3 tahun kemudian.
"Selamat Rey. Gue berbahagia untuk pernikahan lo." Kanna memeluk dari samping tubuh Reynold dengan hangat. Senyuman tak pernah luntur dari wajahnya sejak subuh tadi, ia menjadi salah satu orang paling bersemangat untuk pernikahan yang akan digelar setengah jam lagi.
"Jangan peluk-peluk takut gue sama suami posesif lo." Kanna tak segan-segan mencubit tangan Reynold dengan keras hingga sukses membuat pria itu mengaduh kesakitan.
"Gila sakit banget Ann! Lo udah nikah tetep aja galak. Kasian gue sama suami Lo." Reynold mengusap-usap tangannya yang memerah.
Kanna beralih kehadapan Reynold, tangannya dengan lincah dan tanpa sungkan merapihkan jas yang dikenakan pria itu. "Gue seneng banget lo akhirnya nikah. Gue tahu gimana usaha lo meluluhkan hatinya selama ini."
"Butuh waktu tidak sebentar untuk membuatnya menjadi milik gue." Pria berusia 36 tahun itu tersenyum lebar membuat hati Kanna menghangat ikut bahagia.
"Apakah gue ganggu?" Seorang wanita dengan setelan kebaya berwarna putih tulang masuk dengan senyum tak kalah lebar dari dua orang diruangan tersebut.
"Gue berasa jadi pengantin lagi gara-gara warna kebaya ini."
"Nggak tahu nih masa baju bridesmaid warna putih. Aneh banget selera cewe lo." Reynold langsung menoyor kepala Kanna tak terima pilihan calon istrinya dikatai.
"Jangan pernah ngatain cewe gue!"
"Waw bucin parah nih!" Kanna masih gencar meledek Reynold, hal tersebut ia lakukan untuk sedikit meredakan kegugupan pria itu karena terlihat jelas sekali.
"Jangan gugup Rey. Semuanya akan lancar." Tatapan Reynold beralih pada wanita berusia sama dengan dirinya yang terlihat semakin cantik di usia dewasanya.
"Mana Olyn Re?"
"Olyn ada di kamar calon istri kamu. Excited banget dia ngeliat Almira lagi di make up in. Sampai bela-belain bangun subuh buat lihat Tante Almira jadi kaya princess." Reynold tertawa mendengar cerita Rebecca tentang kelakuan ponakannya.
"Itu anak tiap ada orang nikahan pasti selalu paling excited." Timpal Kanna. Dulu saat pernikahan dirinya dan Kandara, Olyn menjadi orang paling excited.
Rebecca menepuk jidat melupakan tujuan awalnya datang kemari. "Ann suami lo nyari tuh dari tadi. Lupa gue."
"Sana pergi minta jatah kali tuh suami lo."
Aww. Kali ini bukan Kanna yang mencubitnya melainkan Rebecca. "Mulut kamu perlu aku tabok ya Rey." Reynold hanya nyegir tak berdosa.
"Gue pergi dulu ya." Kanna berpamitan meninggalkan Reynold dan Rebecca berdua.
"Jangan ngelamun aku nggak mau kamu kesurupan di hari pernikahanku." Reynold merangkul tubuh Rebecca dengan sayang. Ia amat menyayangi wanita kuat tersebut, bukan lagi rasa sayang menggebu-gebu ingin memiliki seperti dulu. Hanya perasaan sayang layaknya saudara.
"Aku senang banget akhirnya kamu nikah Rey."
"Aku nggak mungkin nunggu kamu buka hati sampe kakek-kakek Re." Reynold melepaskan rangkulannya, berbalik arah menghadap kaca sekali lagi meneliti penampilannya.
"Rey." Rebecca tau dirinya selalu menutup mata akan perasaan Reynold pada dirinya dulu.
"Jangan melihatku seperti itu! Aku bahagia sekarang. Jika kamu menerimaku dulu, aku tidak akan bertemu dengan Almira. Dan kamu pun harus segera menemukan orang yang tepat yang akan menemani sampe kamu tua Re." Reynold mengusap kepala Rebecca.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eccedentesiast
RomanceItu sebutanku untuk diriku sendiri "eccedentesiast" dimana seseorang menyembunyikan kesakitannya dibalik senyuman. -Rebecca Tanur Deacon- Dulu ia adalah orang yang jahat, hatinya dipenuhi dendam yang tak berkesudahan. Tapi seiring berjalannya waktu...