11. Mencintai Dalam Diam

3.2K 152 3
                                    

Mulmed : zaza

Sakit.

1 kata yang menggambarkan perasaan Zaza saat ini. Sudah 5 pack tisu ia habiskan dan kamar rahasianya seperti kapal pecah. Entah kapan ia sudah larut dalam cinta kepada Varo. Perlakuan manis yang Varo lakuiin selama ini ternyata cuma sebagai pelampiasaan. Zaza tidak bodoh untuk menyadari semua itu.

Kemaren saat sampai dirumah, Zaza dikagetkan akan adanya Naufal dirumah. Tentu Zaza sangat kaget. Naufal menceritakan jika ia membolehkan Rani bertemu bahkan menjalin hubungan dengan Varo atau lelaki manapun. Tetapi, Naufal hanya bertanggung jawab terhadap bayi dan biaya hidup Rani dan anak yang sedang dikandung. Betapa hancurnya hati Zaza mendengarnya.

Drrttt........

From : Ka Naufal

I know you've got broken heart, sist. But, let me in and give u chill, sist. I feel i cant protect you and fail being a brother for u. I'm sorry. Please let me in.

To : Ka Naufal

Masuk aja, aku di kamar rahasia. Udah aku buka.

Beberapa detik kemudian, kakaknya masuk dan terdiam sebentar melihat kondisi kamarnya. Apalagi ternyata melihat adiknya seorang pemabuk yang kuat. Bagaimana tidak, di meja ada 7 botol alkohol. Dan kondisi Zaza benar benar tidak baik.

"Ya Tuhan. Kemampuan minum kaka jauh banget dari kamu, Za. Kamu bener bener nurunin sifat mamah." Naufal menghampiri Zaza dan duduk di sofa sebelah Zaza. Yang ia lihat adalah pemandangan motor dan mobil yang berlalu di jalanan.

"Maafin, kaka, Za. Kaka gatau harus gimana lagi."

Zaza hanya terdiam. Menunggu kakaknya melanjutkan penjelasannya.

"Kakak gatau harus gimana lagi ngeliat Rani yang gapernah senyum. Kaka bingung harus gimana. Tapi, waktu sore 3 hari yang lalu, Rani nyeritaiin semua sama kakak. Dan alhasil kakak sama Rani bikin kesepakatan. Dan kakak sama sekali ga kepikiran tentang kamu. Kakak seharusnya nge-"

"Yang kakak lakuiin bener. Toh aku bukan siapa siapanya Varo. Lebih baik suka dalam diam, ka. Aku lebih milih jadi stalker ka. Aku juga ngeliat Varo sama ka Rani bahagia. Aku ga mau ngerusak hal itu." Potong Zaza dan memohok hati Naufal.

"Tapi Rani itu istri kaka, kamu berhak ngambil Varo ato mencoba deketin Varo. Kamu berhak"

"Varo cuma jadiin aku sebagai tempat curhat, ka. Aku cuma sebagai penolong dia. There's nothing hope for me. Dia lelaki pertama yang buat aku bertekuk lutut dan terlena dalam tangisan." Zaza bergumam pelan.

"Dengerin kakak, Za. Dengerin, kamu berhak buat suka atau cinta sama Varo tapi lebih baik lagi kamu juga ngedeketin Varo. Ambil hatinya." Zaza menoleh menatap Naufal. Matanya memancarkan kesedihan. Tatapannya kosong.

Zaza tersenyum simpul. "Kakak ngomong kaya gini ke aku tapi rumah tangga kakak? Kak Naufal sama sekali ga berusaha. Bukannya alangkah lebih baik kakak menaklukan hati ka Rani?"

Naufal menunduk. Ia bingung harus berkata apa.

"Kodratnya perempuan itu dikejar bukan mengejar. Perempuan berharap itu wajar tapi jika segala perlakuan manis hanya sebagai pelampiasaan akankah perempuan mau mengharapkannya lagi? Aku berharap, tapi aku tidak berharap ia balas mencintaiku."

Zaza bangun dari duduknya lalu mendekati Naufal lalu berbisik "Mencintai dalam diam lebih menyenangkan dan menyakitkan."

×××

Bullet Army (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang