10 - Zadam

307 26 8
                                    

Melody Azzahra Prappa

Di kediaman Zaza, pagi yang cerah menyambut dirinya. Gorden kamarnya sudah lebih dahulu terbuka karna menggunakan sistem otomatis sehingga matahari dengan mudah menerobos wajahnya.

Fikirannya berkelana pada kemarin, saat Adam mengajaknya untuk makan malam. Sungguh malam yang tidak dapat dilupakan untuk Zaza. Senyumannya terus mengembang dikedua sudut bibirnya.

Drrttt.....

From : Amelia
Pagi dok, anda memiliki janji temu dengan dewan petinggi pada pukul 10.

Matanya memincingkan melihat jam yang berada di ponselnya, sudah menunjukkan pukul 08.30 pagi.

Dengan cekatan, Zaza melempar ponselnya ke sembarang arah. Ia langsung menuju toilet dan bergegas berpakaian dengan rapi.

Tak perlu waktu lama, Zaza sudah bersiap dengan celana panjang dan blouse biru, ia hanya menggunakan pelembab dan lipstik yang senada dengan bibirnya. Tak lupa ia menyemprotkan parfum pada bagian sensitif tubuhnya.

"Nona Zaza, seorang pria telah menunggu anda dibawah."

Alis Zaza berkerut, tanpa babibu Zaza bergegas turun dan seketika terkejut dengan apa yang dilihatnya.

Disana, terpampang jelas pria bernama Alvaro Arjuna Dewangga.

Dengan hanya celana jeans pendek, hoodie oversize, dan rambut hitamnya yang lebat. Bukanlah penampilan seorang Alvaro. Biasanya pria itu memilih jas atau sweater polo.

"What are you doing in here, Varo?" tanya Zaza dingin.

Varo menatapnya sendu, "i need someone to share my thought."

Dalam batin Zaza sangat jengah mendengar penurutan pria brengsek dihadapannya ini. Memangnya dirinya apa? Dokter spesialis kejiwaan?

"Lo bertemu orang yang salah. Gue bukan psikolog ataupun dokter yang nanganin jiwa iblis kaya lo." jawab Zaza yang membuat dada Varo meringis.

Sebelum Varo melanjutkan omongannya, Zaza sudah terlebih dahulu memotongnya, "karna gue baik, lo bisa stay dulu disini. Gue ada rapat."

➖➖➖

Alvaro Arjuna Dewangga

Pertemuannya dengan Zaza membuat dirinya merasa sangat bersalah. Namun, ia juga merasa bangga melihat Zaza yang sangat sukses di usianya yang masih belia. Dia bisa mengurus perusahaan, mengurus pasien, dan bahkan menjadi model.

Varo tau karna ia melihat beberapa gambar Zaza di majalah yang ibunya miliki.

Sudah lewat 5 jam setelah Zaza pergi dan sampai sekarang ia belum melihat kembalinya Zaza. Dirumah yang sangat teramat megah ini, ia merasa sepi karna tidak terlihat manusia.

Terdengar hentakan sepatu dari arah luar, Varo langsung menoleh dan melihat Zaza yang terlihat lelah. Keringet bercucuran di pelipisnya membuat Zaza terkesan lebih seksi.

"Maaf, tadi gue ada operasi mendadak." ucap Zaza sambil melepas coatnya.

Varo mengangguk kaku, menatap setiap pergerakan yang Zaza buat.

"Jadi kedatangan lo disini mau apa ya? Jauh-jauh dari Indo, there must be something important, right?" tebak Zaza memicingkan matanya tajam ke Varo.

Dan memang tebakan Zaza 100% benar, kedatangan Varo kesini karna segala perbuatannya dengan Rani telah diketahui oleh Naufal.

"Naufal tau semuanya." ucap Varo yang langsung dihadiahi tawaan oleh Rani.

"seriously, Var? Lo kesini cuma mau bilang hal bodoh kaya gitu?" tanya Zaza sinis, Varo menghelas nafasnya kasar. "Naufal minta cerai."

Mendengar ucapan Naufal, Zaza merasa sangat kaget namun ia segera menutupi kekagetannya. Pasalnya saat Naufal kesini, kakaknya itu tidak mengatakan apapun. Malah yang terjadi raut wajah kakaknya itu sangat tenang.

"Good for her, seengaknya kalian gaakan ketemuan diam-diam lagi." jawab Zaza.

Batinnya Varo hanya bisa menahan kesabarannya. Ia ingin mencak-mencak ke Zaza, namun sadar diri. Ia ingin bertemu dengan Zaza agar Zaza bisa mengubah keputusan Naufal.

Seketika Zaza menyadari apa maksud tujuan kedatangan Varo, "Sebentar, lo kesini biar gue bisa bujuk ka Naufal biar ga ceraiin ka Rani?"

Melihat Varo yang hanya terdiam, Rani tertawa miris. "Gila lo ya, Var. Sumpah lo orang tergila yang pernah gue tau."

"Maaf tapi usaha lo kesini percuma." ucap Zaza kesal.

"Tapi, Za, tolong. Gue gabisa liat Rani tersakiti kaya gini. Dia tertekan banget, Za. Cuma lo yang bisa gue andalin." pinta Varo dengan raut wajah yang benar-benar memelas.

"Apa? Tersakiti? Lo ga mikir perasaan Ka Naufal pas kalian berdua gajelas ngapain? Ga kesian liat anaknya pas tau ibunya main belakang?" tanya Zaza bertubi-tubi, "Gausah egois, Var. Raninya aja yang gada otak."

Mendengar perkataan Zaza membuat amarah Varo bergejolak, "Apa? Gada otak? Yang gada otak itu kakak lo, Za. Seenaknya aja hamilin anak orang."

"Iya kakak gue bersalah, seenggaknya dia bertanggungjawab, nikahin ka Rani, biayaiin, bahkan ga marah setelah tau kalian bahkan pesen kamar. Ka Naufal? Dia bahkan ga ngehubungin Ka Bella sama sekali. Dia ngejaga perasaan Ka Rani." balas Zaza.

Di tengah-tengah perdebatan panas antara Zaza dan Varo, terdengar suara yang membuat mereka berdua terdiam.

"Gaperlu minta bantuan adik saya, kamu bisa bicarakan ini dengan saya sendiri."

➖➖➖➖➖➖➖➖➖

Bullet Army (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang