiri aja. Hotelnya juga dekat. Kamu disini aja nikmati acaranya"

Rebecca membekap mulut Rey saat tahu pria itu akan membantahnya. "Aku baik-baik aja, Rey. Sana pergi! Balas Kanna yang udah nginjak kaki kamu" perintah Rebecca lalu mendorong tubuh Rey supaya pergi.

Dengan berat hati Rey menurutinya. "Hati-hati. Kalau ada apa-apa hubungi aku" Rey mengelus rambut Rebecca sebentar sebelum pergi.

Rebecca berbalik lalu dengan cepat berjalan menuju hotel. Memang jarak hotel dengan tempat acara hanya memakan waktu sepuluh menit jika berjalan kaki. Walaupun agak kesusahan dengan gaun panjang yang dikenakannya, Rebecca akhirnya berhasil sampai dengan cepat di hotel.

Ceklek.

Rebecca membuka pintu kamar hotelnya, lalu seketika hatinya mencelos saat melihat pemandangan dihadapannya. Ingin sekali dia berlari, meninggalkan pemandangan yang membuat hatinya linu. Tapi tubuhnya kaku tak bisa digerakkan, kakinya seperti diikat oleh rantai baja tak kasat mata.

EccedentesiastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang