10. Marah?

4.5K 391 30
                                    

• Too Good, Jasmine Thompson

###

ENJOY!

RESTORAN dekat rumah Adena adalah satu-satu pilihan mereka. Dari tadi, Raffa terus menggumamkan kata lapar sehingga membuat diri mereka sampai disini. Sebenarnya, tidak terlalu dekat. Jaraknya masih bisa tergolong jauh, hanya saja, mereka menghabiskan waktu untuk mengobrol bersama sehingga tak terasa mereka sudah sampai di restoran katanya punya resep khusus.

"Na, lo deluan dulu. Gue mau ke ATM dulu."

Adena pun mengangguk dan langsung menuju pintu masuk restoran sedangkan Raffa berjalan ke minimarket di depan, berhubung ATM-nya dalam minimarket.

Setelah beberapa menit menunggu, cowok itu akhirnya datang. Adena melambai sehingga Raffa dapat melihat dimana tempat Adena duduk. Tapi, dahi Adena berkerut saat melihat Raffa bukannya terus, malah berhenti di samping sebuah meja yang di tempati seorang cewek dengan rambut ikal.

"Raffa! Kita ketemu disini lagi!" suara gadis itu yang keras membuat Adena dapat mendengar percakapan mereka.

Tatapan Raffa berubah menjadi sarkas. Dia menepis tangan Kirana yang ada di tangannya kemudian buang muka dengan menatap Adena, membuat perempuan itu otomatis ikut menatap objek yang sama. Saat Raffa mengambil langkah untuk menuju ke meja Adena, tiba-tiba Kirana juga ikut bangkit dan mengekori Raffa dari belakang.

"Hai," Raffa menoleh ke belakang, dan seketika itu terkejut saat melihat Kirana sudah berdiri di belakangnya dan sementara menyapa Adena.

"Oh, hai," balas Adena kaku. Dia melempar tatapannya ke arah Raffa yang seakan memberi isyarat siapa dia? "Duduk dulu...?"

"Kirana," balas Kirana saat Adena tak tahu harus memanggil Kirana dengan sebutan apa. Gadis itu pun mengambil tempat di samping Raffa kemudian menimpal, "gue temennya Raffa. Iya kan, Raf?"

Raffa tidak menanggapi. Hal itu kontan membuat Adena agak heran. Terlebih saat mendapati perubahan ekspresi Raffa saat itu.

"Oh, gitu." balas Adena, tersenyum.

"Lo temennya Raffa juga?"

Kontan, Adena terbelalak. Dia menatap Raffa yang juga nampak heran dengan pertanyaan Adena. Jujur, Adena masih tidak enak untuk bilang kalau dia dan Raffa pacaran meskipun hal itu sudah berlangsung beberapa hari. Jadi ia putuskan untuk melempari pertanyaan itu pada Raffa dengan memberi kode pada cowok itu.

"Dia pacar gue." Suara Raffa menyahut, membuat Adena mengembuskan napas lega karena tidak perlu berbohong atau bahkan tidak perlu merasa canggung.

Mendengar itu, Kirana hanya bisa membuka mulutnya--terngaga--seperti orang yang baru saja mendapat kabar buruk, lalu tersenyum kecut. "Oh. Jadi kalian pacaran."

Adena mengangguk samar. Tidak mau menimpali apa-apa karena sibuk menerawang ekspresi terkejut yang refleks muncul di raut wajah perempuan itu.

"Kalo gue boleh tau, sejak kapan?"

Pertanyaan itu kontan membuat Adena dan Raffa menoleh ke asal suara serempak. "Gue harus balik sekarang," balas Raffa lalu bangkit, menarik tangan Adena, membuat Adena tidak bisa melakukan hal apa-apa selain pasrah.

Lagipula, Adena tidak mau membahas pertanyaan Kirana itu.

****

Adena tidak tahu. Saat pertemuan singkat itu dengan Kirana, sifat Raffa langsung berubah seratus delapan puluh derajat. Raffa yang duduk di sampingnya kini hanya bisa diam di sepanjang perjalanan, sehingga mengunggah rasa keingintahuan Adena tentang perempuan tadi. "Ada yang salah ya, Raf?"

Lost And FoundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang