17. Kenyataan

3.8K 288 39
                                    

• Hide Away, Daya 🎶

###

ENJOY!

Mika menatap sahabatnya yang tengah sibuk menyalin tugas Krista, lalu mendengus. Ia pun menutup buku gadis itu, membuat pandangan maut Adena tertoleh padanya. "Gue tau tugas fisika lo udah selesai, tapi tolong jangan ganggu gue, Mika ..."

Gadis itu mengedikkan bahu acuh lalu mengambil buku Adena, membuat gadis itu melotot tak terima pada Mika. "Salin tugasnya nanti aja, Na. Buat sekarang, gue mau lo cerita soal makan malam lo sama Raffa."

Adena mengembuskan napas perlahan. Kalau sudah begini, ia tidak punya pilihan lagi. Ia pun menyerah, memilih untuk menurut pada Mika. Toh, semakin cepat dia cerita, semakin cepat pula bukunya kembali padanya. "Yah ... begitulah."

"Itu doang?" Mika melotot.

Gadis itu menghela napas, lantas berkata, "Dia nyium gue, Mik."

"The fuck?" Mika kian melotot. Ekspresi gadis itu memang berlebihan, membuat Adena mati-matian memberi kode pada Mika untuk tidak histeris. "Seriously? First kiss?" bisik Mika.

Adena mengangguk pada akhirnya. "Gue ... ah, entahlah."

"Bagus, dong?"

"Bagus apanya?!"

Mika mendengus, lantas mengubah posisi duduknya agar bisa lebih nyaman mengobrol dengan Adena yang duduk di sampingnya. "Nih ya, gue kasi tau. Menurut penelitian, ciuman pertama itu bisa menjamin hubungan seseorang bakalan berjalan dengan mulus. Itu bahkan yang bakalan nentuin lo jodohnya sama siapa."

"Dih? Apaan? Gue nggak percaya kali sama bebegituan," balas Adena, terkesan acuh. Memang sih, dia tidak percaya. Lagipula, kalau ciuman pertama itu bisa pertanda seseorang itu jodoh dengan kita atau tidak, apa kabar dengan para pecinta free sex diluar sana yang gemar gonta-ganti pacar hanya untuk saling bertukar air liur? Terdengar menjijikkan, tapi Mika juga harus memikirkan itu sebelum ia mengatakan kalau ciuman pertama itu bisa menjamin suatu hubungan.

"Yah! Dibilangin nggak percaya!" Seru Mika dongkol. "Lagian lo mau kan, hubungan lo sama Raffa langgeng dan baik-baik aja?" Adena pun mengangguk untuk mengiyakan. "Makanya! Minimal, ciuman pertama lo sama dia harus berhasil."

Adena diam, tampak berpikir. Walau begitu, ia tetap menentang opini Mika tentang firts kiss. Lagipula, kenapa jadi bahas ini, sih? "Ah, udahlah, Mik. Kita liat aja nanti. Lagian, gue hari ini hampir gila karena tugas fisika. Jadi mendingan lo balikkin buku gue."

Mika sempat mendumel tak jelas. Sebelum ia memberikan buku itu pada sang pemilik, ia sempat menatap Adena dengan tatapan menantang, selagi berkata, "Yaudah. Kita liat aja nanti."

****

Dean menatap ke balik jendela yang menampakkan petang kelabu. Lalu, ia beralih menatap coffee mix-nya yang tersedia daritadi di atas meja tanpa minat. Selalu saja, ketika melihat petang, Dean jadi teringat akan sosok Ibunya. Sejujurnya, Dean ... rindu dengan sosok itu. Rindu dalam artian ingin sekali bertemu, andai bisa.

"Kopinya diminum kali, Yan, bukan cuma diliatin kayak gitu." Suara khas seorang perempuan membuat kedua mata Dean tertoleh padanya. Ia bahkan hampir lupa kalau disini dia tidak sendirian. Melainkan, ada sosok Kirana yang duduk di hadapannya.

Seolah menurut, Dean pun menyesap kopinya yang sudah tidak terlalu panas.

"Omong-omong, gimana sama pendaftaran buat kuliah lo?" tanya Kirana, membuat Dean tiba-tiba menoleh di sela-sela menyesap kopinya.

Lost And FoundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang