27. Mimpi Buruk

3.6K 274 15
                                    

Kesedihanku, Sammy Simorangkir🎤

•••

"Aku tetap saja bertanya pada bulan, pertanyaan yang hampir setiap hari aku lontarkan pada mereka; apakah malam ini kita akan bertemu?"

###

Angin malam berhembus kencang saat Adena ditemani dengan satu cokelat panas di balkon kamarnya. Pemandangan di atas sana terlihat begitu ramai, berjuta bintang bertebaran ditemani dengan sinar sang rembulan yang tak pernah redup.

Momen itu membuat Adena melempar dirinya kembali ke masa-masa dimana dia dan Raffa masih terikat.

Suara pintu yang terbuka sontak membuat Adena menoleh sekilas, melupakan kenangan tentang dia dan Raffa.

"Kamu belum tidur, Na?"

Adena menggeleng lalu menyesap cokelat panasnya. "Kenapa, Ma?"

Erna tersenyum lalu menyodorkan sebuah amplop putih ke hadapan Adena dan langsung dibaca oleh gadis itu.

"Kak Manda balik ke Jakarta?" Tanya Adena dengan dahi berkerut.

"Lebih tepatnya, dia bakalan habisin waktu liburannya di Jakarta." Balas Erna, antusias. "Oh, iya, dia juga tadi telepon Mama, katanya kamu kalo udah lulus kuliah sama dia di Australia."

Begitu ucapan Erna selesai, mata Adena langsung terarah ke arahnya. "Aussie?" Tanyanya dengan ragu.

Erna mengangguk dengan cepat. Dari mimik wajahnya saat itu, dapat terlihat kalau Erna sangat mengharapkan agar putrinya itu pergi menyusul dengan kakaknya di Australia. "Gimana?"

Adena menoleh saat sempat menatap kertas itu dengan nanar. "Nanti aku pikir-pikir dulu, deh, Ma. Toh aku kan masih belum lulus SMA."

Sesudah itu, Erna langsung saja mengusap puncak kepala Adena sambil tersenyum hangat. "Yaudah. Kalo gitu kamu masuk aja, istirahat. Jangan begadang."

Gadis itu tersenyum, sekilas mengangguk diikuti dengan Erna yang langsung beranjak dari kamarnya. Meski begitu, tawaran Erna tadi terus saja terngiang di otak Adena. Sekolah di luar negeri? Siapa yang tidak tertarik dengan hal itu? Namun, ada satu pertanyaan yang tak kalah penting dengan pertanyaan itu. Lalu, bagaimana hubungannya dengan Raffa?

****

"Ssstt!"

Adena seketika menoleh dan mendapati sosok Julian dan Orion yang sedang nyengir ke arahnya. "Ada apa, Kak?"

"Elah santai aja. Lagian tumben manggilnya pake kak-kak segala." balas Julian sedikit bergurau.

Adena hanya bisa tertawa sekilas lalu melarikan tangannya pada tas yang ada pada bahunya.

"Lo sebentar ada acara nggak?"

Adena sekilas berpikir apakah dia sebentar malam ada acara atau tidak. Pada akhirnya, gadis itupun dengan cepat menggeleng. "Kenapa emang?"

Seulas senyum mengembang di bibir Julian. "Iyak! Bagus. Kalo gitu, bisa dong kita ajak lo jalan bentar malem?"

Ekpresi bingung tak luput dari wajah gadis itu saat itu. "Jalan?"

"Iya. Yaudah, lo nggak usah banyak nanya. Cukup diem dan tunggu kabar dari gue entar malem. Oke?"

Sebelum Adena menuntaskan benang kusut di dalam otaknya, Orion dan Julian lantas saja meninggalkannya secepat kilat tanpa berpamitan atau sebagainya.

Menimbulkan tanda tanya besar di benaknya; kemana mereka akan mengajaknya?

****

Lost And FoundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang