Alvaro Arjuna Dewangga
"So tell me, Alvaro, apa yang ingin kamu katakan dengan adik saya?"
Varo terdiam menggertakkan giginya. Ia tidak bisa berfikir hingga pria di hadapannya ternyata berada di tempat adiknya itu. Seharusnya rencananya berjalan lancar.
Sejujurnya, Varo ingin menghabisi pria dihadapannya ini. Dia mengambil satu-satunya harapan yang Varo miliki.
"Bukankah keputusan saya sudah tepat? Adilkan untuk kamu?" tanya Naufal dengan tenang menatap Varo.
Memang benar keputusannya, namun Rani sangat syok mendengar kabar Naufal akan menceraikannya. Bahkan Rani mogok makan dan tidak mau berbicara kepada siapapun. Anaknya bahkan hanya dirawat dengan pengasuhnya.
"Alvaro, sungguh buang-buang waktu jika kamu hanya diam."
Naufal sangat sabar menanti pernyataan Varo. Naufal tau dirinya sudah melakukan kejahatan besar, sudah sepatutnya seperti ini.
"Jangan ceraikan Rani." ucap Varo mutlak.
"Kasih saya alasan mengapa saya tidak bisa menceraikan Rani." pinta Naufal.
Sesungguhnya Varo juga tidak mengerti jalan pikir Rani, selama bersama dirinya Rani sangat senang, bahkan pernah mengatakan jika ia tidak nyaman bersama Naufal. Namun, ketika Naufal mentalak Rani, Rani depresi ringan.
Apa perempuan memang seperti itu?
"Saya bukan penghalang lagi untuk kalian. Kalian bisa berkencan, membangun rumah tangga, dan bertemu tanpa perlu diam-diam dibelakang saya. Kenapa kamu ingin sekali sampai jauh kesini untuk memohon kepada Zaza?" tanya Naufal lagi.
Varo menatap Naufal tajam, "Rani depresi."
"Ya, saya tau."
"Dan kenapa lo masih kekeh dengan keputusan lo itu?" Varo mulai emosi mendengar jawaban Naufal.
Naufal tersenyum, "Saya tau dia depresi, saya tau dia menemui psikolog, saya tau dia meminum beberapa pil. Saya tau semuanya, Varo."
"Tapi, bukankah keputusan saya tepat? Saya membebaskan Rani untuk meraih kebahagiannya. Saya memberikan dia peluang untuk itu. Perihal anak, sudah jelas saya tetap akan bertanggung jawab, mau bagaimanapun dia tetap terlahir dari benih saya."
Naufal terdiam seraya meneguk teh dihadapannya, "Anggap saya bodoh karna telah menaruh hati pada Rani, mau bagaimanapun juga, saya tinggal serumah dengannya, menghabiskan hari-hari saya dengan Rani, rasa itu juga tumbuh."
"Dan bolehkan saya egois karna merasa sakit hati melihat kalian bersama? Lalu keputusan saya untuk mengtalak Rani adalah suatu kesalahan, Varo?"
Varo menggeretak, semua ucapan Naufal adalah fakta.
"So please tell me, saya hanya manusia biasa. Saya juga bisa merasakan sakit hati. Jadi, bukankan keputusan saya tepat?" ucap Naufal menggebu-gebu.
Tidak dapat dipungkiri Naufal menaruh hati pada gadis bernama Rani itu. Ya mungkin selain wajahnya yang mirip dengan mantan kekasihnya Bella, selain itu sifat Rani yang sangat cocok menjadi ibu rumah tangga.
"How dare you fell for her after you put your damn sperm to her?" seru Varo seraya menarik kerah baju Naufal.
Naufal mencoba menenangkan Varo yang termakan emosi. Ya lagi-lagi ia salah menaruh hatinya.
"Itu mengapa saya menceraikan Rani, Varo"
➖➖➖➖
Jakarta, Indonesia
Ketiga manusia kini sedang berhadapan, mencoba mencari solusi dari permasalahan ini. Namun tetap saja, sang empu masih tegas dengan pendiriannya hingga muncul satu alasan yang membuatnya mengubah keputusannya ith.
"Beri saya satu alasan yang jelas." titah Naufal pada pasangan dihadapannya ini.
Rani terdiam, pikirannya masih blank. Dirinya tidak tau harus berkata seperti apa. Dia hanya tidak mau berpisah dengan Naufal. Apakah salah?
"Saya mengalah, kalian bisa bebas melakukan apapun tanpa harus sembunyi lagi. Saya merelakan Rani, saya tau awalnya kita memang sebuah kesalahan, namun percuma, saya juga manusia biasa jika kalian lupa." ucap Naufal dengan tegas.
Kini Rani memberanikan diri menatap kedua mata Naufal, "Tania, jangan lupakan Tania."
"Of course i wont, dia tetap anak saya. Saya tetap bertanggung jawab atas kebutuhannya termasuk memberikan kasih sayang seorang ayah." jawab Naufal dengan luwes.
"Gue pergi dulu, kayaknya kalian butuh sesuatu yang lebih private." ujar Varo dan langsung pergi tanpa menunggu jawaban Naufal dan Rani.
"Rani, saya itu apa bagi kamu?" tanya Naufal, "Maaf, tapi saya tidak bisa menahan hati saya untuk tidak jatuh hati denganmu, Rani. Dan teruntuk itu, saya memilih untuk melepaskan kamu, karna apa? Kebahagiannmu bersama Varo bukan saya. Correct me if i'm wrong."
Rani menggeleng keras, "Engga, aku, engga, itu salah."
"Gaperlu menahan saya, Rani. Saya akan selalu ada jika kamu butuh. Sesuai jadwal saya ya haha." ucap Naufal sambil tertawa, bahkan tidak ada yang lucu sama sekali.
Naufal bangkit, "Udah kan? Tidak ada yang perlu dibahas lagi. Saya pergi ya."
Perlahan Naufal menggerakkan kakinya meninggalkan Rani yang masih termenung dengan ucapannya itu, namun dengan seketika badannya menegang.
"Aku cinta-"
Naufal terdiam, tidak berusaha menoleh. Hanya ingin mendengar kelanjutan ucapan Rani.
"Aku cinta kamu, Naufal."
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
KAMU SEDANG MEMBACA
Bullet Army (END)
Novela JuvenilGadis bernama Melody Azzahra Prappa diharuskan memiliki seorang bodyguard dikarenakan penyakitnya yang sangat berbahaya. Walaupun dia menyandang gelar olahraga fisik seperti karate tetapi itu semua tidak ada apa apanya jika penyakitnya kambuh. Lela...