14 - Zadam

709 36 12
                                    

Alvaro Arjuna Dewangga

Dirinya tidak pergi jauh, dirinya hanya bersembunyi dibalik pilar yang tinggi untuk menutupi tubuhnya. Dan tentu saja, ia mendengar setiap ucapan yang wanita itu ucapkan.

Sakit? Cukup sakit karna baru kemaren wanita itu mengucapkan hal yang sama dengan raut wajah yang amat meyakinkan.

Apa dirinya sedang dipermainkan? Bukankah ia sudah memberikan segalanya untuk wanita itu? Lalu, kenapa balasan yang ia terima sungguh menyakitkan?

"She doesn't love Naufal at all." suara bariton memecah pikiran kalut Varo, ia menoleh dan kaget melihat Faiz yang berdiri di hadapannya.

"Apa?"

Faiz menunjuk kearah Rani dan Naufal. "Rani ga cinta sama Naufal. It cleary seen on her eyes."

Varo tertawa hambar, "did she?"

"Lo bertahun-tahun pacaran sama dia, lo seharusnya tau kapan dia bohong dan jujur. Lo harus berfikir jernih. That's the only way if u want to know the truth." ucap Faiz dengan penuh keyakinan.

Namun, hati Varo kini sudah terselimuti api cemburu. Dirinya bahkan tidak bisa berfikir positif sedikitpun.

"...dan Naufal, dia ga cinta sama Rani."

Anggap saja Faiz seperti peramal yang dapat membaca raut wajah mereka dalam sekali tangkap.

"Hah? Apa lo bilang?" seru Varo emosi.

"Hatinya masih sama Bella, tapi karna dia terbiasa dengan Rani kemungkinan besar dia nganggep Rani sama kaya Bella."  ucap Faiz dengan yakin, entah kenapa perasaannya kali ini benar-benar akurat.

Lalu, untuk apa kedua manusia itu saling membohongi perasaan masing-masing? Mempertahankan delusi yang mereka buat? Atau memang mereka saling memendam rasa?

Entahlah tiada yang tau.

"Gue kasih lo saran, tapi mungkin nyakitin lo." ujar Faiz tiba-tiba.

Varo menatap Faiz penuh makna, "Tell me."

"Let them be. Satu-satunya cara agar semua hal ini selesai. Dan jujur gue muak dengan kedramaan dan kebullshit-an ini. Trust me."

➖➖➖

Melody Azzahra Prappa

Bahkan setelah kejadian beberapa tahun yang lalu masih menyimpan luka di relung hatinya. Kedatangan lelaki itu hanya menghancurkan diri Zaza yang sekarang. Nyatanya dia rapuh dan dia sumber keretakannya.

Namun, mau bagaimanapun juga Zaza harus bisa berpura-pura tegar seperti yang ia lakukan.

"Gapapa, lo kuat." ujarnya pada diri sendiri seraya menatap dirinya di cermin.

Meskipun telah memakai concealer, tetap saja kantung mata itu terlihat jelas dan bengkak. Menangis seharian hanya membuat dirinya rugi. Tapi, apa bisa ditahan?

"Za, udah siap?"

Terdengar suara bariton pria dari balik pintu kamarnya. Sudah dipastikan itu Adam.

"Tunggu sebentar."

Sekali lagi Zaza membenahi letak rambutnya, ia juga menambahkan sedikit bedak di wajahnya. Pakaiannnya hari ini adalah rok pendek hitam dengan kemeja oversize. Dengan rambut yang ia kuncir satu tinggi.

Yap kalian benar. Zaza akan date bersama Adam.

Zaza keluar kamarnya dan melihat Adam dengan pakaian santainya. Sumpah ketampanannya bertambah 10000000%.

"Kita mau kemana?" tanya Zaza gugup. Kenapa dia harus gugup??!!

Adam terkekeh, "Dont be nervous, gue bakal bikin lo happy."

➖➖➖➖➖➖➖➖➖

Bullet Army (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang