13. The Coma

3.2K 172 0
                                    

Author pov.

Pandangannya kabur, badannya terhempas ke sebuah batu besar, kakinya tiba tiba tidak bisa digerakkan, dan pandangannya menggelap. Yang bisa ia rasakan hanya rasa sakit di sekujur tubuhnya.

×××

Seluruh keluarga Prappa menunggu didepan UGD. Yanuar, ayah zaza, sangat cemas. Naufal bersama Rani terduduk di kursi, Naufal sedang memikirkan adik bungsunya yang jatuh sakit sedangkan Rani memainkan ponselnya. Ia seperti tidak peduli. Ara sedang menenangkan suaminya, Lucky, agar tenang. Faiz sedang terduduk dan matanya berkaca kaca. Ia tak mau adiknya mengalami kejadian yang sama.

Dari kejauhan ada Varo bersama dengan Aldo. Varo hanya bisa melihat dari kejauhan bagaimana keluarga Prappa kini sedang dilanda kesedihan. Aldo tidak dapat berbuat apa apa. Memang ini semua salah Varo yang melupakan tanggung jawabnya sebagai bodyguard.

"Gue ga bertanggung jawab banget ya." Varo berkata seraya menundukkan kepalanya. Aldo hanya terdiam.

Dan tiba tiba saja ia merasakan hantaman di pipi kirinya. Dan ia mengangkat kepalanya melihat Lia yang berlinang air mata.

"Bangsat lo! Anjing! Bodyguard apaan ha!" Sumpah serapah keluar dari mulut gadis cantik itu. Dan untungnya Lia mengucapkannya pelan tapi sangat tajam.

Aldo langsung menahan Lia untuk tidak memukul Varo yang emosinya masih tidak stabil.

"Gue tau semuanya, anjing! Lo ga mikir perasaan Zaza pas lo berduaan sama kak Rani? Sakitnya Zaza pas dia kekunci di kamar mandi? Terus ngeliat lo pelukan? Curhat ke Zaza tentang Rani? Seenggaknya lo peka, Var. Lo harusnya tau kapan harus berhenti mencintai seseorang yang sudah milik orang lain. Bukannya berduan di villa, lo ciuman!" Lia berkata dengan air mata mengalir di pipinya. Aldo pun tidak bisa menahan kekasihnya.

"Gue tau gue salah." Bodohnya Varo melontarkan kata kata itu. Ya, dia adalah orang terbodoh.

Lia tertawa sinis. "Salah? Ha? Baru bisa bilang kalo lo salah? Situ harusnya ngomong ke ayahnya Zaza, kakak kakaknya dan bongkar semua aib lo! Lo tau ga, kak Rani lagi hamil. Dan gue harap lo ga ancurin keluarga itu."

Varo langsung kaget mendengar Rani hamil. Pantas ia merasakan perubahan. Dirinya benar benar hampir menjadi pengancur rumah tangga.

Lia mendekat kearah Varo dan memukul perutnya dengan keras lalu berbisik. "Lebih baik lo pergi."

Varo menahan perutnya yang begitu sakit. Ia merasakan darah membasahi bajunya. Lia yang melihat itu tidak mempedulikannya, biar Varo merasakan apa yang Zaza rasakan dan semua sakitnya. Lia tidak bisa memaafkan orang yang pernah membuat sahabatnya terluka.

Lia melepaskan cengkraman Aldo di lengannya dan menatap Aldo tajam. Aldo yang diperlakukan seperti itu hanya bisa menelan ludah. Aldo tidak pernah melihat kekasihnya semarah ini.

"Lo lebih baik tiduran di kamar. Nanti gue bakal jelasin ke nyokap lo." Ujar Aldo sambil memapah Varo ke kamarnya.

×××

Yanur hanya bisa berdoa. Bahkan ia tidak peduli perusahaannya bangkrut atau hancur. Anak perempuan satu satunya yang ia miliki sedang diambang kematian. Ia akan melakukan apapun agar anaknya itu bangun dan sehat kembali. Apa lagi yang dapat ia lakukan, selama ini Yanuar pergi ke luar negri dan tidak memerhatikan anaknya itu.

Bullet Army (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang