• Into You, Ariana Grande🎶
###
ENJOY!
"You gave me panic attacks,
and i called it love."
—unknown
KEADAAN kantin siang itu sangatlah ramai. Semua kursi bahkan penuh dengan kelompok-kelompok kecil yang menciptakan kegaduhan disana. Kantin SMA Antariksa memang sangat luas, dengan beberapa fasilitas yang kerap membuat anak-anak nyaman dan memilih untuk makan di kantin ketimbang di kelas.
Seperti saat itu, Raffa, Julian, Gista dan Orion memilih untuk mengambil tempat di tengah kantin untuk menghabiskan waktu. Jangan salah, Raffa juga dekat dengan anak kelas dua belas. Awal mula dia berteman dengan mereka yaitu saat Tito—mantan kapten basket Antariksa menantang Raffa untuk bermain. 1 lawan 6 dan yang menang adalah Raffa. Makanya tak heran jika mulai saat itu mereka memilih untuk bergaul dengan Raffa.
"Woi!" Julian tiba-tiba berteriak, memanggil salah seorang laki-laki yang berjalan melewatinya. "Beliin gue makanan dong."
Yang dilakukan laki-laki itu hanya membuka telapak tangannya di depan Julian. Eto—salah satu anak kelas sepuluh yang begitu mencintai buku dan sangat tertutup untuk bergaul memang sudah menjadi tukang suruh Julian semenjak beberapa hari yang lalu. Eto sendiri tak bisa menolak mengingat kalau dia sedang berhadapan dengan kakak kelas.
"Raf, lo mau?" tanya Julian pada Raffa, sementara Raffa menoleh sekilas ke arah Julian dan menggeleng. "Oke. Gue yang biasa, ya. Jangan lama!" suruh Julian lagi sambil menepuk pundak Eto.
"Ta, tugas itu dikerjakan di rumah, bukan sekolah." Ujar Julian pada Gista yang sementara sibuk menyalin tugas Matematika yang akan dikumpul saat masuk istirahat.
"Ck! Jangan ganggu bisa nggak anjing!" balas Gista tajam. Masalahnya, dari tadi Julian terus-terusan menyenggol tangannya—sengaja supaya Gista salah.
"Mulut kamu itu loh, Mas," balas Julian setelah cekikikan tak jelas. "Eh ada kamu, mau gabung, ya?" ujar Julian tiba-tiba, dan langsung membuat Gista dan Orion menoleh serempak.
Seorang gadis berkuncir kuda itu hanya bisa menggigit bibirnya. Rona merah muncul begitu saja saat mendengar rayuan maut dari Julian. "Itu, Kak, saya—"
"Mau bawa makanan buat kita, ya? Wah enggak usah, deh," sela Orion begitu gadis itu belum menyelesaikan ucapannya. Orion lalu mematikan rokoknya dan menaruh bekasnya di atas meja. "Tapi kalo emang iya, lo baik banget."
Rania sekilas meneguk ludahnya. Dia mengeluarkan senyum canggung yang bercampur dengan keterpaksaan. Rania sekilas melirik ke arah Raffa yang masih asik berbicara dengan seorang laki-laki di sampingnya, membuat Rania terus mencari akal untuk memanggil namanya tanpa diabaikan.
Namun, lirikan Rania ternyata langsung dipahami oleh Gista. Karena di detik selanjutnya, laki-laki itu berdeham singkat dan berkata. "Gue tau. Lo pasti cari Raffa, kan?"
Raffa menghentikan tawanya tadi yang dia bagikan dengan Tito dan langsung menoleh ke arah Rania dengan datar. "Apaan?"
Rania sekali lagi menelan salivanya. Senyum lebar merekah di bibirnya begitu ia menyodorkan sebuah kotak makan ke arah Raffa. "Buat kemarin," ujar Rania begitu polos.
"Wah! Dedeknya baik banget. Lo pasti fansnya Raffa, kan? Iya, kan?" tukas Julian tiba-tiba. Cowok itu mengedipkan sebelah matanya membuat Rania bergidik geli.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost And Found
Teen FictionBukan keinginan Adena untuk seperti ini; diam dan tidak bisa berbuat apa-apa untuk mempertahankan hubungannya dengan Raffa. Semuanya yang ada di masa depannya masih terlihat abu-abu. Tidak pasti, sama halnya dengan hubungannya, yang terlihat semakin...