• Rise, Katy Perry.
###
ENJOY!
BAGI Raffa, sekolah itu sangat membosankan. Oleh karena itu, dia memutuskan untuk keluar dari kelas dan berjalan mencari ketenangan di suatu tempat dimana tak akan ada orang yang akan menemuinya. Raffa melewati koridor dengan tenang meskipun dia tahu kalau ada beberapa pasang mata yang meliriknya. Dia juga sempat menerima sahutan berupa 'hai Kak Raffa' dari siswi kelas sepuluh yang berpapasan dengannya.
Langkah laki-laki itu akhirnya membawanya semakin ke sudut sekolah. Namun, saat sudah mendekati taman belakang, Raffa tak sengaja melihat Vano dan ketiga temannya yang sedang berbicara dengan seorang siswa yang Raffa yakini itu adalah adik kelas.
"Bocah kayak lo memang harus di kasi pelajaran!" kata Vano, tajam. Detik berikutnya, Vano langsung melayangkan tinjunya pada pipi laki-laki itu. "Lo pikir lo lagi berurusan sama siapa sekarang? Gara-gara lo, kita jadi harus dihukum sama BK karena ketauan ngerokok!"
Kening Raffa sontak mengerut. Dia melihat tampang siswa itu yang seakan ketakutan dan tidak mampu melawan. Sebelum Vano melayangkan pukulannya lagi, Raffa memutuskan untuk cepat-cepat mencegahnya. "Woi!" teriak Raffa dingin. "Jadi sekarang lo mau jadi sok jadi penguasa disini?"
Vano kontan mengalihkan tatapannya serta menurunkan kepalan tangannya. Tawa meremehkan lagi-lagi meluncur dari bibir Vano. "Gue heran sama lo, Raffa. Lo pikir lo siapa terus seenaknya datang kesini dan sok jadi jagoan?" balas Vano dengan menantang dan sengaja menekankan kata sok. "Lo itu juga musti sadar, kalo lo itu masih adik kelas gue disini!"
"Brengsek!" balas Raffa tajam. Tak hitung tiga, dia langsung mendaratkan pukulannya ke wajah Vano, membuat pipi laki-laki itu terlempar ke samping. "Lo pikir, dengan status lo yang senior sekarang ini bisa bikin lo seenaknya jadi penguasa? Cih, enggak ada yang bakal hormat sama senior kayak lo!"
Vano membesarkan matanya. Kedua alis Vano menyatu dan menatap Raffa dengan sorot marah dari matanya. "Gue, nggak suka kalo lo selalu ikut campur sama masalah gue, Raffael Pratama." balas Vano penuh dengan penekanan pada setiap katanya.
"Hei! Apa yang kalian lakukan disitu, hah?" Baru saja ia ingin menghajar Vano lagi, suara seseorang langsung menyela pembicaraan mereka dengan teriakan. Pak Zul mendekati mereka dan mencoba untuk menghentikan aksi pukul-memukul selanjutnya. "Kalian berantem lagi? Raffael, kamu lagi?" tatapan Pak Zul berhenti tepat di depan Raffa.
Sementara proses interogasi Pak Zul berlangsung, Viko--siswa yang tadi dipukul oleh Vano karena berani melapor ke BK kalau Vano dan teman-temannya merokok di area sekolah--langsung melarikan diri. Dia takut terlibat dengan Pak Zul.
"Mau jadi apa kalian kalau berantem terus?" suara Pak Zul masih tetap terdengar di telinga Raffa. Guru yang satu itu memang selalu tanggap dengan masalah siswanya yang bersangkutan dengan perkelahian. Guru bidang kesiswaan seperti Pak Zul, memang selalu mendapat Raffa dan Vano yang hampir selalu berkelahi. "Sudah, kalian balik ke kelas kalian sekarang! Awas kalo saya sampe liat kalian berantem lagi!"
Raffa mengembuskan nafasnya. Kemarahannya pada Vano memang belum surut, tapi dia tetap mengikuti perintah Pak Zul tanpa harus memperpanjang masalah.
****
"Mikirin Raffa, ya?"
Ingin sekali rasanya Adena menjitak kepala Mika siang itu. Dari tadi, gadis itu terus-terusan menatapnya dengan sorot jahil dan tak pernah berhenti untuk menggodanya. "Mika! Berenti nggak, sih?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost And Found
Teen FictionBukan keinginan Adena untuk seperti ini; diam dan tidak bisa berbuat apa-apa untuk mempertahankan hubungannya dengan Raffa. Semuanya yang ada di masa depannya masih terlihat abu-abu. Tidak pasti, sama halnya dengan hubungannya, yang terlihat semakin...