12. Pain

3.1K 169 0
                                    

Sudah seminggu lewat, hari kelulusan pun tiba. Zaza termasuk dari jajaran para seniornya itu. Banyak yang tidak percaya mengingat Zaza pernah tinggal kelas 3x karna penyakitnya itu. Tapi, sudah dibuktikan lewat cctv dan para pengawas tidak ada yang melihat bukti kecurangan Zaza. Dan pastinya Zaza langsung mendapatkan 2 gelar sarjana.

Dan hari ini dirinya bertekad untuk mengungkapkan jati dirinya. Pasalnya, ayahnya, berada disini. Dan Zaza merupakan peraih nilai tertinggi jadi Zaza harus berpidato.
"Selamat pagi semuanya. Pada pagi hari ini kita akan melaksanakan perayaan kelulusan mahasiswa dan mahasiswi Prappa. Dan marilah kita sambut untuk peraih nilai tertinggi sekaligus anak dari Prappa's Company yang merupakan pemilik universitas Prappa."

Semua para hadirin bertanya tanya siapa anak dari Prappa's Company. Bahkan para mahasiswa dan mahasiswi sudah menyiapkan kamera untuk berfoto bersama.

"Sambutlah Melody Azahra Prappa." Kedua MC bersorak.

Seluruh orang terdiam sampai bunyi ketukan heels yang dipakai Zaza memenuhi podium. Semua orang terkagum atas kecantikan dan kepintaran Prappa. Jelas ayahnya yang tampan dan kakak kakaknya yang pintar.

"Selamat pagi semua. Para hadirin disini, para kakak kakak seniorku, para guru, dan tentunya keluargaku. Saya disini adalah mahasiswi ajaran baru. Dan seharusnya saya sudah lulus 3 tahun yang lalu tapi dikarenakan sebuah insiden yang membuat saya harus menunda."

"Saya disini ingin berterimakasih kepada orang orang yang telah berjasa membantu saya dan saya juga berterimakasih atas kerjasamanya. Hari ini saya akan mendapatkan 2 gelar. Dan segala bentuk terimakasih saya untuk kalian semua tidak bisa diucapkan dengan kata kata."

"Selamat berjuang kakak seniorku dan good luck."

Seluruh hadirin bertepuk tangan dan banyak yang bersiul. Dan sedari tadi, Fara, terkaget akan pengakuan Zaza. Dirinya merasa bersalah sering membully Zaza. Mau dikemanakan wajahnya ini menatap Zaza saja ia tidak berani.

Zaza turun dari podium dan berfoto bersama. Lalu giliran ayahnya yang memberikan pidato lalu kakak kakaknya. Dan tentu saja ada Naufal dan Rani, Lucky dan Ara, serta Faiz yang masih melajang.

Saat turun banyak teman temannya yang meminta maaf dan mengajaknya berfoto bersama. Lalu, matanya membelalak saat melihat Varo berdiri di ujung pintu dengan kaus serta jas dan jeans panjang. Dan tak banyak orang yang mengajaknya foto bersama walaupun Varo tidak menggubris.

"Ada apa, Var?"

Tanpa berkata apapun, Varo langsung menarik tangan Zaza menuju keluar aula. Rani yang melihatnya hanya mendelik kearah Zaza. Entahlah, Zaza berfikir Rani hanya baik di tampangnya, padahal saat dulu Zaza selalu menghormati Rani dan menganggap Rani seperti kakaknya sendiri.

Dan karna lamunannya, Zaza sudah berada di mobil sedang dalam perjalanan. Lelaki memang penuh kejutan.

×××

Zaza's pov

Aku tidak mengerti apa yang Varo lakukan saat ini. Yang kutau kami di mobil dan perjalanan menuju ke vila kemarin. Aku juga bingung harus berkata bagaimana. Semuanya terasa canggung. Coba saja aku tidak menaruh rasa padanya. Pasti rasa dendam kepada ka Naufal dan ka Rani tidak ada. Ya Tuhan ini kali pertama aku menaruh dendam.

"Za, maafin gue." Varo tiba tiba berkata membuatku gelagapan.

"Untuk?"

"Segalanya. Gue bukan bodyguard yang baik buat lo. Bahkan, gue gak tau kalau kemarin lo sedang sakit dan maafin gue kalo gue telah mendekati istri Naufal."

Sakit. Kukira ia menyadari apa yang kurasakan. Tapi, nyatanya tidak. Ia malah berfikir bukan bodyguard yang baik ya walaupun itu benar. Tapi, kenyataannya aku sakit hati.

"Ouh? Udah gue maafin. Gini aja deh, menurut lo itu bener deketin istri orang? Istrinya anak bos lo loh." Tanyaku dan Varo sedikit bingung harus menjawab apa.

"Gue diceritaiin kalo Rani boleh deket sama cowo lain. Naufal juga udah bolehin. Jadi, ya gitu deh." Jawabnya.

"Menurut lo itu bener? Setiap manusia di dunia ini tuh udah ada pasangannya. Tuhan nyiptaiin manusia berpasangan dan kalo ka Rani jodohnya ka Naufal, ngapain lo deketin jodoh orang? Walaupun atas ijin Naufal? Lo udah sering belajar agama kan, pasti lo ngerti. Suatu saat lo bakalan nemu pasangan lo. Jadi gausah ngambil istri orang. Apalagi sampe nyentuh." Jelasku kesal sendiri.

Kulihat Varo yang hanya terdiam. Rahangnya mengeras, kukunya ditekankan pada setir mobil, dan urat uratnya terlihat jelas, membuatku takut.

"Gausah sok jadi pembalap yang udah ahli nikung.Lo kira pernikahan itu area balapan. Lo itu kayak angka 0 sama 100. Jauh, kemungkinan bersama tuh kecil. Nikung tuh buat orang yang pengecut. Ya kalo cewenya mau, cewenya yang kegatelan." Sinisku lagi.

Aku merasa kata kataku terlalu keterlaluan. Aku saja sampai gelisah, jujur saja aku takut melihat Varo. Dia begitu menyeramkan.

"Maksud lo, Rani cewe kegatelan?" Tanya Varo.

"Mana gue tau. Gue ga ngomong ka Rani kayak gitu loh. Lo yang ngomong." Jawabku mencoba sesantai mungkin. Suasana di mobil sangat menegangkan.

Varo menatapku dan aku mau gak mau harus balik menatapnya. Kini ia mendekatkan dirinya padaku. Membuatku was was. Dan kini jarakku dan Varo sangatlah dekat. Bahkan aku dapat merasakan hembusan nafasnya.

"Kalo lo gamau gue nikung. Buat gue jatuh cinta sama lo."

×××

Varo pov

Acara kelulusan Zaza.

Setelah acara aku langsung menariknya dan membawanya ke mobilku. Aku bingung harus berkata apa lagi. Dan tiba tiba saja kata kata itu keluar dari mulutku. Sungguh, aku saja tidak berniat menjadikannya kekasih. Dia hanyalah anak bosku.

Dan sekarang jarakku dan dia sangat dekat. Dapat kulihat dari matanya, kilatan kecewa dan kepedihan. Kenapa ini? Bukannya dia adalah gadis yang periang.

"Bohong."

Dia sangat benar.

"Semuanya bohong. Buat apa gue buat lo jatuh cinta? Gue udah cape, Var. Gue ngebantuiin lo move on dari ka Rani. Lo nerbangin gue tapi lo juga hempasin gue. Gue bingung harus gimana lagi. Apa lo ga liat selama ini gue perhatian ke elo? Dan apa yang lo lakuiin? Nothing."

Jadi, selama ini dia menyukaiku? Aku bahkan tidak menyadarinya.

"Sakit, Var. Seenggaknya gue udah pernah berjuang tapi ga pernah terlihat di mata lo."

Zaza keluar dari mobilku sambil menangis. Bahkan make up dan rambutnya sudah berantakan. Aku tidak bisa berbuat apa apa. Aku benar benar pasrah. Jika bos mengetahui ini aku bisa mati.

Aku memejamkan mataku sejenak. Mencerna kejadian yang baru saja terjadi. Tetapi, aku langsung membuka mata dan keluar dari mobil saat melihat sebuah mobil truk yang menghantam pembatas jalan,

Dan Zaza.

Bullet Army (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang