Semuanya terasa gelap. Aku merasakan pusing dan sekujur tubuhku sangat lemas. Aku merasakan tanganku menggenggam rerumputan yang basah dan lembek. Kedua kakiku diikat kencang, wajahku ditutupi sebuah kain yang terikat kencang. Siapa yang melakukan ini? Apa maksud mereka?
Seketika aku merasakan takut saat sesuatu bergerak di ujung kakiku. seperti hewan bersisik seperti ular. Dia melilit lilit di kakiku.
Aku sangat ketakutan. Aku ingin berteriak tetapi mulutku disumpal.
Seketika rasa takutku hilang saat ikatan di kakiku perlahan mengendur. Jangan jangan ular itu yang menggigitinya. Syukurlah, Tuhan.
'Terimakasih, ular.' Batinku.
Seharusnya aku sedari tadi dapat bebas dari tali tetapi aku mempunyai keanehan. Jika dalam gelap kakiku lumpuh. Tak bisa digerakkan sama sekali. Penculik ini pasti sangat aku kenali, dia bahkan tau tentang ini.
Lalu aku mendengar sebuah suara sirene. Aku sangat bersyukur. Aku mengesot menuju tempat yang terdapat sedikit pencahayaan dan aku menendangnya dengan kencang. Tidak terbuka. Kucoba lagi dan akhirnya terbuka. Pemandangan yang kulihat sangatlah bukan yang aku mau.
Sekumpulan lelaki yang menggunakan masker mulut dan tentara yang sedang mendongkan senjata. Apakah aku sanderanya?
"Who is she? Why she's in there?" Tanya seorang tentara menatap kearahku.
"She is mine. She's not your business." Jawab lelaki yang menggunakan masker membuatku mengingat tokyo ghoul, kaneki-kun. Maskernya mirip.
"But she's get pain. Look! She can't walk!" Bantah tentara itu lagi membuatku merasa takut. Ini sangat sengit.
"THIS GIRL IS MINE! DO YOU HEAR ME?" Teriak lelaki tadi dengan kencang. "You make me mad, dude!"
Tentara itu mulai menembaku lelaki bermasker. Mereka mulai baku tembak. Membuatku ketakutan. Aku mempunyai sedikit trauma dengan suara tembakan. Dan ini membuatku sangat lemas dan aku merasakan sesuatu memasuki tubuhku. Yang terakhir kulihat hanyalah bintang bintang dan gelap.
×××××
"Arghss..."
Aku terbangun dan bau obat obatan tercium oleh hidungku. Sinar matahari sangat menyilaukanku. Tanganku sudah bisa digerakkan kembali tetapi masih sangat lemas. Pinggangku sakit sekali.
"Hei kamu sudah bangun?" Tanya seorang lelaki berparas tampan. Aku mengangguk perlahan.
"Kamu sudah tertidur selama 2 hari, dan hati hati luka di pinggangmu belum kering. Maafkan saya, saya salah target. Peluru saya malah jatuh di kamu." Ujarnya pelan sambil tertunduk.
"Ya gapapa." Dia menatapku lebar, aku menatapnya bingung.
"Kenapa?"
"Tidak apa apa. Saya kira kamu bakal marah. Tetapi berbanding dengan perkiraanku."
Aku tertawa pelan, dia terdiam menatapku. "Kenapa gitu? Lagian kamu udah nyelametin aku. Itu juga udah terjadi. Forgive and forget."
Dia tersenyum. "Kamu sangat cantik."
Aku memerah.
"Oya, namamu siapa? Namaku Alvaro Arjuna Dewangga." Dia menjulurkan tangannya. Aku balas menjabatnya. "Melody Azahra Prappa. Singkatnya Zaza."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bullet Army (END)
Подростковая литератураGadis bernama Melody Azzahra Prappa diharuskan memiliki seorang bodyguard dikarenakan penyakitnya yang sangat berbahaya. Walaupun dia menyandang gelar olahraga fisik seperti karate tetapi itu semua tidak ada apa apanya jika penyakitnya kambuh. Lela...