6. Kenalan

5.8K 500 92
                                    

• For The First Time, The Script🎶

###

ENJOY!

SATU kata yang pantas untuk menggambarkan keadaannya saat itu adalah lelah. Namun, niatnya untuk berguling di atas kasur seakan sirna begitu saja saat ia memasuki rumah dan melihat seorang laki-laki paruh baya duduk di salah satu sofa dengan tangan yang berada di depan dada--menatap tepat ke arah bola matanya dengan intens.

"Dari mana saja kamu? Saya lagi-lagi dapat kabar dari sekolah katanya kamu bolos lagi."

Laki-laki itu mengembuskan nafas pelan. Tanpa buka mulut, dia melepas jas hitam yang memiliki lambang SMA Nusantara di bagian kiri, dan melonggarkan ikatan dasi di lehernya.

"Dimana sikap sopan santun kamu, Dean?"

Bukannya takut, Dean malah menoleh ke arah Andi dengan tatapan tajam. "Saya bukan anak kecil lagi yang harus dipantau terus sama Papa." balas Dean, dingin.

Kening Andi berkerut. Dia memang sudah biasa dengan sifat Dean yang kerap membuat emosinya terpacu. Meski begitu, Dean adalah harta satu-satunya yang ia miliki. "Kalo kamu memang nggak mau berubah, mendingan kamu berhenti sekolah aja!" balas laki-laki itu keras. "Biar saya nggak perlu susah-susah untuk menyekolahkan kamu."

Ucapan Andi kontan membuat tangan Dean terkepal. Amarah laki-laki itu kini bercampur menjadi satu dengan rasa kesalnya terhadap sang ayah. "Oke kalo itu mau Papa. Dengan senang hati saya terima."

Andi mengembuskan nafasnya perlahan. Dadanya naik turun seiring dengan emosinya yang naik ke ubun-ubun saat melihat punggung Dean yang menjauh meninggalkannya. "Anak nggak tau di untung!"

Bagi Dean, ayahnya tidak bisa mengerti apa-apa tentangnya. Semua dengan cepat berubah semenjak Marta, ibunya memutuskan untuk meninggalkan rumah dengan alasan bosan dengan perlakuan Andi yang semena-mena. Sifat Dean akhirnya berubah, seiring dengan banyaknya aturan yang Andi terapkan di dalam rumah.

Dean membanting pintu kamarnya dengan kesal. Hampir setiap hari dia harus berhadapan dengan Andi seperti ini. Berkelahi, dan ujung-ujungnya Dean harus lari ke kamar karena enggan dan jenuh mendengar semua omelan Andi.

Selang beberapa detik, mata Dean menangkap sebuah undangan bersampulkan plastik berada di atas nakas. Mata Dean menyipit sewaktu mengetahui kalau itu undangan pernikahan yang sudah dihiasi sedemikian rupa. Dan selesai membaca isi undangan itu, rahang laki-laki seakan mengeras dan kedua matanya membulat sempurna.

Ada hal lain lagi yang menarik perhatian Dean. Sebuah tulisan di belakang undangan yang ditulis oleh seseorang yang sangat familier dengannya.

Halo Dean. Gimana kabar kamu? Kalau ada waktu sempetin datang, ya. Mama kangen sama kamu.

Kemudian, undangan itu terlempar secara kencang ke arah jendela.

****

"Adena! Ke kantin, yuk!"

Suara Mika yang menggelegar kontan membuka mata Adena. Adena memang masih mengantuk, mengingat semalam dia begadang sampai jam dua hanya untuk menyelesaikan tugas Bahasa Indonesia. Awalnya Adena akan menolak ajakan Mika. Namun, saat melihat bola mata Mika yang berbinar penuh harap, Adena pun terpaksa menyetujuinya.

Lost And FoundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang