6-Keyakinan dan Praduga

5.5K 600 21
                                    




Hari pertama Rebecca tinggal di rumah Calvin, tak banyak yang dikerjakannya. Hanya membereskan barang-barang yang jumlahnya tak seberapa banyak. Selebihnya ia hanya berbaring di tempat tidur mengistirahatkan jiwa dan raganya yang teramat lelah beberapa minggu belakang. Ia berusaha memulihkan kondisi tubuh dan hatinya agar tak banyak pikiran yang nantinya akan mengganggu kesehatan janinnya. Ia bertekad pada dirinya mulai saat ini dan selanjutnya tak akan terganggu oleh apapun, ia akan hidup dalam dunia yang dirinya mau dengan hati yang terpagari dengan apik. Mungkin, jika dalam keadaan berbeda, Rebecca akan senang tinggal disini karena fasilitas yang lengkap serta pelayanan yang sangat baik. Tepat di depan pavilionnya tersaji indah kolam renang besar dengan taman-taman kecil di kedua sampingnya, serta terdapat ayunan kayu yang nyaman untuk dijadikan spot membaca. Dan juga pelayan-pelayan disini yang sangat baik, terutama bik Sur, bahkan pagi tadi dengan senyuman tersemat di wajahnya beliau mengantarkan sarapan ke kamarnya.

Tapi, ia merasa asing dengan itu semua, tak ada yang berkenan di hatinya. Karena ia tahu benar bahwa itu semua bukan miliknya, bukan haknya dan bukan untuknya.

---

Tok..Tok..Tok...

Suara ketukan pintu menyadarkan Rebecca dari keterdiamannya. Walaupun begitu matanya tak beralih sedikitpun kearah suara, masih terfokus pada layar empat puluh inchi dihadapannya. Menayangkan sebuah gumpalan hitam yang mulai terbentuk bakal telinga sebagai lipatan di kanan dan kiri kepala, serta mulai tampak calon tangan dan kaki walau belum sempurna, tengah berjuang untuk tumbuh dan berkembang mecapai kehidupan baru di dalam rahim dirinya. Seorang wanita jahat yang diamanahi Tuhan untuk menjaga malaikat kecil, pembawa kebahagian yang akan mewarnai hari-harinya kelak.

Tanpa sadar senyuman tipis terbit di wajahnya saat teringat kembali hari dimana foto hasil USG itu diambil. Waktu itu kandungannya masih berusia dua bulan, seumur dengan dirinya ditinggalkan dengan hina oleh pria itu. Saat-saat terberat untuk dirinya, tapi itu semua mulai terasa ringan dan menakjubkan saat melihat perkembangan janinnya yang membuatnya sedikit demi sedikit melupakan rasa sakit. Dan sampai suatu hari upayanya semua luluh lantah, menghancurkannya yang susah payah bangkit.

Tok..Tok..Tok..

Ketukan pintu kembali terdengar disertai sebuah suara yang Rebecca tahu suara siapa itu. "Neng!"

Dengan malas Rebecca turun dari tempat tidur, membukakan pintu. "Ada apa, bi?"

"Makan malam udah siap, Neng. mau bibi bawakan kesini?"

Rebecca melirik jam yang berada di atas nakas samping tempat tidur, ia tak sadar jika siang telah berlalu dan malam telah datang. Pantas ia tak akan tahu jika sang surya telah turun dari singgasananya karena sedari pagi gorden kamarnya tak dibuka, dibiarkan tertutup membuat ruangannya gelap gulita adapun terang karena cahaya itu berasal dari lampu kamarnya.

Lama ia menjawab, berpikir apakah ia sudi satu meja makan dengan orang-orang itu. "Nanti saya kesana, bi" Hanya itu yang keluar dari mulutnya dan tanpa menunggu jawaban bi Sur, Rebecca menutup pintunya kembali.

Detak jarum jam menunjukan pukul 20.30, dan Rebecca belum makan malam sampai saat ini. Setelah bi Sur pergi tadi, bukannya segera bergegas ke kamar mandi untuk membesihkan diri, ia malah kembali naik ke tempat tidur membalut tubuhnya dengan selimut tebal, hanya berdiam diri memandangi langit-langit kamarnya yang berwarna putih bersih dengan pikiran yang entah kemana.

Pukul 21.30 Rebecca baru keluar kamar, ia harus melewati kolam renang dan ruang keluarga untuk sampai di ruang makan. Keadaan rumah sepi seperti tak ada penghuni lain yang tinggal di rumah itu selain dirinya. Saat tiba di ruang makan, ia tak menyangka jika akan bertemu dengan mereka, ia berpikir akan makan sendirian karena untuk jam makan malam, ini sudah terlambat. Dengan santai, Rebecca menghampiri meja makan, tak peduli dengan tatapan mereka yang beralih padanya saat ia menampakkan diri.

EccedentesiastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang