23. Jauh

3.4K 258 17
                                    

• Selamanya Kucinta, Mike Mohede🎶

###

"Aku bukannya mau menjauh dari kamu. Hanya saja, aku mencoba untuk sadar, dan tentu saja membatasi diri."

•••

HARI ini merupakan hari terburuk bagi Adena. Dengan wajah suntuk serta mata yang sembab, Adena harus menerima serangan dari berbagai jenis manusia yang menanyakan satu topik obrolan yang sama. Mereka terus saja bertanya sebenarnya apa yang terjadi antara dia dan Raffa. Adena tidak tahu dari mana mereka bisa tahu, tapi yang pasti, Adena tidak mau membahas masalah Raffa lagi hari ini.

Sehari saja. Sehari saja ia tidak mendengar nama cowok itu, dia sudah sedikit senang.

Pintu kelas terbuka tepat saat Adena masih sementara mendumel dalam hati. Gadis itu lalu mendongak, mendapati sosok yang harus dihindarinya, berdiri di depan sana dengan balutan seragam Antariksa.

Adena semakin mendengus kala melihat kalau Raffa mulai mengambil beberapa langkah mendekat ke mejanya. Sedangkan teman-temannya, mereka semua terus saja memandangi hal tersebut.

"Adena,"

Bukannya menjawab, Adena malah membanting buku cetak Fisiknya di atas meja, tepat di depan Raffa, dengan wajah yang ditekuk sedemikian rupa. Aksi Adena itu pun menarik perhatian banyak orang. Bahkan, Raffa sempat melebarkan matanya saat melihat respon Adena yang sekasar itu.

Adena pun berniat untuk meninggalkan kelas, tapi tangan Raffa dengan cepat menahan lengan Adena, membuat jarak mereka semakin tipis. "Gue tau lo marah, tapi gue cuma--"

"Jangan pernah sentuh gue," sela Adena sinis, sambil menepis tangan Raffa. Lalu Adena pun meneruskan jalannya, menyisahkan sebuah tanda tanya besar bagi siapa saja yang menyaksikan hal tersebut.

Bahkan, Raffa? Cowok itu hanya bisa mematung. Dia tidak mengejar Adena lagi. No more.

****

Siang itu matahari bersinar dengan sangat terik. Adena melangkah menuju gerbang depan dengan menggunakan kardigannya. Wajahnya masih saja memelas. Mengingat moodnya masih buruk.

Gadis itu lagi-lagi harus membuang mukanya saat matanya menangkap Raffa yang sudah berdiri beberapa langkah darinya. Pun dia berniat untuk menjauh, tapi cowok itu terus saja mengikutinya.

"Gue anterin pulang, ya," ujar Raffa dengan santai, seakan tanpa dosa sembari mencegat tangan Adena.

Adena memutar bola matanya jenuh. "Lepasin, Raf," balas Adena lalu mencoba untuk menepis tangan Raffa dengan sisa tenaga yang ia miliki.

"Enggak sampe lo mau maafin gue," balasnya, dia pun mengeratkan pegangannya.

Adena membuang napas kasar-kasar. Satu tangan gadis itu lalu meraih ponsel dari dalam saku rok kirinya lalu berniat untuk melakukan panggilan dengan seseorang.

Raffa yang melihat itu hanya bisa menatap layar ponsel Adena dengan berkerut. Hingga akhirnya, mata Raffa langsung melotot saat melihat nama Dean tertera di layar ponsel Adena. Tanpa bisa ditahan, Raffa lalu langsung meraih ponsel Adena dengan kasar dan langsung mematikan benda itu sebelum Dean menerima panggilnya.

"Kamu itu apa-apaan, sih, Raf!?" tukas Adena kesal.

"Lo itu yang kenapa! Kenapa harus hubungin Dean segala, sih, kalo masih ada gue disini?" balas Raffa tak kalah emosi. Dua-duanya saling emosi. "Gue kan bisa anterin lo pulang, nggak perlu dia."

Lost And FoundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang